Patah hati membawa Russel menemukan jati dirinya di tubuh militer negri. Alih-alih dapat mengobati luka hati dengan menumpahkan rasa cintanya pada setiap jengkal tanah bumi pertiwi, ia justru diresahkan oleh 'Jenggala', misinya dari atasan.
Jenggala, sosok cantik, kuat namun keras kepala. Sifat yang ia dapatkan dari sang ayah. Siapa sangka dibalik sikap frontalnya, Jenggala menyimpan banyak rahasia layaknya rimba nusantara yang membuat Russel menaruh perhatian khusus untuknya di luar tugas atasan.
~~~~
"Lautan kusebrangi, Jenggala (hutan) kan kujelajahi..."
Gala langsung menyilangkan kedua tangannya di dada, "dasar tentara kurang aj ar!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Delapan ~ Misi di luar dinas
Russel
Ia sedang berjalan bersama Yama, bukan..lebih tepatnya mencari makan dengan mengendarai motor.
Dengan segala kebingungan yang mengisi kepala, kedua perwira muda ini mengendarai motor diantara laju yang tak terlalu kencang sembari mencari inspirasi, menu apa kira-kira yang akan menjadi santap malam mereka kali ini.
Siapa tau kan, di jalan nemu penjual tumis anaconda. Sebab hampir setiap hari mereka membeli, entah itu hanya lauknya saja, atau satu porsi penuh menu makan, sampai...hampir semua makanan yang dijajakan disekitar sini pernah mereka coba, maklum lah bujang! Tak sempat dan malas untuk masak.
"Mau apa, Sel? Lah saya makan nasi tengkleng saja lah...lagi pengen makan enak." ujarnya beradu dengan angin.
Sebenarnya gampang saja untuk Russel, tinggal ia telfon saja supir rumah atau Ryu, minta diantarkan makan malam dari rumah, beres! Atau mungkin tinggal ia tekan saja layanan makanan online, memesan menu makan malam untuk separuh penghuni mess dan membayarnya, jadi! Namun kini pemikirannya sudah berbeda, semua waktu dan pelajaran hidup selama menempuh pendidikan dan tugas membawanya pada sebuah kata---kedewasaan.
Ia sudah bekerja, bukan lagi tanggungan ayah dan ibunya, yang ada---seharusnya ia lah yang memberi umi, meskipun pada dasarnya, umi sudah kaya dari lahir tak butuh uang receh darinya.
"Ya udah, ngikut aja lah gue." Jawab Russel mengeratkan jaket di badannya. Yama menepikan motornya tepat di depan kios kecil dimana kepulan asap sate menebarkan aroma bakaran yang khas dari atas bara arang.
"Makan disini atau bawa pulang, Sel?"
"Sini aja, males cuci piring." jawabnya lagi sekenanya.
Keduanya turun, dan saat duduk, penjualnya langsung menyajikan dua gelas teh tawar panas. Jujur saja, Russel tak terbiasa dengan air minum yang disediakan, bukan ia yang so higienis, namun karena air yang disediakan adalah teh tawar panas, dan ia tak begitu menyukai itu, hingga akhirnya mau tak mau ia ijin sebentar dari Yama yang telah menunggu di meja untuk membeli sejenak air mineral.
Di sudut itu, ia melihat sosok seorang gadis, diantara gelapnya jalanan yang hanya diterangi cahaya lampu beberapa kios sekitar, ia duduk sembari terisak dan menepuk-nepuk dadanya sendiri.
Menangis, ia tau. Gadis judes nan galak itu tengah menangis sendirian disana.
Jangan harap kata terimakasih keluar dari mulut Gala, lalu berujung menangis di pundak Russel seperti kisah-kisah sinetron anak remaja, no...karena yang terjadi adalah... Gala balik menepis tangan Russel dan menyemprotnya dengan makian.
"Kamu kalau cuma ingin berkenalan dan dekat karena ingin naik pangkat dengan cepat lewat saya, kamu salah! Saya bukan anak Mayor Irianto!!" semburnya galak.
"Lagian so tau sekali kamu bilang saya keselek." Gala segera menyudahi acara menangisnya malam itu sebab pengacau satu ini.
Gala segera mengotak-atik ponsel mencoba memesan ojek online atau apalah yang bisa membawanya pulang lalu bergegas terbang kembali ke kota Karang. Kalau ada gerobak sampah pun, ia tak masalah.
Russel justru mendengus, "ohh, jadi kamu putri Mayor Irianto...salam kenal, saya putra ayah dan ibu saya. Saya baru tau, memang bisa ya? Naik pangkat sebab dekat dengan anak atasan? Wahhh ide bagus tuh, siapa tau abis kemarin naik pangkat besok gaji saya bisa naik jabatan kalo macarin anak atasan."
Gala mendeliknya sebal, diantara mata merahnya itu...sorot mata Gala semakin tajam melirik Russel, si alan!
