Maura terpaksa menyetujui ajakan Elvano yang memintanya untuk melakukan pernikahan palsu setelah mengetahui kekasihnya berselingkuh dengan sahabat baiknya sendiri.
Elvano sendiri adalah seorang pengusaha sukses yang masih betah menyendiri karena sedang menunggu kekasihnya kembali. Tekanan dari keluarga membuat Elvano terpaksa harus mengikat perjanjian dengan seorang gadis yang baru saja dikenalnya.
Apakah mereka mampu menjaga rahasia pernikahan palsu mereka, ataukah cinta sejati akan mengubah rencana mereka?
Simak kisahnya yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : Bolehkah aku membukanya?
"Iyalah gendong, El. Memang kamu tidak kasihan sama istri dan calon anak kalian?" Rosa ikut memprovokasi. Putranya ini adalah pria yang dingin dan kaku, makanya susah dekat dengan wanita.
"Ayo, El, tunggu apalagi. Kasihan Maura sudah kedinginan dan ingin beristirahat," desak Oma Mia.
Elvano menghela napas, menoleh ke arah Maura dan melihat gadis itu tersenyum nakal sembari mengulurkan kedua tangannya seolah meminta untuk segera disambut.
"Ah, ya suamiku, kakiku sangat pegal. Ayo cepat gendong aku." Maura mengedipkan sebelah matanya pada Elvano.
Dengan terpaksa Elvano akhirnya menurut, dia membungkuk sedikit, menyusupkan satu lengan dibawah lutut dan satu lengannya lagi menyangga punggung Maura. Dalam gerakan cepat tubuh gadis itu kini sudah ada didalam gendongannya. Maura tersenyum senang dan langsung melingkarkan kedua tangannya di leher Elvano.
Elvano membawa langkahnya lebar masuk ke dalam rumah, menaiki lift menuju ke kamarnya yang berada dilantai atas. Sementara Maura sangat menikmati perlakuan Elvano padanya, setidaknya ada untungnya juga dia berpura-pura hamil hingga bisa diperlakukan layaknya sang putri raja.
"Bagaimana aktingku? Baguskan?" tanya Maura yang masih berada di dalam gendongan Elvano.
"Sangat berlebihan." Elvano memprotes.
"Justru yang berlebihan itu bagus, kalau tidak seperti ini bagaimana keluargamu akan percaya dengan pernikahan palsu kita," ujar Maura tersenyum senang.
Begitu pintu lift terbuka, Elvano kembali melangkahkan kakinya, melewati lorong panjang yang membawanya menuju ke kamarnya. Elvano menurunkan Maura begitu mereka sudah sampai di dalam kamar, lalu dia berjalan ke arah sofa dan mulai membuka jas yang dipakainya.
"Wow, kamarmu sangat luar biasa,"
Maura menata takjub ruangan kamar yang nampak elegan dan modern. Dindingnya yang berwarna abu-abu muda memberikan kesan tenang dan damai, sementara lantai kayu yang gelap menambahkan sentuhan hangat dan mewah.
Pintu masuk kamar mengarah ke ruang yang luas dengan tempat tidur king-size yang dibalut dengan seprai putih bersih dan beberapa bantal empuk berwarna abu-abu. Di atas tempat tidur, terdapat headboard kayu yang elegan dengan pencahayaan ambient yang memberikan kesan mewah. Di salah satu sisi kamar, terdapat jendela besar yang menawarkan pemandangan kolam renang yang sangat luas dibawah sana.
"Asistenku sudah menyiapkan beberapa pakaian untuk kamu, kamu tinggal pilih saja mana yang mau kamu pakai, semuanya sudah tertata rapi didalam lemari. Walk in closet nya ada disebelah sana." Elvano menunjuk pintu ruangan yang ada di dekat kamar tidur.
"Oke baiklah. Tapi..." Maura menoleh ke arah ranjang berukuran besar yang ada disampingnya. "Apa malam ini kita akan tidur satu ranjang?" tanya Maura ragu-ragu.
Maura menelan salivanya kasar, wajahnya berubah tegang. "Jujur saja, aku belum pernah tidur satu ranjang dengan pria. Jadi apa jaminannya kalau kamu tidak akan macam-macam malam ini padaku?"
"Apa kamu pikir aku pernah tidur dengan wanita?" Elvano balik bertanya, tangannya sibuk membuka kancing kemejanya satu persatu.
