Rahasia Chen Xi(Jiwa Yang Terjebak Di Tubuh Budak)
Langit malam di negeri Han yue berubah pucat, perlahan ditelan bayangan bulan yang merayap. Gerhana itu bukan sembarang gerhana,gerhana tersebut berwarna merah menyala, semerah darah, seolah langit sendiri sedang berkabung. Orang-orang berkerumun di jalanan, wajah mereka penuh ketakutan. Tabib-tabib tua,peramal bahkan menteri urusan keagamaan bergumam bahwa itu adalah pertanda buruk seperti kutukan yang akan menelan dua jiwa pada malam yang sama.
Dan benar saja.
Di negeri Qing lan, jauh dari pusat Han yue, istana megah terbakar oleh kegelisahan. Putri Han yue bernama Yu xuan yang diperistri oleh Putra Mahkota Qing lan,terbujur kaku di kamarnya. Darah mengalir deras dari dada yang ditusuk belati hitam. Api obor menjilat kain tirai, menelan tubuhnya yang tak lagi bernyawa. Tidak ada yang tahu siapa pria misterius yang masuk ke kamarnya malam itu, hanya ada bau arang dan daging terbakar, meninggalkan mayat yang bahkan sulit dikenali. Malam itu, dua kerajaan yang diikat pernikahan politik, diguncang oleh tragedi yang sama yaitu hilangnya seorang putri.
Sementara itu, di jantung kota Han yue, di antara gang-gang sempit dan rumah bordil yang beraroma arak basi, seorang budak wanita bernama Chen xi berlari di lantai atas bangunan reyot. Langkahnya goyah, matanya penuh air, seakan tengah melarikan diri dari sesuatu yang tak terlihat. Teriakan samar terdengar, namun lenyap ditelan gemuruh suara lelaki mabuk. Saat bulan merah sepenuhnya menelan langit, kakinya terpeleset. Tubuh mungilnya terhempas ke bawah. Suara retakan tulang bergema di antara lantai kayu yang basah oleh darah. Ia meninggal seketika, dengan mata yang masih menatap langit merah itu yang seolah langit ingin menyaksikan tragedinya.
Tak ada yang tahu, apa hubungan antara kedua kematian itu. Seorang putri yang seharusnya dilindungi, dan seorang budak yang tak pernah dipedulikan. Namun gerhana darah malam itu telah mengikat takdir keduanya dengan benang yang sama.
Dan di balik semua itu, ada rahasia besar yang belum terbongkar. Sebuah rencana yang melibatkan tahta, dendam, dan jiwa-jiwa yang menolak mati dengan tenang.
Di negeri Qing lan malam itu sibuk memadamkan api yang membesar di kamar putri mahkota, sedangkan di rumah bordil Yue zhi orang-orang disana mengerumuni dan menatap kasihan dengan Chen xi.
“Padamkan api! . ”suara teriakan pelayan istana Qing lan.
Mereka berbondong-bondong mengambil air dalam ember kayu, untuk memadamkan api yang sudah membesar.
Teriakan pelayan dan prajurit bercampur dengan gemuruh api yang melalap kamar Putri Mahkota. Istana dipenuhi kepanikan. Kaisar belum tidur, wajahnya muram, sementara Putra Mahkota menatap dingin kobaran api yang menelan tempat istrinya dan senyum tipis seolah menghiasi wajah tampan putra mahkota Qing lan.
Akhirnya aku terbebas dari wanita yang tidak menarik itu. suara hati putra mahkota Qing lan.
Namun jauh di Han yue, di sebuah rumah bordil termewah bernama Yue zhi, keheningan justru terasa lebih mencekam. Tubuh Chen xi yang remuk terbujur di lantai. Darah segar mengalir, membasahi lantai kayu yang pecah di beberapa tempat. Wanita-wanita penghibur menjerit, menutup mulut mereka dengan tangan gemetar, sebagian lainnya pingsan tak kuat menatap pemandangan itu.
