 
                            Masih saling sayang, masih saling cinta, namun terpaksa harus berpisah karena ego dan desakan dari orang tua. Ternyata, kata cinta yang sering terucap menjadi sia-sia, tak mampu menahan badai perceraian yang menghantam keras.
Apalagi kehadiran Elana, buah hati mereka seolah menjadi pengikat hati yang kuat, membuat mereka tidak bisa saling melepaskan.
Dan di tengah badai itu, Elvano harus menghadapi perjodohan yang diatur oleh orang tuanya, ancaman bagi cinta mereka yang masih membara.
Akankah cinta Lavanya dan Elvano bersatu kembali? Ataukah ego dan desakan orang tua akan memisahkan mereka dan merelakan perasaan cinta mereka terkubur selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jesslyn Kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang ke Apartemen
Vanya, wanita itu memandang langit gelap di sertai rintik hujan gerimis. Ia berdiri di depan jendela kamar rumah sakit sambil memegang secangkir kopi di tangannya. Sesekali ia menyesap kopi dan mencium aroma yang mampu menenangkannya.
Besok pagi Elana sudah boleh di perbolehkan untuk pulang. Namun itu justru membuatnya semakin takut, ia takut Vano akan sering datang ke apartemen tempat mereka tinggal. Dan untuk saat ini Vanya tak bisa melarang Vano untuk bertemu dengan Elana. Vanya takut kejadian Elana sakit terulang kembali. dan juga Vanya tidak mungkin menyerahkan Elana ke tangan Vano. Sungguh Vanya tak bisa hidup tanpa Elana.
-
-
Vanya di bantu sus Tari telah berkemas dan bersiap untuk pulang, semua administrasi juga telah selesai. Ia hanya tinggal menunggu perawat mencabut infus.
Pintu terbuka, Vanya menyangka kalau itu adalah Vano. Namun dugaannya salah, syukurlah ia sedikit merasa lega.
"Selamat pagi Vanya, bagaimana keadaan Elana?" tanya seorang pria masuk dengan parcel buah di tangannya.
"Selamat pagi pak, Elana sudah di perbolehkan pulang. Maaf saya terlalu lama cuti," ucap Vanya merasa tak enak hati, Karena yang datang itu bos nya sendiri.
"Tidak apa Vanya, yang penting Elana sehat dulu. Pekerjaan masih bisa saya handle sendiri," Ryuji meyakinkan.
"Elana bagaimana sudah sehat?" Tanya Ryuji menghampiri Elana dan mengelus rambut gadis kecil itu.
"Sudah Om," Elana memang cukup akrab dengan Ryuji karena sudah sering kali bertemu.
Kemudian mereka berbincang mengenai kondisi Elana. Tak berselang lama perawat datang untuk mencabut selang infus. Dengan begitu Elana sudah di perbolehkan pulang.
"Biar saya antar pulang Vanya,"
"Terimakasih pak, Maaf merepotkan. Kebetulan saya bawa mobil," tolak Vanya tidak ingin merepotkan Ryuji.
"Ternyata di luar kantor kamu tidak sepatuh itu, Vanya." Ryuji terkekeh saat Vanya menolaknya.
"Saya hanya bersikap professional ketika bekerja pak," jawab Vanya malu. Ya sejujurnya Vanya bukan tipe orang yang penurut jika bukan hal pekerjaan.
Di tengah perbincangan Vano datang beserta Bella di sampingnya.
"Sudah bersiap?" tanya Vano ketika melihat mereka sudah bersiap untuk pulang. Dia bahkan mengabaikan Ryuji yang juga berada di sana. Vano memang mengenal Ryuji sebagai bos Vanya.
"Sudah Pak," sus Tari menjawab. Sementara Vanya diam, seolah berkata "Apa kamu gak bisa lihat?"
"El pulang bareng papi ya," Vano mengangkat Elana dan menggendongnya.
Sementara sus Tari dan Bella membantu membawa barang-barang Elana.
"Kamu tidak mau pulang Vanya?" tanya Vano yang melihat Vanya hanya terdiam tanpa melakukan apapun. Vano pun segera meninggalkan ruangan.
Vanya hanya mendengus kesal dan mengekor dari belakang. Sementara Elana, Bella dan Vano nampak berbincang selama perjalanan menuju parkiran.
"Are you ok?" Tanya Ryuji memastikan.
Vanya hanya mengangguk sambil tersenyum.
Ryuji tahu Vanya baru saja melewati ujian berat dalam hidupnya. Sedikit banyak Ryuji mengetahui urusan pribadi Vanya. Karena Vanya sudah 6 tahun bekerja dengannya. Namun selama itu memang hubungan mereka hanya sebatas pekerjaan. Vanya begitu menjaga jarak dengan siapapun di kantor. Baru setelah mendengar kabar perceraian Vanya, Ryuji sedikit berani mendekati Vanya di luar pekerjaan. Tidak dapat di pungkiri Ryuji memang menyimpan perasaan pada Vanya bahkan saat pertama bertemu. Setahun pertama Ryuji memang sering mendekati Vanya namun tak pernah di respon. Hingga Ryuji mendengar kabar Vanya akan menikah barulah di situ Ryuji berhenti mencari tahu tentang Vanya, bahkan menutup hatinya untuk Vanya. walaupun sulit karena mereka harus berinteraksi setiap hari.
