 
            Diantara Cinta Dan Dosa
Wanita cantik dengan tatapan sendu itu termenung di depan jendela kamar, rintik hujan semakin membawa ingatannya jauh ke masa lalu. Tatapannya kosong tapi pikirnya penuh. Sebuah tangan kekar melingkar di perutnya, membuat hati yang semula dingin perlahan menghangat. Wangi maskulin menguar di indera penciumannya, lembut nafas memburu terasa hangat di telinganya. kecupan - kecupan kecil itu terasa menggelitik di leher jenjangnya.
Dia terbuai, terlena dengan belaian lembut sang pemilik hati. Siapa yang bisa menolak surga dunia yang penuh gairah dan cinta.
"Hari ini putusan sidang perceraian kita," suara parau Vanya mencoba memecah heningnya suasana setelah percintaan mereka berakhir.
Vano seolah acuh, ia semakin mengeratkan pelukannya. "Aku tidak perduli!" ujarnya sambil terus mengecup pipi istrinya.
"Setelah hakim ketuk palu nanti, maka pernikahan kita selesai," Vanya mempertegas.
"Persetan dengan perceraian, kita tetap bisa menjalin hubungan tanpa ikatan pernikahan bukan? Vanya kita saling mencintai apalah arti sebuah pernikahan?"
"Sehina itukah aku di matamu?" lirih Vanya dengan mata yang berkaca.
Vano terdiam, pikirannya semakin kacau. Sejujurnya ia tidak rela harus bercerai dengan Vanya, wanita yang telah di nikahinya selama 5 Tahun itu. Apalagi mereka sudah di karuniai seorang anak perempuan yang kini sudah berusia 4 tahun.
"Vanya tolonglah bersabar sebentar lagi. Aku yakin pelan-pelan keluarga besarku akan menerimamu juga Elana, jangan egois pikiran masa depan Elana." Bujuk Vano.
"Berapa lama lagi? Lima tahun bukan waktu yang sebentar Mas, selama itu aku dan Elana gak pernah di anggap ada di tengah keluargamu, bahkan aku selalu di kucilkan dan di rendahkan. Aku mungkin masih bisa terima jika hanya aku yang di sakiti, tapi aku tidak terima jika Elana yang di sakiti. Dan apa yang kamu lakukan? Hanya meminta aku sabar dan mengalah. Aku tahu kamu sangat berbakti terhadap orang tuamu, tapi posisimu di sini juga sebagai suami dan ayah yang memiliki tanggung jawab untuk melindungi isti dan anaknya. Di mana peranmu sebagai kepala keluarga?" Kesal Vanya kemudian memunguti pakaiannya yang berserakan, lalu bergegas masuk ke dalam kamar mandi.
Vano hanya diam tak bereaksi apa-apa. Memanglah dia tak bisa melawan keluarganya karena takut kehilangan segalanya. Namun, ternyata dengan diamnya Vano justru membuat dirinya malah harus kehilangan orang-orang yang sangat berarti dalam hidupnya.
Sore itu langit tampak murung, rintik gerimis seolah menangis. Hembusan angin terasa dingin, menembus dinding hati yang pilu. Itulah yang Vanya rasakan saat mendengar ketukan palu dari hakim. Jangan di tanya seberapa hancur ia saat ini, pasti sangat hancur, namun ia berusaha menyembunyikan luka itu di balik senyum palsunya. Vanya hanya tertunduk menertawakan jalan hidupnya, bahkan ia tak sanggup untuk memandang Vano untuk yang terakhir kalinya.
-
-
Perlahan tangan Vanya meraih stop kontak yang menempel di dinding kamar. Ruangan yang awalnya gelap gulita berubah menjadi terang benderang. Mata Vanya memindai seluruh ruangan yang menjadi tempat kenangannya bersama Vano, setiap sudut rumah punya cerita tersendiri untuk mereka berdua.
Dari foto-foto yang terpajang di dinding, Ranjang kokoh nan empuk menjadi saksi bisu penyatuan cinta mereka, hingga bantal yang selalu mereka gunakan untuk berbaring bersama sambil menonton film. Setiap detail kecil di ruangan itu membawa Vanya kembali ke masa-masa indah bersama Vano. Dia bisa merasakan kehangatan dan kebersamaan yang mereka miliki, dan itu membuatnya merasa sedih karena sekarang semuanya telah berubah. Vanya berjalan perlahan ke arah meja rias, di mana masih tergeletak beberapa barang couple milik mereka. Dia mengambil sebuah jam tangan yang pernah Vano berikan padanya, dan kenangan saat Vano memberikannya kembali muncul di benaknya. Dengan jam tangan itu di tangannya, Vanya merasa seperti masih terhubung dengan Vano, meskipun kini Vano bukanlah miliknya lagi.