Ia tak meminta Russel pergi dari sana, namun ia sendiri yang menjauh. Sedikit menjauh tak membuat Gala merasa jika lelaki itu tak lagi mengawasi, karena jelas...sepasang mata kelam itu masih mengawasinya, menyebalkan!
Untung saja ojek online pesanannya bergegas membawanya menghilang dari sana bersamaan dengan Russel yang dihubungi oleh Yama.
.
.
Beberapa kali ponsel Gala berdering, namun ia tak hiraukan itu. Justru, kini ia menggunakan kesempatan itu untuk segera pergi dari rumah, mengecek tiket penerbangan ke kota Karang. Ia tak bisa memenuhi janji untuk pulang lusa, sebab hari ini....ia menyerah. Ketika obrolan hangat itu beralih pada keseriusan bahwa pernikahan kak Ayunda dan Aziz sudah di depan mata, mama pun sudah memiliki teman bercerita setiap harinya mulai saat ini, yaitu tante Audi, maka untuk apa lagi dirinya disana.
Gala bergegas menggeret kopernya tergesa dengan masih memakai pakaian yang sama, ia lantas pergi dengan berlari. Bahkan ojek online tadi saja ia tahan agar tak segera pergi dan mengantarnya ke bandara.
"Gala!"
"Gala! Kemana anak satu ini, bikin orang kelimpungan mencari dan menunggu saja!" ketiganya sudah sampai di rumah, bahkan Ayunda yang biasanya pulang ke kostan kini turut pulang ke rumah dinas papa, demi mencari sang adik yang menghilang tiba-tiba saat sedang makan malam tadi.
"Kahiyang Jenggala!"
Mama langsung memegang kepalanya mendadak merasa pening, "Lala pergi." Tatapnya nanar ke arah kamar yang telah kosong, dimana koper Gala sudah tak ada disana. Ada sesak yang menyeruak kini, bahkan mama tak lagi berbicara dan memilih masuk ke dalam kamarnya saja.
"Kenapa sih, dia tuh suka banget bertindak seenaknya!" Ayunda bahkan masih berusaha menghubungi adiknya itu berkali-kali, menempelkan ponsel di telinga berharap Gala akan mengangkat panggilannya dengan ekspresi kesal.
"Aku tuh heran, kenapa sih? Ada apa?!" masih saja Ayunda mengoceh seraya berjalan ke arah kamar dan mulai melepas kerudung yang sejak tadi terasa menempel lengket di kepala hingga suaranya hilang ditelan gawang pintu kamar. Sementara papa Irianto sudah menyusul mama ke dalam kamar.
Ada sorot kecewa di mata mama, "tolong katakan jika ini tak ada hubungannya dengan kematian Rara, saya akan percaya sekalipun abang bohong. Saya tau ada yang janggal, tidak mungkin semuanya hanya kebetulan."
"Bukan." Lidahnya benar-benar merasa disayat sembilu. Papa Irianto berlutut di depan mama yang sedang duduk di tepian ranjang.
"Saya tidak ingin apapun, bang. Saya hanya tidak paham, dimana letak salah saya sebagai ibu. Jika Gala jadi jauh dengan saya hanya karena saya tidak dekat dengannya semasa ia kecil sebab sibuk mengabdi sebagai guru di pedalaman, apakah Gala harus menghukum kesalahan saya sampai sebegininya? Saya merasa seperti tak berguna menjadi ibu..."
Papa menggeleng, sungguh bukan salah istrinya. Namun ia yang bad jingan.
"Atau, masih ada kesalahan saya sama Gala, yang mungkin saya pun tidak sadari itu, bang?" tanya mama kini mulai terisak.
Papa Irianto menggeleng, merasakan denyut yang semakin menghukum dirinya.
Sungguh ini salahku.
"Abang janji bawa Gala pulang kembali kesini."
Mama melihat netra papa, "dengan cara apa? Bahkan Gala saja muak melihat abang..karena abang lah yang menjadi alasan Gala pergi, benar?" tanya nya seolah tepat menghujam jantung papa Irianto.
Ddrtttt
Russel merogoh ponselnya saat itu bergetar dan memberikan dering sayupnya. Lantas segera mengangkat panggilan dari si pemilik nama disana.
"Siap, letnan satu Agrarussel bicara, ndan."
"Bisa ke kantor saya sebelum tugas esok?"
Sempat tertegun meskipun hanya sepersekian detik, Russel langsung menjawab lantang dan mantap, "siap, bisa ndan!"
Papa Irianto mengangguk, menyudahi panggilannya. Menatap yakin, jika perwira muda pilihannya ini bisa membawa Gala kembali.
.
.
.
Semoga setelah badai ini menerjang, akan ada damai datang
lanjut
lanjut
ikutan nangis dong di bab ini ikut merasakan yg gala rasakan....klo gala ice rasa getir ...yg aq rasa mie kuah rasa asin alias ingus meleleh krn baca sambil makan mie rebus 😭😭