Di antara kerumunan, seorang perempuan paruh baya yang berwajah cantik dengan penampilan seperti penghibur senior merangsek maju, wajahnya penuh air mata. Dialah Nyonya Heng, yang selama ini dikenal hanya sebagai pemilik rumah bordil itu yang tak ada yang tahu bahwa ia menyimpan rahasia paling besar yaitu budak yang tidak mereka anggap,adalah putri nyonya Heng.
“Xi’er… Xi’er-ku… bangunlah… jangan tinggalkan ibu…” Suara parau Nyonya Heng pecah, ia mengguncang tubuh putrinya yang dingin. Tangisnya menggetarkan hati, bahkan lelaki pemabuk yang biasanya tak peduli ikut terdiam, menatap dengan iba.
Salah satu karyawan nya, mencoba menenangkan nona Heng. “Nyonya, hentikan kasihan Chen xi!. ”
Tak lama kemudian, keajaiban terjadi setelah itu.
Langit yang masih merah pekat. Gerhana itu belum berakhir. Namun perlahan, bayangan bulan bergerak, meninggalkan sinar pucat keperakan yang menembus celah jendela rumah bordil. Cahaya itu jatuh tepat ke tubuh Chen xi, seperti sentuhan ilahi.
Tiba-tiba, hawa dingin menusuk ruangan. Lilin-lilin padam serentak, hanya tersisa sinar merah dari langit. Para wanita menjerit. “Dewi… dewi marah! Ini kutukan gerhana!”
Nyonya Heng tak peduli. Ia merangkul erat jasad putrinya. Air matanya menetes, jatuh ke wajah Chen xi yang pucat.
Dan saat itu terjadi saat tetesan terakhir air mata jatuh, gerhana merah mulai menghilang. Langit kembali pucat, sinar bulan murni memancar. Tubuh Chen xi tiba-tiba tersentak. Tangannya bergerak kaku, matanya terbuka perlahan.
“Haahh—!”
Suara helaan napas panjang keluar dari bibirnya, seolah ia baru saja kembali dari kedalaman lautan.
Kerumunan terdiam. Wanita-wanita penghibur menjerit lebih keras, ada yang berlari keluar rumah, ada yang berlutut memohon ampun pada langit.
Sedangkan nyonya Heng hanya terdiam terpaku, dengan wajah yang memucat karena tidak percaya dengan yang ia lihat didepan nya.
Chen xi terbatuk, darah tipis mengalir dari bibirnya. Matanya yang semula kosong kini dipenuhi cahaya berbeda. Bukan sekadar seorang budak yang hidup kembali tapi tatapannya dalam, seakan menatap menembus jiwa setiap orang di ruangan itu.
“Xi’er… kau hidup… kau hidup kembali!” Nyonya Heng menjerit, mencium wajah putrinya berkali-kali dan memeluknya.
Namun Chen xi hanya menatap bulan dari celah jendela, matanya berkilat aneh. bagaimana bisa aku disini?bukankah aku sudah menjadi mayat terbakar oleh api. tapi ini dimana?.pikirnya yang bingung dengan tempat asing dan orang -orang disekitarnya.
Chen xi melihat kearahnya sendiri, ia memperhatikan tangannya dan wanita cantik didepan nya.
“Nyonya siapa?. ”
“Aku ibumu. ”
“Ibu?. ”
Lalu kilatan ingatan tentang kehidupan Chen xi yang lalu, ter selip dalam kepalanya.
Chen Xi menatap wajah cantik paruh baya di depannya. Kata “ibu” terasa asing di lidahnya, namun hangat sekaligus menyakitkan di hati. Tapi seiring ia menatap lebih lama, kilatan cahaya menyambar di benaknya sebuah bayangan-bayangan asing, kehidupan yang bukan miliknya.
Kilatan pertama datang begitu jelas.
