NovelToon NovelToon
Bukan Berondong Biasa

Bukan Berondong Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Identitas Tersembunyi / CEO / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Berondong
Popularitas:14k
Nilai: 5
Nama Author: Jemiiima__

Semua ini tentang Lucyana Putri Chandra yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
‎Tapi muncul seseorang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
‎Apakah Lucyana berani jatuh cinta lagi?
Kali ini pada seorang Sadewa Nugraha Abimanyu yang jauh lebih muda darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kegilaan Andika

‎Sementara itu Lucy pulang ke apartemen nya tanpa Detri. Begitu membuka pintu apartemennya, Lucy langsung terpaku.

Lampu ruang tamu menyala terang, dan di sana — di atas sofa abu-abu miliknya — duduk Andika dengan posisi setengah rebah, botol minuman masih tergenggam di tangan.

Wajahnya memerah, matanya sayu tapi tajam, dan aroma alkohol langsung menusuk hidung Lucy.

Sekilas rasa panik menyergap. Jantungnya berdetak cepat, sementara otaknya berusaha mencari celah aman.

Dengan tangan bergetar, Lucy meraih ponselnya dari saku, menekan nomor Detri tanpa berpikir panjang.

“Det, plis… lo balik lagi. Ada Andika di sini,” bisiknya cepat.

Suara Detri di ujung sana langsung serius, “Oke, gue di kafe seberang apartemen lo. Gue pantau dari sini.”

Lucy menelan ludah. Ia tahu ini momen yang berbahaya, tapi sekaligus kesempatan yang ia tunggu.

Ia menatap pria itu lurus-lurus, mencoba tegar meski lututnya terasa lemas.

“Mau apa lo ke sini, Dik? Bukannya gue udah bilang kita udah selesai?” suaranya terdengar tegas, meski ujungnya bergetar.

Andika terkekeh rendah, nada mabuknya terdengar mengerikan. Ia meletakkan botol di meja dengan keras hingga berbunyi nyaring.

“Selesai?” gumamnya serak, berdiri terhuyung.

“Gak ada kata selesai buat kita, Lucy. Lo cuma milik gue.”

Lucy bisa merasakan hawa panas ketakutan menjalar di tengkuknya.

Andika melangkah mendekat, langkahnya berat tapi mantap.

Lucy spontan mundur selangkah demi selangkah, tubuhnya menegang, matanya berusaha mencari jalan keluar — namun ruangan itu terasa menyempit.

Sampai akhirnya punggungnya membentur dinding.

Suara benturan pelan itu seolah menjadi tanda bahwa tak ada lagi ruang untuk lari.

Andika menatap Lucy dengan tatapan yang liar dan gelap.

“Lo cuma milik gue dan lo gak bisa nolak gue, Lucy” gumamnya pelan sebelum tangannya meraih tengkuk Lucy, mencengkeram kuat, lalu menarik wajahnya mendekat.

Andika mencium Lucy dengan brutal melahap bibir Lucy rakus. Kemudian menggigit bibir Lucy membuat sudut bibirnya berdarah.

Ponsel yang sedari tadi digenggam Lucy terjatuh ke kolong meja ruang tamu.

“Aww—sakit Andika!” Lucy merintih, mencoba melepaskan diri.

‎“Lepas, gak lo?!”

Andika yang berada di bawah pengaruh alkohol enggan mengindahkan perkataan Lucy.

‎Dalam sekejap tangan Andika mencengkeram lengan Lucy menariknya dan menghempaskan tubuh Lucy ke sofa.

Lucy mencoba bangkit, namun pergerakannya kalah cepat dengan Andika. kini Andika berada di atas tubuh kecil Lucy membuka satu persatu kancing kemeja Lucy.

Lucy menahan tangan Andika, "D-dika sadar!

lo lagi mabuk, lepasin gue!" Lucy berusaha memberontak

PLAK!

Sebuah tamparan cukup keras mengenai pipi Lucy

"Gak usah berontak bisa gak sih?!"

Andika mengangkat kedua tangan Lucy menguncinya diatas kepalanya.

kemudian, bibirnya kembali menempel pada bibir Lucy menghisapnya kuat, memainkan lidahnya menyusuri setiap rongga mulut Lucy. Lucy Menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha menghindari ciuman Andika.

Merasa ada penolakan dari Lucy, Andika melepaskan pagutannya dan menarik rambut Lucy dengan kuat.

"Kenapa lo nolak gue hah? inikan bukan pertama kalinya buat lo berhubungan sama gue?!"

"itu dulu sampai sebelum gue tau lo selingkuh anjing! Sebelum gue sadar kalo ternyata lo cuma mau duit gue doang, jadiin gue atm berjalan lo, dasar mokondo bajingan!"

Mendengar Lucy mengumpati nya habis-habisan Andika naik pitam.

Andika kehilangan kendali. Kedua tangannya terulur cepat, mencengkeram leher Lucy dengan kasar. Jemarinya menekan kuat, urat di pelipisnya menegang.

Lucy berusaha melepaskan diri, jemarinya mencengkeram tangan Andika, matanya mulai berkaca. Tapi tatapan Andika hanya dipenuhi amarah dan kebencian.

"Jaga ya omongan lo, Luc!"

‎Lontaran kalimat yang di ucapkan Lucy berhasil menyentil ego Andika.

‎PLAK!

‎Tamparan demi tamparan mendarat di pipi lucy yang kini berwarna merah bercampur darah dari sudut bibirnya

Dengan sisa tenaga yang ada. Refleks, Lucy mengangkat lututnya — menghantam keras ke bagian bawah Andika. Tepat ke area paling sensitifnya.

‎Seketika Andika mundur , tubuhnya melipat menahan sakit.

‎"Sialan, lo Lucy! Sakit anjing!" Andika kembali menarik kuat rambut Lucy yang tergerai , menyeretnya hingga Lucy tersungkur dan membentur pojok meja yang cukup tajam.

‎Rambut Lucy ditarik kasar hingga kepalanya terangkat paksa. Ia memekik kesakitan, air matanya tertahan.

"Sifat asli lo ternyata gini ya Dik. Buta banget gue selama empat tahun jadi pacar lo!"

‎“Kenapa? lo nyesel? Denger baik-baik!” suara Andika berat, nyaris menggeram. “Seminggu lagi gue ke sini dan rencana pernikahan tetap berjalan!”

‎Ia melepaskan genggamannya dengan kasar lalu melangkah pergi dengan gontai, meninggalkan Lucy yang terjatuh di lantai dengan napas tersengal.

‎Lucy menatap punggung Andika yang berlalu meninggalkannya. Dan tanpa Andika tahu, lampu kecil di pojok ruangan berkedip merah pelan.

‎CCTV-nya merekam semuanya.

"Sialan! Demi bukti CCTV gue rela babak belur gini anjing!"

Sebelumnya setelah kesepakatan yang Lucy dan Detri buat. Lucy membeli kamera kecil berukuran telapak jari.

Dengan hati-hati, ia menyembunyikan kamera itu di antara buku-buku di rak ruang tamu, tepat menghadap ke arah sofa tempat Andika sering duduk.

Itu adalah satu-satunya cara untuk terbebas dari Andika.

Yaitu dengan bukti nyata tindak kekerasannya.

‎Maka dari itu, Lucy tidak melawan.

‎Bukan karena takut, tapi karena tahu—semua yang terjadi malam ini akan jadi bukti.

‎Ia membiarkan dirinya terlihat pasrah, meski tiap kekerasan fisik yang didapatnya membuat tubuhnya bergetar menahan sakit.

‎Di sisi lain,

Tepat di seberang apartemen Lucy, dari dalam kafe yang remang sore itu, Detri menatap layar laptopnya tanpa berkedip.

Rekaman CCTV dari apartemen Lucy tersambung jelas di sana—menampilkan setiap detik kekerasan yang dilakukan Andika.

Rahangnya mengeras, jemarinya mengepal di atas meja.

“Brengsek lo, Andika…” desisnya pelan, menahan ledakan emosi yang hampir pecah.

“Lo nggak bakal lolos kali ini.”

Tatapannya kembali ke layar, melihat Lucy yang berusaha melawan.

Detri menunduk sesaat, napasnya gemetar.

“Maafin gue, Lucy,” bisiknya getir.

“Demi bukti ini... gue cuma bisa liat lo disakitin dulu.”

Begitu melihat Andika keluar dari apartemen Lucy, Detri langsung bangkit dari kursinya.

Jantungnya berdegup keras, napasnya memburu. Ia buru-buru meraih ponsel, berniat menelepon Lucy—namun layar menunjukkan sambungan masih aktif.

“Luc? Lucy! Lo nggak apa-apa?!” suaranya terdengar panik.

Tak ada jawaban selain napas tersengal dari seberang.

“Gue kesana sekarang! Tunggu gue!”

Detri berlari kecil menyeberangi jalan, matanya terus mengawasi arah pintu masuk apartemen. Dari kejauhan, ia melihat Andika berdiri di trotoar, masih sempoyongan. Lelaki itu tampak sedang menelpon seseorang, wajahnya kusut dan mabuk.

Tak lama, sebuah mobil berhenti di depan gedung.

Seorang perempuan keluar dari kursi pengemudi, berbicara singkat dengan Andika sebelum lelaki itu masuk ke dalam mobil.

Mobil itu kemudian melaju pergi, meninggalkan lokasi.

Cekrek. Cekrek.

Detri dengan sigap mengabadikan semuanya lewat kamera ponsel.

“Lumayan buat bukti tambahan,” gumamnya dingin.

Tanpa membuang waktu lagi, ia bergegas masuk ke gedung apartemen, napasnya terengah.

Tangannya gemetar saat menekan tombol lift.

“Bertahan, Luc…” bisiknya pelan.

Begitu pintu apartemen terbuka, napas Detri langsung tercekat.

Lucy duduk di lantai, bersandar di dinding dengan tubuh gemetar. Rambutnya acak-acakan, bibir pecah, dan beberapa lebam mulai tampak di wajah serta lengannya.

Tanpa pikir panjang, Detri langsung menghampiri dan memeluknya erat.

“Lo udah kerja keras banget buat ini, Luc… lo kuat. Maafin gue, ya. Gue cuma bisa jadi penonton tadi.”

Suaranya bergetar, penuh sesal.

Lucy membalas pelukannya pelan, matanya berkaca-kaca.

“Gak apa-apa, Det,” ucapnya lirih dengan senyum lemah. “Memang gini kan rencana kita. Sakit dikit sih… lumayan, hehe.”

Detri menatap Lucy dalam diam — antara kagum dan marah.

Di depan matanya, perempuan yang dulu sering ia anggap terlalu lembut itu kini tampak begitu berani.

Lucy bukan lagi korban, tapi seseorang yang sedang berjuang untuk lepas dari jerat laki-laki bajingan.

...****************...

Sementara itu, di sebuah apartemen lain Andika menjatuhkan tubuhnya ke kasur dengan kasar. Bau alkohol masih kuat tercium dari napasnya. Dea, perempuan yang tadi menjemputnya, berdiri di tepi ranjang sambil menatap bingung.

“Sayang, kamu kenapa sih? Pulang dari tempat si Lucy wajahmu kusut banget,” tanyanya lembut.

Andika mendengus, menatap langit-langit dengan mata merah.

“Si Lucy mau mutusin aku,” geramnya. “Aku gak mau lah! Masa sumber duitku hilang gitu aja? Sialan! Harusnya tadi aku hamilin dia aja sekalian biar gak bisa minta putus lagi!”

"Liat mukanya yang babak belur, bikin ga nafsu tadi!"

Dea menghela napas, lalu duduk di sampingnya. Tangannya terulur, membelai wajah Andika penuh rayuan.

“Masih ada lain waktu, sayang,” bisiknya pelan.

Andika menoleh, senyum miring terlukis di wajahnya.

“Kamu gak cemburu, yang?”

Dea tersenyum samar, lalu mendekat. Suaranya menggoda.

“Aku gak cemburu kok. Karena aku tahu, orang yang kamu cintai itu aku…”

Andika menarik Dea ke pelukannya, aroma alkohol bercampur dengan wangi parfum mahal milik Dea memenuhi udara kamar.

Pelukannya kuat, seolah ingin melupakan kemarahan yang barusan meledak.

“Cuma kamu yang ngerti aku,” bisik Andika di telinga Dea, nadanya berat dan lelah.

Tanpa kata lagi Andika mencium Dea dengan intens melumat setiap inci bibirnya, Dea membalas setiap lumatan Andika

Tangannya ia kalungkan ke leher Andika menekannya agar lebih dalam.

Belum puas bermain di bibir Dea, ciuman Andika turun perlahan ke lehernya mencium dan menghisapnya kuat seolah menyalurkan hasrat nya yang sempat tertunda.

"aaahhh..dik kamu buat aku gila rasanya.." setiap lenguhan yang keluar dari mulut Dea membuat Andika lebih bersemangat

setiap desahan dan decapan yang keluar dari mulut mereka memenuhi ruangan yang panas itu.

Andika yang tidak tahan kemudian membuka tanktop hitam yang membalut tubuh Dea, menampilkan dua buah dada yang padat yang masih dibungkus bra merah menyala membuat mata Andika berbinar.

Andika langsung meremas kedua buah dada tersebut bergantian membuat Dea menggelinjang dibawah kungkungan Andika.

"ahhh Andika more more ahh baby"

Tak tinggal diam Dea pun melucuti satu persatu kancing kemeja Andika meraba dada Andika dengan sentuhan manjanya.

Dea membalik, kini berada diatas Andika tubuhnya perlahan merosot ke bawah tepat di antara paha Andika, membantu melepaskan celana Andika memperlihatkan 'maung' Andika yang sudah tegak berdiri siap dimanjakan.

Dea mengecup pelan si 'maung' kemudian memasukkan nya ke mulutnya secara perlahan dari tempo yang pelan hingga cepat.

"sial ahh enak banget Dea ahhh"

Andika yang tidak puas kembali menarik Dea menjatuhkan nya dibawahnya melepaskan sisa kain yang menempel di tubuh Dea lalu menutupi tubuh polos mereka menggunakan selimut kemudian melakukan penyatuan inti mereka. Keduanya larut dalam pergulatan panas sepanjang malam itu.

...----------------...

Gilaaaa Andika Gilaaa tak masuk logikaaaa 🗿

Gimana bab ini? Makin harus cepet-cepet lepas gak sih Lucy dari laki modelan Andika?? 😫

Jangan lupa vote like dan komentar yaa 😘✨

1
bunda n3
jujur Dew
Bunda HB
cinta boleh tpi jgn B****o.udh korban segalanya demi cinta buta.ujung2 mendua.lebih baik di cintai dri pda mencintai sbgai wnt.klo dicintai kita di ratukan.bkn di babukan plus ➕️ money 💰 🤣🤣🤭🤭
Jemiiima__: gppa kak, gak usah disensor. Bego² in aja lucya nya biar cepet sadar😂🙏
Terimakasih sudah membaca 😍
total 1 replies
bunda n3
orang terdekat Dewa nih sepertinya
Nuri_cha
ada apa iniiih... siapa yg lagi ngawasin dewa?
Nuri_cha
ya ampun Dew.. aku meremang bayangin kamu ngomong sama lucy
Nuri_cha
gak semua sih... tapi hampir 3/4 wanita di dunia mirip kayak Lucy /Joyful/
Nuri_cha
gak salah apa-apa Dew.. istrimu cuma sedang gundah gulana Krn cemburu
Nuri_cha
Gak bakal disebar laaah... itu nomor istrinya
Nuri_cha
perasaan cemburuuu
sjulerjn29
bahaya nih lucy kalo andika masih berkeliaran, kamu harus hati-hati ya
sjulerjn29
emang mereka beda berapa taun sih thor?
☠ᵏᵋᶜᶟˢ⍣⃟ₛAthena ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Yaa bkl gue tunggu. tp sblm itu aku ingin tanya ap lo bs brthan di pnjqra hingga nnt/Slight/
☠ᵏᵋᶜᶟˢ⍣⃟ₛAthena ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
bhkn kau blh tetap diam saat nnt di tanya malaikat munkar nakir andika 🤭
Xlyzy
nah Lo cemburu kn si lucy
musheng
cerita nya bagus, buat penasaran
semangat mba
Jemiiima__: makasi Kka semoga suka 😍
total 1 replies
Xlyzy
ikutin aja lh det
Xlyzy
mungkin aj gimna klk Lucy benar benar cemburu
musheng
lanjut mba
musheng
emang kenapa
musheng
kalau itu saya gak apa apa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!