NovelToon NovelToon
Rumah Untuk Doa Yang Terjawab

Rumah Untuk Doa Yang Terjawab

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Anak Genius / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Keluarga
Popularitas:492
Nilai: 5
Nama Author: Pchela

“Sudahlah, jangan banyak alasan kalau miskin ya miskin jangan hidup nyusahin orang lain.” Ucap istri dari saudara suamiku dengan sombong.

“Pak…Bu…Rafa dan Rara akan berusaha agar keluarga kita tidak diinjak lagi. Alhamdulillah Rafa ada kerjaan jadi editor dan Rara juga berkerja sebagai Penulis. Jadi, keluarga kita tidak akan kekurangan lagi Bu… Pak, pelan-pelan kita bisa Renovasi rumah juga.” Ucap sang anak sulung, menenangkan hati orang tuanya, yang sudah mulai keriput.

“Pah? Kenapa mereka bisa beli makanan enak mulu? Sama hidupnya makin makmur. Padahal nggak kerja, istrinya juga berhenti jadi buruh cuci di rumah kita. Pasti mereka pakai ilmu hitam tu pah, biar kaya.” Ucap istri dari saudara suaminya, yang mulai kelihatan panas, melihat keluarga Rafa mulai maju.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pchela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bu Ratna sombong

Rafa berangkat sekolah dengan wajah yang cerah, ia baru saja mendapatkan kabar lewat email dari pembeli desainnya yang berasal dari luar negeri. Bahwa desain yang dia kerjakan dari tempo hari yang lalu dan kemarin. Akan di bayar lunas hari ini.

“Ah? Dua puluh juta?” Rafa terkejut melihat nominal itu. “Alhamdulillah, Ya Allah.” Gumamnya sendiri. Saat sampai di kelasnya, Rafa memandangi ponselnya, nominal uang itu membuat mata Rafa berkaca-kaca, tidak pernah terpikirkan olehnya akan mendapatkan gaji dengan nominal yang sangat banyak.

Sepulang sekolah, dia akan ke bank untuk mengambil uang ini. Rencananya, dia akan serahkan uang itu pada Ibu dan ayahnya, lalu mengambil secukupnya untuk membeli laptop agar dia bisa membuat desain lebih bagus lagi. ”permudahlah rezeki hamba ya Allah, amin.” Gumamnya sendiri.

Sementara di sekolah, Rara berbaris di halaman sekolahnya. Pembagian buku gratis, dan penjual belian buku gratis akan dilakukan sebentar lagi. Rara sudah siap dengan tas kainya, untuk membawa buku yang akan dia dapatkan nantinya.

Wajahnya berbinar, ketika para guru membawa berkardus-kardus buku bekas hasil sumbangan sekolah di kota. Wajah Rara semakin di buat senang, saat melihat sampul buku pelajaran anak, yang dia cari untuk adiknya Riri.

“Alahh… pembagian buku ginian lagi, dikira semua orang senang apa di kasih buku! Minimal ya, pembagian baju lah, orang kota kan bajunya pada bagus-bagus, apalagi baju seksinya.” Ucap Tiya, yang mendapatkan sorakan dari siswa lainnya.

“Katanya kamu orang kaya Tiya, masak nunggu donasi baju bekas?” Seru orang di sebelahnya.

“Ya kan beda, gue itu nunggu barang bekas dari para artis dan Selebgram, baju mereka kan mahal-mahal dan dari brand luar negeri, itu cocok buat gue, kalau baju murah sih ogah, bikin gatel.” Ujarnya dengan sombong.

Lalu Tiya melirik wajah Rara dengan sinis. “Nih, kayak ini orang, baru cocok di kasih baju bekas. Soalnya kan orang miskin, jadi orang yang nggak mampu kayak Rara ini cocok buat minta donasi baju bekas. Yang, nggak layak pakai pun pantas di pakai.” Ejek Tiya, lalu tertawa dengan keras.

Rara menatap melotot ke arah Tiya. “Jangan sembarangan ya kamu Tiya! Aku dari tadi diam saja lho! Kenapa kamu malah nyerang aku?” Teriak Rara tidak terima.

Tiya semakin nyolot, dia melipat tangannya di depan dada. Tiya sangat suka pertengkaran seperti ini,”Napa? Mau lawan gue lo! Sini lawan!! Biar gue suruh mama gue pecat ibu lo yang miskin itu!!” Ucap Tiya, yang membuat Rara semakin geram.

“Apa lo bilang?” Rara hendak menarik rambut Tiya, namun segera di hentikan oleh Ningsih sahabatnya, “Ra jangan. Ada pak kiming, nanti lo dimarahi lagi, dan nggak dapat kesempatan buat ambil buku, ingat tujuan awal kita ra.” Bisik Ningsih di telinganya.

