SMA Adhirana dikenal sebagai sekolah elit dengan reputasi sempurna — tapi di balik tembok megahnya, beredar satu rumor yang gak pernah dibahas secara terbuka: “Lantai Tujuh.”
Katanya, gedung utama sekolah itu cuma punya enam lantai. Tapi beberapa siswa bersumpah pernah menekan tombol “7” di lift... dan tiba di lantai yang tidak tercatat di denah mana pun.
Lantai itu selalu berubah-ubah. Kadang berupa ruang kelas kosong dengan bau darah, kadang koridor panjang penuh loker berkarat. Tapi yang pasti — siapa pun yang masuk ke lantai tujuh selalu kembali dengan ingatan yang terpotong, atau malah tidak kembali sama sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 — Kode 707
Reina tidak membuang waktu untuk menganalisis bahaya dari dua Daren yang kini berkeliaran. Baik Daren yang putus asa maupun Daren yang sempurna, keduanya mendesaknya untuk menghancurkan cermin di kamar kosnya. Keputusan ini terlalu krusial untuk diambil di tengah kebingungan. Sebelum menghancurkan Portal Jembatan itu, Reina harus mendapatkan satu informasi krusial: Bukti yang tidak bisa dihapus oleh perulangan waktu.
Ia berlari kembali ke sekolah dan langsung menuju Ruang Klub Jurnalistik. Jam sudah menunjukkan hampir tengah malam, yang berarti ia hanya punya beberapa jam sebelum perulangan 07:07 berikutnya.
Reina menemukan Zio di sana, masih dalam mode hyper yang riang, sedang mengetik cepat di komputernya. Zio yang sekarang ini adalah kloning yang diprogram ulang, yang tidak mengenali Reina, tetapi masih memiliki naluri dan keahlian hacker Zio yang asli.
"Zio," sapa Reina, berusaha terdengar ramah.
Zio menoleh. "Oh, hai! Kamu cewek yang tadi pagi di loker, kan? Maaf, aku lupa namamu. Tapi kamu boleh masuk, Ruang Jurnalistik ini selalu terbuka untuk informasi!"
"Namaku Reina," kata Reina, mendekati mejanya. "Aku dengar kamu sedang mencari informasi tentang sistem keamanan sekolah. Aku bisa bantu."
"Wow, serius? Kamu hacker juga? Aku lagi stuck nih. Aku tahu ada server CCTV tersembunyi, yang umurnya lebih tua dari sekolah ini. Tapi kodenya sulit banget," jelas Zio, kembali fokus ke monitor.
Dia mencari server yang sama dengan yang aku cari di Bab 11. Reina menyadari. Lantai Tujuh telah memprogramnya untuk mencari bukti, tetapi tanpa konteks yang berbahaya.
"Mungkin aku bisa membantumu mencari kodenya," kata Reina. "Apa yang sudah kamu coba?"
"Aku sudah coba semua password umum: nama kepala sekolah, tanggal lahir, nama alumni. Nol besar. Kode itu harusnya ada di arsip keamanan lama," keluh Zio.
Reina duduk di sampingnya. "Coba ini: Tiga angka yang paling sering muncul di sekolah ini."
Zio mengernyit. "Angka yang sering muncul? Lambang sekolah? Tanggal penting?"
"Bukan. Angka yang berhubungan dengan misteri. Angka di lift. Tujuh," kata Reina. "Dan, coba ulangi dua kali."
Zio mengetik. 777.
Layar menolak. "Nope."
"Sekarang, coba gabungkan dengan waktu perulangan. 07:07," bisik Reina.
Zio mengetik lagi. 707.
Layar komputer tiba-tiba berkedip. Jendela pop-up muncul: "ACCESS GRANTED. ADMIN LOG."
"Whoa! Kamu jenius, Rei! Kok bisa kepikiran?!" seru Zio, bersemangat.
Reina mengabaikannya. 707. Kode yang diciptakan oleh Aksa atau Rhea, untuk menandai waktu penebusan atau waktu reset.
Zio adalah Admin yang baru, yang memiliki akses ke data penting. Reina menyadari. Ia harus menggunakan Zio sebelum ia direset lagi.
"Cepat, Zio. Buka folder CCTV. Yang lama. Lima tahun ke belakang," perintah Reina.
Zio, dalam kegembiraannya, dengan patuh mengeklik folder "VOID_ARCHIVE_5Y."
Jendela folder terbuka. Isinya bukan file video. Isinya adalah rekaman live yang terbagi menjadi ratusan thumbnail kecil.
Ratusan thumbnail itu menampilkan adegan yang sama: lorong-lorong gelap Gedung Lama, dan Lift Pertama yang berkarat.
"Apa ini?" tanya Zio, sedikit bingung. "Kenapa rekaman ini sangat banyak?"
Reina mendekat ke layar, matanya menyipit. Setiap thumbnail adalah rekaman siswa yang berbeda.
"Lihat," kata Reina. "Setiap thumbnail adalah rekaman siswa yang berjalan ke lift. Tapi tidak ada yang terlihat berjalan keluar."
Mereka mulai menggeser tampilan. Ada Aksa muda, Daren muda, Rhea, Clara Wijaya, dan bahkan seorang anak laki-laki kecil—adik Naya. Semuanya berjalan ke lift, dan menghilang.
Zio, si hacker jenius, mulai menganalisis metadata. "Reina, ini gila. Server ini merekam pergerakan di dimensi yang berbeda. Ini bukan hanya CCTV sekolah. Ini rekaman perjalanan jiwa."
Tiba-tiba, Zio menunjuk ke sebuah thumbnail di barisan paling bawah. "Tunggu! Ini siapa?"
Reina menatap thumbnail itu. Rekaman itu hitam putih, dan resolusinya sangat rendah, menunjukkan seorang siswi berseragam Adhirana berjalan di koridor Gedung Lama yang masih baru. Siswi itu memiliki rambut panjang, yang sedikit menutupi wajahnya.
Thumbnail itu berlabel: "R.L. - VOID ENTRY - 10/10/2019."
"R.L.?" tanya Zio. "Reina Laksana?"
Reina menatap tanggalnya. 10 Oktober 2019.
"Itu... itu dua tahun sebelum aku pindah ke Adhirana," bisik Reina, tangannya gemetar. "Aku baru pindah ke sini tahun 2021, setelah Kak Aksa menghilang."
Ia melihat rekaman itu lagi. Sosok siswi itu terlihat persis seperti dia, tetapi mengenakan seragam yang lebih lama. Gadis itu berjalan ke Lift Pertama, menekan tombol 7, dan masuk.
Reina memundurkan langkah. Dosanya bukan hanya berharap Aksa menghilang. Dosanya bukan hanya menambahkan kode Exit.
Dosanya adalah ia sudah pernah berada di sini.
Kamu selalu berada di sini, Reina. Kamu sudah menjadi bagian dari penebusan ini sejak awal. Kamu lupa. Kamu melakukan self-reset ingatanmu sendiri. Suara Rhea kini terdengar bangga.
"Tidak. Ini bohong. Aku tidak ingat ini," bisik Reina.
"Reina, lihat ini," kata Zio, yang masih fokus pada data. "Aku menemukan log yang terkait dengan rekaman itu. Ini adalah pesan suara yang terekam otomatis."
Zio mengeklik log audio. Suara itu adalah suara Reina muda, terdengar putus asa.
"Aku harus kembali. Aku harus memperbaiki ini. Aku tidak boleh membiarkan Aksa mengorbankan dirinya. Aku akan kembali ke 2019. Aku akan menghapus dosa kita semua."
Reina muda. Aksa. Rhea. Mereka semua bekerja sama.
Reina sadar. Dia adalah yang paling bersalah. Dia tidak hanya terlibat. Dia adalah perencana cadangan untuk Lantai Tujuh. Ia sudah pernah melakukan pertukaran dan reset ingatan sekali, pada tahun 2019, untuk 'memperbaiki' masa depan.