NovelToon NovelToon
WHO¿

WHO¿

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Anak Genius / Identitas Tersembunyi / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:433
Nilai: 5
Nama Author: jewu nuna

Misteri kematian Revano yang tidak pernah meninggalkan jejak, membuat gadis penderita ASPD tertantang menguak kebenaran yang selama bertahun-tahun ditutupi sebagai kasus bunuh diri.

Samudra High School dan pertemuannya bersama Khalil, menyeret pria itu pada isi pikiran yang rumit. Perjalanan melawan ego, pergolakan batin, pertaruhan nyawa. Pada ruang gelap kebenaran, apakah penyamarannya akan terungkap sebelum misinya selesai?

Siapa dalang dibalik kematian Revano, pantaskah seseorang mencurigai satu sama lain atas tuduhan tidak berdasar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Enam

Aletha berdiri tepat didepan gerbang. Mengamati siwa-siwisi berlalu-lalang meninggalkan halaman sekolah. Bersama jemputan motor dan mobil atau metromini yang sesekali berhenti didepan halte. Napasnya seiring hembusan angin sore ini, cukup tenang namun menantang. Maniknya mengintai sekeliling yang ramai, meninggalkan kekosongan diri dengan pikiran-pikiran yang tidak terarah. Kedua manik dingin itu membekukan arah pandangnya. Pada warung tua yang masih berdiri kokoh disana.

“Lo nungguin siapa?”

Aletha hanya diam. Suara yang tidak asing lagi ditelinganya. Pria itu tahu bahwa Aletha sedang mencari bukti yang lain, yang dia ketahui masih tersisa. Dengan tidak pulang dijam pulang sekolah seperti anak seusianya. Tangannya melambai saat ketiga teman-temannya menyapa. Suara ricuh itu sedikit menganggu arah pengelihatan Aletha, keculai pada Niko yang setia membonceng Angkasa. Tatapan dingin yang setara, seakan dia punya sudut yang tidak Aletha tahu.

“Al”

“Tidak”

Khalil menghela napas, menyerahkan helm hitam yang sembari tadi ada digenggamannya. Berniat memberikan tumpangan sekaligus membicarakan rencana selanjutnya. Tapi justru hinaan dingin yang lagi-lagi pria itu dapatkan. Setelah sekiranya jalanan sepi, Aletha justru menghampiri warung itu. Seperti bangunan era 90-an yang entah kenapa masih mau berdiri disana. Padahal dia yakini pemilik sudah hampir muak dengan suguhan gorengan seribuan dan secangkir kopi hitam untuk tukang ojek yang datang.

Khalil mendengus, tidak menyerah dengan mengikuti langkah kaki gadis itu. Ruangan yang sudah lama sekali tidak dia masuki. Terakhir kali ada huru-hara yang membuatnya tidak ingin lagi mengingat tempat ini. Padahal dulu, dia dan ketiga temannya yang masih SMP sering sekiranya nongkrong selepas pulang sekolah.

Tapi sekraang, ini seperti sebuah penjara bebas yang jarang dikunjungi.

“Mas Khalil?”

Aletha hanya diam, menatap hidangan yang tertata rapih di etalase. Membiarkan Khalil bicara dengan pemilik atau bisa dikatakan penjual di warung ini. Menawarhan hidangan yang kurang lebih masih sama saat terakhir kali dia datang kesini.

Gadis itu mendongak, pada sebuah foto yang terpajang usang disudut ruangan. Sekelompok siswa SMA dengan senyum bahagia didepan warung.

“Lo mau minum apa, Al?”

“Saya boleh lihat foto itu?”

Mang Adi sejenak diam saat senyumnya pudar akibat permintaan kecil gadis yang baru kali pertama dia temui. Sejenak menatap Khalil sebelum mengambil figura yang tergelantung usang. Entah sudah sejak kapan foto itu ada disana, keputusan untuk tidak menyingkirkannya atau sekedar membersihkannya adalah keputusan yang tepat untuk tidak mengingat peristiwa yang tidak dia inginkan.

Belum diketahui persis kenapa peristiwa tawuran yang mengakibatan cukup banyak korban terjadi setelah diambilnya foto itu. Mang Adi hanya tahu itu sebagai peristiwa yang tidak diinginkan untuk diingat. Apalagi bagi siswa-siswi Samudra High School.

“Saya boleh bawa?”

Khalil menoleh pada Aletha yang masih fokus dengan foto itu. Sementara Mang Adi hanya diam, lagian dia sudah tidak membutuhkan kenangan sekecil apapun tentang citranya yang dulu. Hancur hanya karena huru-hara yang sama sekali tidak ada direncananya.