“Kenapa? Takut sama gue?” Ledek Tiya lagi. Rara menatap nyalang ke arah Tiya. Namun, dia berusaha meredam amarahnya lagi, dan kembali fokus ke tujuan awalnya mengambil donasi buku bekas.

Rara mendapatkan lumayan banyak buku, karena ada berapa siswa yang melimpir ke kantin. Jadi, jatah siswa itu bisa di ambil oleh siswa lainnya termasuk Rara.

Rara mendapatkan dua belas buku, mulai dari buku panduan belajar untuk Riri, buku resep makanan untuk ibunya, buku panduan belajar dan buku cerita novel untuk dirinya, dan buku desain gambar yang tadi pagi diminta oleh kakak. “Alhamdulillah, aku dapat banyak buku.” Ucapnya sangat bersyukur.

......................

Sementara di rumah, Riri pulang sekolah lebih awal. Karena, gurunya ada rapat. Jadi, Bu Lastri mengajak Riri untuk datang ke rumah mbak Ratna, membantunya mencuci pakaian seperti biasa.

Saat ibunya tengah mencuci, Riri merasa lelah. Dia beranjak dari tempat duduk dan berjalan ke dekat jendela rumah mbak Ratna. Sejak saat mencuci tadi, Riri sudah mendengar suara kartun, yang di pikirannya sangatlah lucu.

“Bu, Riri boleh nonton kartun nggak bu?” Tanya Riri, Bu Lastri pun mengangguk, “boleh nak, dari dekat jendela saja ya. Jangan masuk ke rumah tante Ratna.” Pinta sang ibu.

Riri pun tersenyum senang, akhirnya dia bisa menonton tv lagi. Dulu, di rumahnya pernah ada tv pemberian tante ratna yang sudah rusak. Saat itu, Riri merasa sangat senang sekali, di rumahnya ada tv. Namun, tv itu hanya bertahan tiga hari saja, karena di hari keempatnya tante Ratna meminta lagi tv itu. Yang saat itu sudah di betulkan oleh abangnya.

Riri berdiri di luar jendela, matanya berbinar menatap tokoh kartun kucing dan tikus yang kejar-kejaran. Kadang dia tertawa kecil, saat melihat betapa bodohnya kucing besar itu, tidak bisa menangkap tikus kecil yang lincah.

Ada rasa kasihan pada diri Bu Lastri saat melihat betapa bahagianya Riri menonton acara kartun, “aku merasa bersalah, telah membuat anak-anak ku hidup menderita, dan serba kekurangan…andai saja waktu bisa di putar kembali.” Ujar Bu Lastri menahan sesaknya.

Tanpa Riri sadari, tante Ratna melihat di dalam rumahnya. Melihat Riri yang tengah asik menonton tv dari arah luar jendela. Wajah Ratna langsung berubah masam, dengan kasar dia menarik korden jendelanya menutup jendelanya rapat-rapat. Membuat Riri tidak bisa menonton lagi.

Riri terdiam,senyumnya langsung memudar. Ia menunduk menahan tangisnya. Riri mencoba memahan tangisannya, agar ibunya tidak melihatnya sedih. Namun, Bu Lastri segera sadar saat melihat wajah anaknya tiba-tiba menjadi murung.

“Duh, enak saja ya numpang nonton di rumah orang. Di kira,nyalain tv nggak pakai listrik apa ya? Nggak bayar apa ya? Duh, pusing hidup berdampingan sama orang miskin. Apa-apa minta gratisan mulu.” Geram Ratna, suaranya terdengar jelas di telinga Riri padahal mereka dibatasi oleh tembok rumah.

“Rii…sini nak, ibu sudah selesai…” panggil Ibunya, Riri langsung melangkah ke arah ibunya. Saat mendekat dengan mata teduhnya, sang ibu mengudap kepala anaknya,” ndak apa-apa ya sayang, jangan bersedih.” Ucap sang Ibu.

Riri pun mengangguk, lalu memengang pergelangan tangan ibunya. Mereka akan pamit dulu ke mbak Ratna. Sebelum pulang ke rumahnya, “Mbak, saya permisi pulang ke rumah ya, pekerjaan saya sudah selesai.” Ujar Bu Lastri dengan sopan.

“Hm, besok datang lagi, suruh juga mas Adi datang! Itu suami saya sudah marah-marah, kolam ikannya nggak beres-beres di buatnya! Bilang sama suami mu, nggak usah terlalu manja, isi sakit segala,” cerocos mbak Ratna.

Jika dilihat statusnya, mbak Ratna ini adalah adik iparnya Bu Lastri, tapi keluarga Pak Herman tidak pernah sudi menganggap Bu Lastri dan Pak Herman adalah keluarga kandungnya. Karena, mereka adalah orang miskin.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!