NovelToon NovelToon
Rahasia Chen Xi(Jiwa Yang Terjebak Di Tubuh Budak)

Rahasia Chen Xi(Jiwa Yang Terjebak Di Tubuh Budak)

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Pengganti / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Romansa / Balas dendam pengganti / Reinkarnasi
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Anastasia

Di malam yang sama, Yu Xuan dan Chen Xi meregang nyawa. Namun takdir bermain jiwa Yu Xuan terbangun dalam tubuh Chen Xi, seorang budak di rumah bordil. Tak ada yang tahu, Chen Xi sejatinya adalah putri bangsawan Perdana Menteri, yang ditukar oleh selir ayahnya dengan anak sepupunya yang lahir dihari yang sama, lalu bayi itu di titipkan pada wanita penghibur, yang sudah seperti saudara dengan memerintahkan untuk melenyapkan bayi tersebut. Dan kini, Yu Xuan harus mengungkap kebenaran yang terkubur… sambil bertahan di dunia penuh tipu daya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 7.Desakan.

Keesokan harinya, aroma teh melati memenuhi aula utama Yue zhi. Matahari baru saja naik, memantulkan cahaya ke lantai marmer dan tirai sutra yang berayun lembut di tiupan angin. Namun suasana di dalam ruangan terasa tegang.

Nyonya Heng duduk di kursi utamanya, mengenakan jubah sutra ungu tua dengan hiasan giok di sanggulnya. Wajahnya tampak tenang, tapi jemari yang mengetuk gagang cangkir teh menunjukkan kegelisahan yang ia sembunyikan.

Di hadapannya, tiga pengurus rumah bordil berdiri menunduk dalam.

“Sejak pagi,” ujar salah satu dari mereka dengan suara hati-hati, “para tamu terus menanyakan ‘wanita di jendela’ yang mereka lihat semalam. Beberapa bahkan menawar harga tinggi untuk bertemu dengannya.”

Nyonya Heng menatap kosong ke arah cangkir tehnya. “Kalian tahu siapa yang mereka maksud?”

Ketiga pelayan saling pandang, lalu menjawab bersamaan, “Chen xi, Nyonya.”

Ruangan hening sejenak.

Dari sisi kanan, terdengar suara tawa lembut yang sedikit tajam di telinga. Shi zu, wanita paling terkenal di Yue zhi, melangkah masuk tanpa izin. Gaun merah darah yang ia kenakan berkilau di bawah sinar matahari, dan langkahnya penuh percaya diri, seperti ratu yang terbiasa mendapat semua yang diinginkan.

“Begitu banyak tamu membicarakan gadis itu,” ujarnya, bibirnya melengkung membentuk senyum sinis. “Bahkan bangsawan muda yang biasanya enggan datang pun sekarang memesan tempat berhari-hari ke depan. Sungguh luar biasa untuk seseorang yang hanya berdiri di jendela sebentar.”

Tatapannya menembus tajam ke arah Nyonya Heng. “Mengapa tidak kau perkenalkan saja dia, Ibu Heng? Rumah ini akan makin makmur. Aku yakin para tamu akan membayar apa pun untuk melihat ‘Wanita Bulan’ itu.”

Nada suaranya terdengar ringan, tapi setiap kata seperti pisau berlapis madu.

Nyonya Heng menatap balik dengan pandangan tenang namun dingin. “Shi zu, kau tahu betul peraturan Yue zhi. Tidak semua yang tinggal di sini harus menjadi penghibur.”

Shi zu menyandarkan tubuhnya ke tiang kayu di dekat pintu, menatap nyonya rumah itu dengan senyum menggoda. “Ah, tapi para tamu tak akan berpikir begitu. Mereka mengira semua wanita di bawah atap ini ada untuk hiburan. Kalau kau menyembunyikan satu, mereka akan berpikir kau menyimpan permata langka untuk dirimu sendiri.”

“Cukup, Shi zu.” Suara Nyonya Heng kali ini tegas. “Chen xi adalah urusanku. Tidak ada yang boleh menyentuh atau menemuinya tanpa izinku.”

Tapi Shi zu tidak mundur. Ia melangkah mendekat, matanya berkilat lembut tapi penuh rasa ingin tahu. “Urusan pribadi? Atau kau takut? Gadis itu terlalu cantik, bukan? Kau khawatir pamornya akan mengalahkan bintang-bintang lamamu… termasuk aku?,”lanjutnya dengan senyum tipis seolah mengejek dirinya“—atau kamu tidak mau putrimu seperti dirimu. ”

Nada licik itu membuat udara di ruangan semakin berat. Pelayan yang berdiri di belakang menunduk dalam-dalam, tak berani menatap ke arah dua wanita kuat itu.

Namun sebelum Nyonya Heng menjawab, suara langkah lembut terdengar dari arah luar.

“Shi zu-jie,” suara lembut namun jelas itu memecah ketegangan.

Semua kepala menoleh Chen xi berdiri di ambang pintu. Rambut hitamnya disanggul sederhana, hanya dihiasi satu tusuk rambut dari giok hijau muda. Ia tidak mengenakan pakaian mencolok, hanya jubah biru lembut yang membuatnya tampak bersih dan berwibawa.

Shi Zu menatapnya lama. “Jadi ini… gadis yang membuat seluruh Yue zhi heboh semalaman.”

Chen xi tersenyum tipis, lalu berjalan mendekat dan memberi hormat kecil kepada ibunya. “Ibu, aku mendengar orang memanggilku dari luar. Aku tidak ingin membuat Yue zhi dalam kesulitan karena diriku.”

Nyonya Heng menghela napas pelan, menatap putrinya dengan mata yang lembut namun khawatir. “Kau tidak perlu memikirkan hal itu, Xi’er. Ibu akan menanganinya.”

Chen xi menatap sekeliling, menatap Shi zu dengan sopan. “Aku tidak bermaksud merebut perhatian siapa pun, apalagi menodai nama Yue zhi.Katakan pada mereka untuk bersabar, saat aku siap aku sendiri yang akan menemui mereka.”

Shi zu menaikkan satu alis. “Apa kamu ingin mempermainkan tamu?.” Ia melangkah pelan mengelilingi Chen xi, menatapnya seolah menilai dirinya. “Memangnya sehebat apa dirimu,untuk menyuruh mereka menunggu mu?.”

Chen xi menoleh sedikit, matanya menatap langsung ke arah Shi zu tidak menantang, tapi juga tidak gentar, lalu ia berjalan perlahan-lahan kearah Shi zu. “Aku masih ingat bagaimana malam itu, kamu yang menjebakku sehingga terluka dan hampir mati.”bisiknya hanya bisa terdengar oleh Shi zu.

Shi zu lalu terdiam, ia meremas pakaian nya seakan ia merasa ketakutan.

Diamnya Shi zu membuat ruangan hening lagi. Bahkan Shi zu tidak langsung menjawab. Bibirnya melengkung samar senyum yang entah kagum atau sinis.

Akhirnya Chen xi berkata pelan, “Ibu, bukankah setiap wanita disini butuh persiapan untuk diperkenalkan kepada tamu, agar tidak membuat malu rumah bordil Yue zhi.”

“Tapi kamu putriku, dan aku tidak mau kamu menjadi pemuas nafsu pria. ”

“Ibu tidak semua wanita penghibur disini mau menjadi pemuas mereka, tapi mereka butuh tempat untuk dilindungi dan dihargai agar tidak menjadi budak, ”“—dan aku juga tidak mau menjadi budak yang kalian hina lagi, karena aku putrimu nyonya Heng. ”

Lalu setelah mengatakan itu ia membalik badan dan berjalan keluar dari aula, meninggalkan aroma bunga mawar dan ketegangan yang menggantung di udara.

Setelah kepergiannya, Nyonya Heng menatap Chen xi dengan pandangan campuran antara bangga dan takut akan rahasia tentang Chen xi akan terbongkar.

Sementara itu, di penginapan luar kota, Xiao long pria yang semalam menatapnya dari bawah masih memikirkan wajah itu.Dan dia terus menatap kearah tempat Chen xi berada, seakan berharap sebelum pergi bisa melihatnya.

Langit sore di Han yue mulai berwarna keemasan. Matahari yang hendak tenggelam memantulkan cahaya lembut di genting-genting rumah dan pepohonan yang berbaris di sepanjang jalan utama kota. Angin membawa aroma dupa dan suara musik kecapi dari arah rumah bordil Yue zhi, yang masih ramai meski siang hampir berakhir.

Di penginapan “Paviliun Angin Selatan,” di lantai dua yang menghadap langsung ke arah Yue zhi, duduklah seorang pria muda dengan pakaian sederhana tapi berkelas.

Xiao Long dia adalah paman kerajaan, jenderal perbatasan yang terkenal dingin dan tegas di medan perang tapi kini terlihat… berbeda.

Ia duduk di kursi kayu dekat jendela terbuka, tubuhnya sedikit condong ke depan, pandangannya tak lepas dari bangunan megah di kejauhan yang dihiasi lentera merah. Di tangannya, secangkir teh sudah lama mendingin.

Pelayan pribadinya, Han, berdiri di belakang dengan raut wajah yang campuran antara bingung dan cemas.

Sudah sejak pagi tuannya duduk di posisi itu yang terus menatap, diam, seolah waktu berhenti.

Akhirnya Han tidak tahan lagi.

“Tuan,” panggilnya dengan hati-hati, “kalau terus menatap begitu, aku khawatir para pelayan di rumah itu akan mengira Tuan jatuh cinta pada dinding mereka.”

Xiao long tak bergeming. Hanya matanya yang bergerak sedikit, mengikuti gerakan kain tirai di lantai dua Yue zhi yang berkibar tertiup angin. “Aku hanya… melihat arah angin,” jawabnya datar.

Han mendesah panjang. “Arah angin tidak pernah sesibuk itu, Tuan. Setiap jam kau melihat ke sana seolah menunggu seseorang keluar.”

Xiao long menoleh pelan, menatap pelayannya dengan sorot tajam,tapi bukan marah, lebih seperti menutupi sesuatu yang tak ingin diakui.

“Han, kau terlalu banyak bicara.”

“Tentu, Tuan,” balas Han cepat, tapi lalu menambahkan dengan nada pelan, “walau mulut ini banyak bicara, mata ini juga tak buta. Sejak semalam, Tuan tidak bisa berhenti memikirkan gadis itu, bukan?”

Keheningan kembali turun.

Dari luar jendela, suara tawa para penjual dan derap langkah kuda lewat di jalan batu. Tapi di dalam ruangan, hanya ada dua orang dan keheningan yang lebih keras dari suara apa pun.

Akhirnya Xiao long berkata lirih, “Aku tidak tahu siapa dia. Tapi sorot matanya… seperti seseorang yang sedang menahan dunia agar tidak runtuh di pundaknya.”

Han menatap tuannya dengan ekspresi heran, lalu tertawa kecil. “Tuan, kalau sampai para prajurit di perbatasan mendengar kata-kata itu, mereka akan mengira Jenderal Xiao long telah dirasuki roh penyair!”

Xiao long tak bisa menahan senyum tipis. Ia menyandarkan tubuhnya, menatap langit sore. “Kadang, Han, seseorang yang terlihat lembut justru punya kekuatan lebih besar dari seribu pedang.”

Han mengangguk pura-pura serius. “Benar, Tuan. Tapi jika orang lembut itu berasal dari rumah hiburan terbesar di Han yue… maka kekuatannya bisa membuat seluruh istana bergetar.”

Pandangan Xiao long kembali mengarah ke Yue zhi. Lentera di halaman depan mulai dinyalakan satu per satu, menebar cahaya merah keemasan yang berpendar lembut. Dari kejauhan, terdengar samar musik kecapi, nada yang lembut, tapi terasa penuh kerinduan.

Ia mengernyit pelan. “Han, siapa sebenarnya pemilik tempat itu?”

“Seorang wanita bernama Nyonya Heng,” jawab Han cepat. “Kau tahu reputasinya wanita itu pintar, punya koneksi dengan bangsawan istana dan pedagang kaya. Tapi…”

Han ragu sejenak, lalu melanjutkan pelan, “konon, dia menyembunyikan sesuatu. Katanya, ada seorang gadis muda di sana yang tidak boleh disentuh siapa pun.”

Xiao long menoleh tajam. “Gadis muda?”

Han mengangguk. “Ya, Tuan. Orang-orang menyebutnya ‘Wanita Bulan dari Yue zhi’. Mereka bilang, ia hanya terlihat sekali di balkon, di bawah cahaya bulan. Sejak malam itu, semua pria di Han yue mencari tahu siapa dia.”

Suara Han berhenti ketika melihat perubahan halus di wajah tuannya.

Mata Xiao Long memantulkan sinar sore, dingin namun dalam. “Wanita Bulan…” gumamnya, hampir tak terdengar.

Han berdeham. “Tuan, jangan bilang kau percaya takhayul mereka.”

Xiao Long menatap lagi ke arah rumah itu. “Aku tidak percaya takhayul. Tapi aku percaya pada mata.” Ia menghela napas pelan. “Dan mataku tidak mungkin salah melihat. Gadis itu… bukan seperti yang mereka kira.”

Han menatap tuannya lama, lalu memutar bola matanya kecil-kecil.

“Baiklah,” katanya akhirnya. “Tapi kalau Tuan masih menatap jendela itu besok pagi, aku akan melaporkan pada Jenderal Han ming bahwa komandannya sedang jatuh cinta.”

“Han.”

“Ya, Tuan?”

“Kalau kau masih bicara, aku akan mengirimmu kembali ke perbatasan untuk menghitung batu satu per satu.”

Han langsung menutup mulutnya rapat, tapi di baliknya senyum kecil tersungging. Ia tahu, tuannya yang biasanya tak tergoyahkan di medan perang kini sedang terjebak dalam sesuatu yang lebih berbahaya dari pedang sebuah rasa penasaran.

Dan di kejauhan, dari jendela lantai dua Yue zhi, seolah ada bayangan lembut yang bergerak di balik tirai sutra. Hanya sesaat, tapi cukup untuk membuat Xiao long menegakkan tubuhnya.

Angin sore membawa aroma bunga mawar samar ke arah penginapan.

Xiao long menatapnya lama.

“Han,” katanya akhirnya dengan suara rendah. “Kau bilang… Nyonya Heng punya koneksi dengan bangsawan?”

“Ya, Tuan.”

“Cari tahu kapan pesta berikutnya diadakan di Yue zhi. Mungkin sudah waktunya aku… menyapa dunia yang selama ini aku hindari.”

Han menatap tuannya tak percaya. “Tuan mau datang ke rumah hiburan?”

Xiao Long tersenyum samar dimana senyum yang jarang sekali muncul di wajahnya. “Untuk sekali ini saja, Han. Aku ingin tahu… seperti apa cahaya bulan yang membuat seluruh kota kehilangan akal.”

Jenderal besar Han yue tidak luput dari pesona Chen xi, apakah takdir bisa mempersatukan mereka?.

1
SecretS
Sungguh kisah tragis, tapi kakak apa boleh kasih saran buat cerita kakak ini menjadi yang lebih menarik seperti akhir tak selalu harus menikah terkadang kembali merasakan hidup damai itu yang terpenting kak. Tolong buat yang berbeda dari punya tetangga ya karena kebanyakan sih selalu berakhir dengan fulgar atau menikah itu membosankan kak, tapi cerita kakak ini sudah menarik kok lanjutkan terus ya 💪💪 semangat 👍👍👍
Kitty: boleh
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!