"Ranjang ini cukup luas untuk bisa kita tiduri berdua. Lagipula kita sudah punya perjanjian dan aku tidak akan pernah melanggarnya." begitu kancing kemejanya sudah terlepas semua, Elvano langsung masuk ke dalam kamar mandi.
Maura menarik napas lega begitu pintu kamar mandi sudah tertutup dengan rapat kembali. Dia melangkahkan kakinya menuju ke walk in closet untuk memilih pakaian yang akan dia kenakan untuk ganti. Satu set piyama berwarna biru muda menjadi pilihan Maura.
Sepuluh menit kemudian Elvano keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bathrobe berwarna putih. Wajahnya terlihat jauh lebih segar setelah dia membersihkan diri. Elvano berjalan mendekati Maura yang sedang duduk menunggunya di sofa sambil bermain ponsel.
"Aku sudah selesai, kamu bisa menggunakan kamar mandinya sekarang," ucap Elvano.
"Oke."
Maura meletakkan ponselnya diatas meja, lalu bergegas masuk ke dalam kamar mandi dengan membawa satu set piyama yang sudah dia siapkan. Setelah memastikan Maura masuk ke dalam kamar mandi, Elvano segera masuk ke dalam walk in closet untuk berganti pakaian.
Selesai membersihkan diri, Maura kembali ke kamar dan melihat Elvano sudah duduk di atas ranjang sambil bersandar pada headboard. Pria itu sudah berganti pakaian dengan memakai piyama panjang berwarna hitam dan sedang menatap padanya dengan kedua tangan yang dilipat didada.
"Kenapa menatapku seperti itu? Jangan bilang kamu terpesona," ujar Maura sembari menyibakkan rambutnya kebelakang dengan satu tangannya.
"Ck," Elvano tersenyum tipis seraya menggelengkan kepala melihat tingkah Maura. "Kelakuanmu ini benar-benar tidak menunjukkan seperti wanita yang sedang patah hati." ujarnya dengan nada sedikit menyindir.
"Maksudmu?" Maura ikut naik ke atas ranjang, duduk dengan menghadap Elvano. "Apa aku harus menangis setelah mengetahui mantan kekasihku itu berselingkuh dengan sahabatku sendiri?"
"Menurutmu?" Elvano menaikkan sebelah alisnya.
"Sebenarnya laki-laki seperti dia tidak pantas untuk ditangisi, buang-buang waktu dan tenaga saja. Tapi... Semalam aku sempat menangisinya sebentar, itu karena aku kaget saja sebenarnya jadi tidak sengaja menangis." Maura berusaha menutupi kekacauan hatinya, padahal hampir semalaman dia tidak bisa tidur dan terus menangis setelah memergoki Alex berselingkuh dengan Rina.
Sayangnya kebohongan itu tetap terbaca oleh Elvano, namun dia memilih untuk berpura-pura percaya dengan perkataan Maura dan memilih untuk tidak memperpanjang obrolan mereka tentang mantan kekasih Maura itu.
"Sekarang tidurlah, besok pasti Oma dan orang tuaku akan kembali mengintogerasi kita berdua." Elvano hendak membaringkan tubuhnya, namun geraknya tertahan saat melihat Maura yang hanya duduk diam sambil menatapnya. "Kenapa?"
"El, sebenarnya aku..." Maura nampak ragu untuk mengatakannya.
"Katakan saja, ada apa?" tanya Elvano yang kini menyangga tubuhnya dengan siku kanannya.
"Itu... Anu..." Maura menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.
Elvano menatap Maura dengan mata yang sudah mulai mengantuk, menunggu apa yang akan dikatakan oleh gadis itu. Namun Maura masih tampak ragu dan beberapa kali gadis itu terlihat menghela napas panjang.
"Sebenarnya aku tidak biasa tidur dengan memakai bra, bolehkah aku membukanya?" tanya Maura dengan nada cepat.
...
...
...
Bersambung...
..pertama dan terakhir😏😏😏
emang kenapa?
kepo deh🤣🤣
mau gak?
🤣🤣
up lagi Thor 😭😭
semangat Thor updatetan ya
selalu ditunggu
mudah mudahan terjadi yg diinginkan 🤣🤣
keguguran ni jgn jgn alesannya
begitulah kalau udah bohong sekali
kita harus menutup dengan kebohongan yg lain