Perlahan tangannya mengemas barang-barang yang akan ia bawa. Tak banyak yang harus di bawa, hanya beberapa pakaiannya juga Elana dan beberapa kenangan kecil yang tidak bisa ia tinggalkan. Dia melipat setiap pakaian dengan hati-hati, seolah-olah setiap lipatan bisa membawa kembali kenangan yang telah berlalu. Ketika dia selesai mengemas, Vanya melihat sekeliling ruangan yang kini tampak dingin dan sunyi. Dia merasa seperti meninggalkan sebagian dari dirinya di sini, sebagian dari kenangan dan kebahagiaan yang pernah ia rasakan bersama Vano. Dengan koper yang sudah siap, Vanya menarik napas dalam-dalam, mempersiapkan diri untuk meninggalkan tempat yang penuh dengan kenangan ini dan memulai babak baru dalam hidupnya.
Perlahan Vanya melangkah meninggalkan rumah sederhana yang penuh cinta. Meskipun Vano termasuk orang yang berpunya, Vanya tak pernah meminta rumah mewah untuk mereka tinggali. Dia lebih menyukai kebersamaan dan kehangatan yang mereka miliki daripada kemewahan material. Ketika Vanya menutup pintu rumah itu, dia merasa seperti menutup sebuah bab dalam hidupnya.
Dia berjalan perlahan menuju mobil yang terparkir di depan rumah, sambil menoleh ke belakang untuk melihat rumah yang telah menjadi saksi bisu kebahagiaan mereka. Vanya berharap bahwa kenangan indah yang mereka ciptakan di rumah itu akan tetap abadi, meskipun hubungan mereka telah berakhir. Dengan napas dalam-dalam, Vanya membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya. Vanya harus segera menemui putri kecilnya yang ia titipkan pada Ibunya.
-
-
Sementara itu kondisi Vano juga tak lebih baik dari Vanya. Pria berusia 33 tahun itu melampiaskan kekecewaan nya pada minuman alkohol yang memabukkannya. Vano lebih memilih kehilangan kesadaran nya dari pada harus menghadapi kenyataan pahit bahwa hubungan yang telah dibangun selama bertahun-tahun kini berakhir dengan cara yang tidak dia inginkan. botol demi botol minuman alkohol itu ia tenggak, seolah-olah mencoba untuk menghilangkan rasa sakit dan kekecewaan yang menghantuinya. Namun, semakin banyak dia minum, semakin kabur pikirannya, rasa sakit di hatinya tidak kunjung pergi. Vano berbaring di sofa, dikelilingi oleh botol-botol kosong dan asap rokok yang memenuhi ruangan. Dia tidak peduli lagi dengan keadaan sekitarnya, yang penting baginya adalah melupakan sejenak kenyataan yang tidak bisa dia terima. Dalam keadaan mabuk, Vano terus memikirkan Vanya, bertanya-tanya mengapa semuanya harus berakhir seperti ini. Tapi, jawaban yang dia cari tidak pernah datang, hanya keheningan dan kesunyian yang menyambutnya.
"Sudah cukup! Kamu bisa mati overdosis jika tidak terus minum," terdengar samar, namun Vano tahu persis siapa pemilik suara itu.
"Vanya," Gumamnya lirih. Vano mencoba membuka mata dan mencari sumber suara. Terlihat jelas sosok seorang perempuan cantik berdiri di depannya. Meski kepalanya terasa berat Vano memaksakan diri untuk bangkit, dengan langkah yang tertatih ia menghampiri sosok yang ia rindukan.
"Sampai kapanpun kamu tetap milikku," kata terakhir yang Vano ucapkan sebelum ia ambruk dan kehilangan kesadarannya.
-
-
Perlahan Vano membuka mata, mengedipkannya beberapa kali menyesuaikan diri dengan cahaya yang menyilaukan dari pantulan sinar matahari yang tepat mengenai wajahnya. kemudian ia duduk bersandar di tempat tidur sambil memegang kepalanya yang masih terasa berat. Sunyi, sepi itulah yang kini ia rasakan, biasanya setiap pagi Vano akan di sambut hangat oleh Vanya juga putri kecilnya. Keheningan kini telah mengambil alih rumah yang dulu di penuhi celotehan putri kecilnya itu.
***
Hallo semuanya...
Setelah sekian purnama akhirnya author publish karya baru, semoga kalian suka dan terhibur ya...
Mohon maaf atas segala kekurangannya.
Jangan lupa komen dan like biar author lebih semangat ngehalunya...
Salam sayang dari author abal-abal ini...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
💜Bening🍆
luka yg di rasakan vanya krn tdk adanya restu keluarga vano lebih dalam sampai bisa mengalahkan rasa cintanya.... hingga akhirnya dia memutuskan utk menyerah... besar kecilnya keputusan vanya ini pun krn dirimu vano.. krn kamu tdk bisa berdiri sbg ayah dan suami utk vanya n anakmu
2025-10-19
  1
✰͜͡v᭄HIATUS𝐀⃝🥀ᵒᶠᶠ'ᴳᶜ
gak tegas nih vano harusnya dia berusaha lindungi anak& istrinya dari kemarahan ortumu kasian lho dia
2025-10-27
  1
suzy baek
baru baca Bab awal tapi dah gedeg aja sama si Vano. Jadi laki kok gak tegas sih, kasihan tuh anak istrimu jadi korban.
2025-10-29
  0