Sus Tari, Bella dan Elana sudah masuk ke dalam mobil Vano.
"Ayo Vanya," Vano membukakan pintu mobil untuk Vanya.
"Kalian duluan saja, lagian mobilmu sudah penuh. Aku pulang sama pak Ryuji " tolak Vanya.
Vano yang kesal masuk ke dalam mobil dan membantingnya pintu dengan kencang saat mendengar penolakan dari Vanya.
Sementara Ryuji, pria campuran Indonesia-Jepang itu tersenyum penuh kemenangan.
"Maaf jika suasananya jadi canggung," Meski begitu ada sedikit perasaan tak enak dalam hati Ryuji
"Tidak apa-apa pak, memang sudah seharusnya seperti ini."
"Ayo Vanya," Ryuji mempersilahkan Vanya masuk ke dalam mobilnya.
Nanti orang saya akan membawa mobil kamu. " Ryuji seolah menjawab pertanyaan yang bahkan belum Vanya tanyakan."
"Terimakasih pak. Maaf merepotkan," ucap Vanya sungkan.
Mobil Ryuji pun mengikuti mobil Vano dari belakang.
Sementara itu Vano tidak konsentrasi mengemudi. Dia terus melirik spion untuk melihat mobil yang di tumpangi Vanya dan Ryuji.
"Baru sebulan bercerai dia sudah genit sama laki-laki lain," gerutu Vano dalam hati. "Apa jangan-jangan mereka sudah lama berselingkuh?" tiba-tiba Vano mengerem mendadak. Membuat semua penumpang kaget.
"Kenapa sayang?" Tanya Bella kaget.
"Kok aunty panggil papi sayang? ceplos Elana polos.
Bella mendapat tatapan tajam dari Vano.
Membuat Bella gelagapan. "Elana salah dengar, Aunty panggil Abang bukan sayang," Elak Bella.
Elana memastikan pendengarannya tadi tidak salah.
"Betul Non, sus Tari dengan aunty Bella panggil Abang," Sus Tari meyakinkan tak ingin Elana berpikir macam-macam sesuai apa di katakan Vanya.
"Begitu ya," Elana tertawa.
"Ya sudah kita lanjutkan lagi perjalanan." ucap Vano mengalihkan pembicaraan.
Sus Tari pun memandu jalan, karena Vano sengaja pura-pura tidak tahu tempat tinggal Vanya yang baru, padahal sebenarnya ia sering datang untuk sekedar melihat-lihat.
Mereka telah sampai di unit apartment tempat tinggal Vanya. Sus Tari membuka pintu menggunakan kartu akses yang di berikan oleh Vanya. sementara Vanya masih di parkiran.
Vano langsung masuk ke kamar sambil menggendong Elana. meminta Elana untuk langsung beristirahat sambil memperhatikan setiap sudut dinding, dan benar saja foto keluarga mereka tidak di pajang oleh Vanya. Hanya ada foto Elana berdua dengan Vanya.
Sementara Bella hanya diam. Seharusnya ia mendengar ucapan Vano agar dirinya tidak ikut. Tapi Bella terlalu takut jika Vano dan Vanya akan melakukan sesuatu yang di luar batas.
"Silakan di minum mbak," Sus Tari membawa dua cangkir teh hangat.
"Terimakasih sus," ucap Bella sungkan.
Tidak lama Vanya dan Ryuji pun datang.
"Silahkan duduk pak," Vanya mempersilahkan Ryuji duduk, ini juga kali pertama Ryuji berkunjung ke apartemen tempat tinggal Vanya.
Vanya enggan menyusul Elana ke kamar, ia lebih memilih menyusul sus Tari yang berada di dapur.
"Biar saya saja yang buatkan minuman untuk pak Ryuji sus. Oh iya sus, tolong cek keadaan Elana di kamar ya." pinta Vanya kemudian.
"Baik Bu." sus Tari menurut.
Vanya pun membuatkan secangkir kopi tanpa gula, minuman yang biasa Ryuji minum di kantor.
"Vanya di mana sus?" tanya Vano ketika mengetahui yang datang bukanlah Vanya melainkan sus Tari.
"Di dapur pak sedang membuat minuman."
"Elana istirahat ditemani sus Tari ya. Papi keluar dulu sebentar," pamitnya sambil mencium kening Elana.
"Iya papi." jawab Elana patuh.
"Silahkan di minum pak," ujar Vanya seraya meletakkan secangkir kopi di atas meja, untuk Ryuji.
"Terimakasih." Ryuji pun menerimanya dengan senang hati.
Vano hanya memandang sinis melihat Vanya begitu perhatian terhadap Ryuji. Bahkan ternyata Vanya hanya membuat minuman untuk Ryuji. sementara untuknya dan Bella, sus Tari yang buatkan.
***
Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komen yaa...
lari vanya.. lari.... larilah yg jauh dr vano n org2 di sekitaran vano pd gila semua mereka