NovelToon NovelToon
Kunikahi Gadis Yang Mirip Mendiang Istriku

Kunikahi Gadis Yang Mirip Mendiang Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Duda
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: LebahMaduManis

Aksa bertemu dengan gadis pemilik toko kue yang memikat hatinya, namun ia terpikat bukan karena gadis itu sendiri, melainkan terpikat karena gadis itu sangat mirip mendiang istrinya.

Aksa berusaha mendekati Si Gadis untuk bisa mendapatkannya, bagaiman pun caranya ia lakukan bahkan dengan cara licik sekalipun, asalkan ia bisa memiliki gadis yang sangat mirip dengan mendiang istrinya

Akibat obesesi Aksa yang melampaui batas, gadis itu pun terjerumus dalam lembah penuh hasrat Si Pria yang dominan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LebahMaduManis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Satu pekan berlalu, semenjak pertemuan terahirnya di toko melihat Erina bersama kekasihnya, Aksa tak pernah datang lagi kesana, bahkan hanya untuk membeli disert disana, ia lebih memilih meminta asisten pribadinya yang datang ke toko untuk mengambil pesanan, ia khawatir, jika dirinya terlalu sering mendatangi toko alih-alih bertemu Erina, sebagai pengobat rasa rindu atas mendiang istrinya, membuat gadis mungil itu menjadi tak nyaman, ia enggan meninggalkan kesan kurang baik bagi gadis itu. Namun tanpa bertemu pun segala aktifitas Erina sudah Aksa kantongi, ia mengerahkan orang-orang kepercayaannya untuk selalu memantau Erina, dan melaporkan setiap aktifitas si gadis kepadanya.

Hari ini Aksa datang ke kantornya seperti biasa selalu tepat waktu, sebagai pemilik perusahaan ia harus mencerminkan atasan yang sangat disiplin dan tidak pernah menyia-nyiakan waktu, supaya menjadi contoh baik untuk para karyawannya.

Dalam ruangannya ia sudah disuguhi berkas-berkas yang harus ia periksa, dan beberapa yang harus ia tanda tangani.

Suara pintu diketuk dan tak lama terdengar suara pintu itu terbuka, Aksa yang sedang duduk di kursinya dengan tangan yang sedang membuka tiap berkas, pandangannya teralihkan ke Arah sumber suara

"Permisi pak" ucap Sekertarisnya masuk keruangannya dengan membawakan secangkir kopi panas, terlihat uapnya yang masih mengepul.

"Terima kasih, taruh saja di meja" ujar Aksa singkat dan tanpa ekspresi, pandangannya tetap fokus pada berkas-beras dihadapannya

Aroma asap kopi panas yang menyeruak ke indra penciuman Aksa, membuat ia terhenti dari aktifitasnya. Ia mengambil secangkir kopi yang di berikan sekertarisnya tadi, kemudian meneguknya "Aroma kopinya menggoda, namun rasanya biasa saja. Semenjak saya mencicipi kopi buatan Erina, rasanya tak ada yang bisa menandingi kenikmatan kopinya, kopi itu mengingatkan saya sewaktu tinggal di german setelah kepergian mommy" gumam Aksa dalam batinnya, ia kembali menaruh cangkir kopi yang di bawakan sekertarisnya di meja.

"Gadis itu selalu saja membuatku terbuai masalalu"

Aksa mengambil handphone disaku celananya, dan menggulirkan layar ponselnya mencari nomor yang akan ia hubungi, setelah mendapatkan nomor yang di tuju ia menekan tombol untuk menelpon, rupanya nomor Erina yang ia tuju "halo Nona Erina, maaf jika saya mengganggu waktunya"

"Iya pak ada perlu apa?"

"Bisakah kamu buatkan saya kopi seperti tempo hari? Rasanya gak ada kopi yang cocok dilidah saya setelah mencicipi kopi buatanmu" ujar Aksa iya mati-matian menahan diri untuk tak menemuinya, namun mendengar suaranya ditelepon saja membuat pria dingin ini banyak mengulum senyum.

"Baik lah. Kapan bapak akan datang ke toko?"

"Hari ini saya cukup sibuk, saya harus menghadiri beberapa rapat, sepertinya tak ada waktu untuk mampir ke tokomu, bisakah kamu antarkan ke kantor saya? Tapi, itu pun jika tak keberatan untukmu Nona"

"Gimana kalo asisten bapak saja yang ambil kesini?"

Aksa terdiam, justru meminta Erina datang ke kantornya agar ia bisa bertemu dengannya langsung, bertemu dikantor lebih nyaman baginya, karena tak ada banyak mata yang memandang mereka, dan Erina tak akan banyak alasan untuk menghindar jika Aksa mengajaknya banyak bicara, tetapi gadis itu menolaknya, ia memikirkan berbagai cara bagaimana agar Erina mau datang mengantarkan ke kantornya tanpa harus memaksa.

Aksa menggaruk dahinya yang tak gatal "Mmh ... begini, saya juga nanti akan ada syukuran kecil-kecilan untuk merayakan kinerja karyawan-karyawan saya, dan apresiasi untuk personal asisten saya yang hari ini berulang tahun, jadi saya mohon untuk kamu bisa datang ke kantor saya Nona" pinta Aksa, suaranya di telpon lirih memohon agar Erina mengiyakan kemauannya, ia pun menurunkan pundaknya setelah berbicara, seakan menemui perasaan lega

"Pukul berapa saya harus ke kantor? Dan apa saja yang mau bapak pesan selain kopi dan kue ulang tahun? Tanya Erina di sebrang telpon sana

"Kopinya cukup bawakan untuk saya saja Nona tidak perlu bawakan untuk para karyawan juga. bisa jika dijemput pukul empat sore? Kebetulan rapat sudah selesai di jam itu"

"Oke baik pak"

"Terimakasih banyak Nona Erina, maaf jika saya merepotkan dan mengganggu waktunya, nanti pukul empat Asisten saya akan jemput ke toko"

"Sama-sama pak, terimakasih sudah mempercayakan hidangan acaranya ditoko kami"

Telpon berakhir

Suara Erina seakan menjadi mood booster baginya, ia semakin bersemangat untuk melanjutkan aktifitas kerjanya.

Ia menatap jam di pergelangan tangannya, sudah menunjukan pukul sembilan tiga puluh, Rapat akan diadakan sebentar lagi, ia bergegas merapihkan penampilannya, lalu keluar dari ruangan.

Di dekat pintu ruangan, sekertarisnya Navella sudah siap untuk mendampingi rapat manajemen yang akan di pimpin Aksa "sudah kamu siapkan berkas dan segala keperluan saya untuk rapat hari ini?"

"Semua sudah saya siapkan pak" jawab sekertarisnya

Mereka berjalan beriringan, di ikuti pula oleh Rio sang Personal Asisten.

"Rio, tolong jemput Nona Erina di Tokonya, pastikan pukul empat dia sudah berada di kantor, dan iyakan saja apa yang di ucapkannya, jangan bertanya balik jika di bertanya padamu" perintahnya cukup tegas, Aksa sambil berjalan menuju aula rapat.

Di ruang rapat Aksa sudah ditunggu oleh banyak pihak, ia melangkahkan kaki masuk ke ruang rapat dengan sangat elegan, kemudian ia duduk di ujung meja. Para hadirin menganggukan sedikit kepalanya sebagai tanda hormat pada pemimpin perusahaan.

Susana di ruang rapat terasa sangat serius namun konstruktif, dimana kepala divisi sudah siap dengan data dan laporan masing-masing.

"Sudah bisa di mulai rapatnya?" Bisik Aksa pada sekertarisnya,

"Sudah pak, silahkan"

Aksa mengetuk meja "baik kita mulai, selamat pagi tim, agenda utama kita pagi ini adalah evaluasi kuartal ketiga dan proyeksi untuk rute internasional baru, Briana, bagai mana angka-angka kita? Tanya Aksa pada kepala divi keuangan

Briana menayangkannya di layar proyektor, kini ia yang mengambil alih pembicaraan "Secara finansial, kita stabil, Pak Aksa. Pendapatan naik 7% dari kuartal sebelumnya, terutama didorong oleh peningkatan load factor di rute domestik. Namun, biaya operasional kita juga meningkat 5.5%, sebagian besar karena fluktuasi harga avtur dan peningkatan biaya perawatan. Margin keuntungan kita masih tipis, di angka 3%" ujar Navella jelas

"Tipis tapi bergerak ke arah yang benar, itu cukup bagus, mengingat perusahaan kita masih terbilang baru diindustri ini. Pak Dio, tentang peningkatan biaya perawatan ini, apakah itu investasi yang memang perlu, atau ada inefisiensi?" Tanya Aksa pada Pak Dio selaku Chief Operations Officer

"Investasi yang sangat perlu, Pak. Kami baru saja menyelesaikan program pemeliharaan besar pada tiga armada A330 kita untuk memastikan standar keamanan dan efisiensi bahan bakar tetap optimal. Jangan lupa, di industri ini, safety is non-negotiable. Kami memproyeksikan efisiensi bahan bakar akan terasa dampaknya di kuartal depan, menekan kembali biaya avtur" ujar Pak Dio

"Saya harap begitu, Pak Dio. Selisih 1.5% antara kenaikan pendapatan dan biaya ini membuat rencana ekspansi Pak Dio terasa ... berisiko" Ucap Briana dari divisi keuangan

Zein tersenyum santai "Risiko adalah bumbu dalam bisnis, Dan risiko ini, saya jamin, akan menguntungkan. Saya sudah menyiapkan studi kelayakan untuk rute Jakarta-Frankfurt, "Jalur Sutera Udara" kita. Permintaan pasar Eropa Barat sangat tinggi, dan kompetitor kita masih lemah di segmen premium" ujarnya

"Pak Zein jelaskan logistiknya. Berapa banyak armada yang harus kita alokasikan, dan bagaimana dengan slot bandara di sana?" Tutur Aksa, ia menatap lekat pada rekan setimnya itu

"Kita butuh satu unit 777-300ER, Pak. Tim saya sudah mengunci slot malam di Frankfurt. Strategi kita adalah full service dengan fokus pada pelayanan in-flight yang khas Indonesia. Kita tidak hanya menjual tiket, kita menjual pengalaman. Proyeksi load factor tahun pertama 65%, dan mencapai break-even point dalam 18 bulan"

"Delapan belas bulan untuk break-even adalah waktu yang panjang, Pak Zein. Itu akan menguras kas kita di awal. Kami perlu jaminan yang lebih kuat, terutama setelah kita baru pulih dari krisis maskapai global" pungkas Briana, seakan ia ragu dengan ide-ide dari Zein

"Dari sisi operasional, saya setuju dengan Pak Zein. Rute jarak jauh ini akan meningkatkan citra dan nilai jual maskapai secara keseluruhan. Kru pilot dan kabin kita sudah siap. Justru ini saatnya kita menunjukkan bahwa Garuda Angkasa Raya adalah pemain global, bukan hanya regional" Dio menyanggah ucapan Briana

Aksa menopang dagu memandang kosong sambil berfikir "Sebuah maskapai yang tidak berani terbang jauh, pada akhirnya akan terjebak di landasannya sendiri. Briana, kita akan mitigasi risiko keuangannya dengan mencari investor strategis tambahan. Pak Zein, saya mau laporan pre-sales yang agresif, dimulai minggu depan"

"Siap Pak Aksa !" Ucap Zein tegas

"Keputusan sudah diambil. Kita terbang ke Frankfurt. Pak Dio, pastikan armada yang akan kita gunakan dalam kondisi prima. Jadwal peluncuran tiga bulan dari sekarang. Mari kita ubah langit menjadi milik kita" tutur Aksa, ia tersenyum lebar kepada para hadirin yang ada di ruang rapat, sampai sorot matanya pun ikut tersenyum

Briana menghela nafas dan menutup tabletnya "Baiklah, Semoga risiko ini sepadan dengan imbalannya"

"Tidak ada imbalan tanpa Risiko, selama kita bekerja tidak ada badai yang tak bisa kita lewati, baik rapat selesai. Terimakasih, tanpa kerja kelas para hadirin semua, tentu tidak mungkin jika hanya saya sendiri yang dapat menjadikan perusahaan semakin maju"

Sorak tepuk tangan dari para dewan divisi cukup bergemuruh didalam ruang rapat itu, setelahnya mereka saling berjabat tangan, dan saling melempar senyuman, lalu meninggalkan ruangan.

Keluar dari aula rapat, ia kembali ke kantornya, di tengah perjalan, Rio sang asisten menghampirinyadengan yergesa-gesa "Pak ada tamu yang menunggu di ruangan bapak?"

"Siapa, kenapa lancang main masuk keruangan saya tanpa izin?" Cetus Aksa

...***...

...JANGAN LUPA TINGGALKAN LIKE DAN COMENTNYA YAA READERS...

1
aliyanila
ayo lantkan ceritanya, aku penasaran
LebahMadu: siapp.. di tunggu
total 1 replies
LebahMadu
semoga secepatnya bisa banyak pembaca ya , dan terus dukung karya2ku👍
LebahMadu
Terima kasih dan tunggu plotwis2 berikutnya
LebahMadu
Terima kasih sudah mampir 😍
aliyanila
cerita sebagus ini, penulisannya bagus. bisa2nya sepi
aliyanila
tiap babnya bikin penasaran
aliyanila
ceritanya menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!