“Kalau masih ada, beritanya sempat disiarkan di televisi tapi sudah lama sekali sejak terakhir kali saya diberitahu, kalau semua kasus yang terjadi tidak dibicarakan ke media”

Aletha mendongak, sama persis dengan kasus kematian kakaknya yang ditutupi. Apakah ada benang merah yang tersambung antara ini? Seseorang yang terlihat lebih bahagia dari yang sempat dia lihat sebelumnya, Aletha melihat Revano cukup tawa disana.

“Ini terjadi sebelum ada kasus pembunuhan di SMA, Mang?”

Mang Adi hanya diam, dia tahu tapi dia menutupi. Aletha bisa lihat bagaimana gelagat pria paruh baya itu. Maniknya seakan mengalih dari pandangannya ke Aletha atau Khalil. Gestur tubuh yang tidak nyaman dan jangan lupa bagaimana dia mendadak meninggalkan tempat karena ada pekerjaan dibelakang.

“Pertanyaan gue salah ya?”

Aletha hanya diam, hari ini bukan waktu yang tepat untuk menanyakan hal diluar kuasanya. Dia yakin dan tahu betul bagaimana sekolah menutupi kasus yang mencoreng citra sekolah, bahkan berani membayar mahal untuk semua orang tidak membicarakan karena berresiko lebih besar dari tutup mulut.

“Gue kemarin tanya sama temen gue yang alumni, tapi dia emang nggak tahu kasus ini pernah kejadian”

Aletha melirik, menatap sekeliling yang dipenuhi bapak-bapak yang sibuk menunggu pesanan ojek. Hanya ada dia dan Khalil sebagai dua siswa SMA disini. Membuatnya beranjak meninggalkan tempat tanpa sepatah katapun.

“Al, lo bisa kan tukar pikiran lo sama gue, supaya gue juga bisa cari tahu apa yang lo mau, supaya gue tahu sudut pandang lo juga, jangan egois”

Tepat didepan warung, Aletha berhenti, Khalil ada dibelakangnya. Berusaha menengahi situasi yang sebenarnya bukan hal yang tepat, jika gadis itu diam, dan tidak ingin lebih terbuka dengan partnernya.

“Gue nggak butuh bantuan lo”

Khalil tergelak, lantas berjalan untuk bisa menghadap lebih dekat dengan Aletha. Dia memang tipe yang egois ya? Bahkan ditengah misi yang sulit sekalipun, beranggapan bisa menyelesaikannya sendiri. Bahkan badan intel negara saja punya kelompok untuk memecahkan sebuah kasus. Sementara Aletha? Gadis ini hanya bermodal nekat untuk menguak kasus besar yang di tutupi sejak lama.

“Lo mau gue sebarin semuanya?”

Aletha mendongak, dengan tatapan dingin khas miliknya. Menatap bagaimana tidak mungkinnya Khalil akan melakukan hal itu. Karena sejak awal mereka bertemu bukan untuk saling menintimidasi, tapi saling tidak tahu atas ketahuan ini.

“Silahkan”

“Bahkan lo ngga takut sama ancaman”

“Buat apa?”

Khalil terdiam. Membiarkan tatapan mereka bertarung. Untuk kesekian kalinya, Khalil menemukan versi yang berbeda dari Aletha setiap harinya. Versi yang tidak pernah dia temukan dari perempuan manapun, terutama ibunya.

Pria itu merogoh sakunya, menyerahkan sebuah foto yang bisa Aletha kenali dengan jelas siapa tokoh utamanya disana. Seorang pria dengan mendali emas tergelantung di lehernya. Revano Putra Sach, juara pertama olimpiade sains tingkat nasional, perwakilan Samudra High School.

Maniknya menatap satu persatu manusia diantaranya, termasuk pria yang merangkul sang kakak. Pria yang sama yang dia temukan di figura kamar Revano tempo hari.

“Gue punya akses ke ruangan yang nggak bisa lo masukin, gue bisa cari apa yang mau lo cari, termasuk tentang kakak lo, Al”

“Gue bisa”

“Dengan enggak jadi maling kaya malem itu” Khalil tertawa, membiarkan Aletha menerima apa yang dia beri. Menurut Khalil, bukti sekecil apapun akan membawa mereka menemukan inti permasalahannya. Bisa merujuk pada keadilan yang ingin gadis itu cari.

“Gue kenal yang rangkul kakak lo, dia temen gue juga”

Aletha mendongak. Awlanya Khalil adalah ancaman, tapi sekarang Khalil akan jadi kunci untuk bisa masuk dalam kebohongan ini.

To Be Continue...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!