Menikahi Pria terpopuler dan Pewaris DW Entertainment adalah hal paling tidak masuk akal yang pernah terjadi di hidupnya. Hanya karena sebuah pertolongan yang memang hampir merenggut nyawanya yang tak berharga ini.
Namun kesalahpahaman terus terjadi di antara mereka, sehingga seminggu setelah pernikahannya, Annalia Selvana di ceraikan oleh Suaminya yang ia sangat cintai, Lucian Elscant Dewata. Bukan hanya di benci Lucian, ia bahkan di tuduh melakukan percobaan pembunuhan terhadap kekasih masa lalunya oleh keluarga Dewata yang membenci dirinya.
Ia pikir penderitaannya sudah cukup sampai disitu, namun takdir berkata lain. Saat dirinya berada diambang keputusasaan, sebuah janin hadir di dalam perutnya.
Cedric Luciano, Putranya dari lelaki yang ia cintai sekaligus lelaki yang menorehkan luka yang mendalam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quenni Lisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 07 - Kehamilan
"Hah!"
"Hah... Hah..." Anna terbangun dari pingsannya dengan nafas yang memburu. Ia sekilas mengingatkan kejadian sebelum ia pingsan. Ia pikir sekarang ia telah mati hanyut di sungai. Namun, ia malah berada di sebuah rumah sakit, ah tidak sebuah klinik pribadi mungkin.
Matanya mengedar menatap setiap inci ruangan itu dan tatapannya terhenti pada seorang Dokter Pria yang baru saja masuk.
"Anda sudah sadar..." Ia bertanya dengan lembut sembari berjalan mendekati Anna.
Anna mengangguk. "Siapa yang membawa saya kesini? Berapa biayanya?" tanya Anna dengan resah. Ia tak membawa banyak uang, ia hanya memiliki sedikit uang simpanan dari yang selama ini Kakek berikan padanya, lalu ia tabung untuk keperluan darurat. Tapi itu tak banyak.
Dokter itu tersenyum. "Saya tidak akan meminta banyak, kamu cukup bayar seratus ribu untuk pengecekannya. Anggap saja sebagai hadiah ucapan selamat," jelas Dokter itu, sambil tersenyum.
Anna mengernyit heran. Hadiah ucapan selamat. "Ucapan selamat? Apa maksudnya, Dok?" tanya Anna dengan heran.
"Kamu sedang hamil. Itulah kenapa kamu pingsan di jalanan, dan itu terjadi karena pikiranmu terlalu banyak dan keadaan emosimu tak stabil sehingga menyebabkan perutmu mengalami kejang, untungnya janinnya tidak masalah," jelas Dokter dengan perlahan.
"Oh, ya. Usia janinnya sudah dua Minggu, selamat ya sekali lagi. Saya permisi untuk cek pasien lainnya," ucap Dokter itu, lalu berlalu pergi meninggalkan Anna yang terdiam mencoba mencerna setiap kata dari Dokter itu.
"Hamil?" gumam Anna, seolah tak percaya.
"Jika Aku hamil. Berarti ... Ini anak Lucian," gumam Anna. Ada rasa bahagia, sedih dan gundah di hatinya. Ia sangat-sangat ingin memberitahukan ini semua pada Lucian. Namun, ia sadar akan seperti apa tanggapan Lucian terhadapnya dan bayi ini.
Anna tahu, Lucian yang mencintai Mona tak akan membiarkan wanita itu sedih. Anna juga tahu, betapa keras pendidikan yang akan di lalui anaknya nanti jika ia memberikannya kepada keluarga Dewata.
"Aku tak ingin mereka merebut Anakku! Hanya dialah satu-satunya yang kumiliki saat ini." Anna seolah-olah mendapatkan harapan hidup lagi. Ia mengelus pelan perutnya, dengan perasaan bahagia.
"Aku harus pergi jauh! Sejauh mungkin dari keluarga Dewata dan jangkauan keluarga mereka," gumam Anna bertekad. Seketika itu juga ia seakan-akan mendapatkan kekuatan untuk terus hidup.
Flashback off.
Tap!
Sebuah tangan kecil memegang wajahnya dengan lembut.
"Bunda... Bunda kenapa bengong dari tadi?" tanya Cedric, ia sudah terbangun dari tidurnya dan kebingungan melihat ekspresi wajah Bundanya itu. Rasa bersalah di hatinya semakin membuncah.
"Bunda sedih gara-gara Ceddy, ya? Aku minta maaf, Bunda," ujar Cedric, ia menunduk penuh rasa sesal di hatinya. Harusnya ia menahan diri, harusnya ia tak terpancing untuk membalas Tio. Dengan begitu Bundanya tak akan merasa sedih seperti sekarang.
Anna tertegun. "Tidak! Ini salah Bunda! Bunda yang terlalu nyaman dengan pikiran bahwa kamu baik-baik saja tanpa hadirnya seorang Ayah di hidupmu," jelas Anna penuh sesal.
"Enggak, Bunda! Ceddy cukup hanya dengan Bunda! Ceddy tidak butuh Papa yang tak menginginkan Ceddy dan Bunda!" teriak Anna itu penuh keyakinan.
"Walau Ceddy adalah anak haram... Ceddy terima, jika itu Bunda! Bunda yang Ceddy sayangi melebihi siapapun!"
"Tidak! Kamu bukan anak haram, sayang. Bukan! Hiks ... Bukan!" Anna berteriak sembari memeluk erat Cedric, ia menangis membayangkan betapa sakitnya Putranya itu mendengar semua omong kosong itu.
"Bunda sudah berusaha menjelaskan namun... Mereka tak ada yang mempercayainya. Akan tetapi Bunda tak bisa memberikan bukti kepada mereka karena suatu hal," jelas Anna. Karena keegoisannya inilah yang membuat Ceddy menderita.
"Kamu tunggu disini, ya..." Anna memberanikan dirinya. Ia tak bisa terus menerus menyimpan rahasia ini dari Putranya. Ia rasa Putranya berhak tau, dan karena sikap dan sifat dewasa Cedric ia tahu anak itu bisa memilih apa yang menurutnya benar.
"Ini ..." Anna memberikan secarik kertas, dengan judul yang terpampang besar "Akta Cerai".
"Lucian Elscant Dewata," gumam Cedric. Walau ia tak pernah mempertanyakan tentang siapa Ayah kandungnya dan seperti tak mempermasalahkan hidup tanpa Ayahnya. Namun, hati tak pernah bisa berbohong, jelas hal pertama yang ia tuju adalah nama Ayahnya.
"Lucian..." Cedric terus menggumamkan nama itu. Ia seperti mengenal nama ini, rasanya familiar.
"Lucian!" teriaknya. Disambut anggukan dari Anna.