Seorang gadis kecil berambut kusut, tubuh kurusnya penuh memar, berdiri di sudut ruangan remang. Ia menatap sosok Nyonya Heng dengan mata basah, sambil membawa semangkuk bubur basi.
“Ibu… Xi’er sudah membersihkan lantai. Lihat… Xi’er bisa membantu, jangan marah lagi.” Suaranya kecil, penuh harap.
Namun yang ia dapatkan hanya tamparan keras. Bubur itu tumpah ke lantai.
“Kau pikir dengan wajah busukmu itu aku bisa mengakuimu sebagai anakku? Jangan bermimpi! Kau hanya budak hina di rumah ini! Kau hanya beban, mengerti?!”
Gadis kecil itu menangis, memegangi pipinya yang memerah. Tapi di matanya masih ada secercah harapan dimana harapan yang terus ia bawa hingga dewasa, meski setiap hari ia hanya menerima hinaan, pukulan, dan kata-kata yang menusuk hati.
Kilatan lain menghantam. Malam-malam panjang ketika tubuh gadis itu dipaksa bekerja, membersihkan kamar pelanggan yang bau arak dan keringat. Saat ia jatuh sakit, Nyonya Heng bahkan tidak meliriknya. Yang keluar hanya kalimat dingin seperti.
“Kalau mati, kuburkan saja di belakang rumah. Tak ada yang peduli.”
Ingatan itu begitu nyata, membuat Chen xi gemetar. Tubuhnya bergetar, kedua tangannya mencengkeram kain lusuh di dadanya.
Itu… kehidupan Chen Xi yang asli.
Malangnya nasib gadis ini, ibu yang seharusnya memeluknya. tapi Chen xi mendapatkan tamparan dan pukulan rotan dari ibunya yang ia sayangi. pikir Yu xuan.
Sekarang dia sudah menyadari, dia bukan lagi putri Yu xuan, Putri Mahkota Qing lan. Tapi ia adalah Chen xi gadis budak, putri pemilik rumah bordil Yue zhi.
“Tidak mungkin…” bisiknya pelan, air mata tanpa sadar mengalir di pipinya. “Jadi… aku berada di tubuh seorang budak hina yang bahkan tidak diakui ibunya sendiri?”
Nyonya Heng yang masih memeluknya membeku sejenak. Ia menatap wajah putrinya,wajah yang kini menatapnya dengan sorot mata berbeda, bukan tatapan lemah penuh permohonan kasih sayang, melainkan tatapan tajam yang menelanjangi jiwa.
“Ibu? Hah… sejak kapan kau mengakuiku anakmu?” Chen Xi tersenyum miring, suaranya dingin. “Bukankah dulu setiap kali aku memanggilmu begitu, kau menamparku? Kau menyebutku budak hina. Jadi sekarang… mengapa kau menyebut dirimu ibuku?”
Nyonya Heng tersentak. Wajahnya pucat pasi, bibirnya bergetar. “Xi’er… Ibu…”
Namun Chen xi menepis pelukannya, menatapnya dengan mata yang berkilat samar oleh sinar bulan.
Setelah mengatakan kata yang menyakiti nyonya Heng, Chen xi berdiri dan berjalan masuk kedalam rumah bordil tersebut. meninggalkan ibunya yang duduk termenung, seakan ia terkejut dengan yang didengarnya.
Para pekerjaan dan tamu disana, memberikan jalan pada Chen xi. mereka tidak berani berbicara, hanya menatapnya dengan ketakutan karena mereka pikir mayat hidup masuk kedalam rumah bordil tersebut.
Namun di balik kerumunan itu, seorang wanita memperhatikan Chen xi dari jauh dengan tatapan kekesalan.
Nyawanya banyak sekali, sudah tubuh penuh darah. ia bisa hidup, entah ini keajaiban atau kutukan. suara hati wanita misterius itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments