"Jadi begitu cara main dia. Baiklah, aku akan tujukkan bagaimana aku menjadi iblis betina seperti apa yang kamu katakan pada selingkuhan kamu itu!"
Mendengar kalimat yang amat menyakitkan dari ruang kantor milik suami ku itu membuatku teramat sakit hati.
Aku sengaja mengaktifkan perekam suara diruangan suami ku yang seharusnya menjadi ruangan ku itu, bukan karna tidak percaya atas kerjakerasnya. Melainkan sikapnya yang beberapa bulan ini terasa aneh dimata ku, terlebih saat laporan keuangan yang ku terima dari orang kepercayaanku yang sangat berbanding terbalik dengan apa yang di laporkan oleh suami ku sendiri.
"Aku akan menjadi iblis bagi suamiku dan juga selingkuhannya, kita lihat kehancuran wanita murahan dan lelaki penghianat itu sebentar lagi!"
Tunggu ceritanya yaaa😇🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amie.H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 7
Sungguh aku tidak menyangka jika Papi selama ini mengetahui apa yang di lakukan Mas Leo di belakang ku, Papi sengaja menutupi nya agar aku mengetahui dengan sendiri nya perbuatan lelaki yang aku anggap suami itu.
"Maafin aku Pi,, kalau aja waktu itu aku menuruti apa yang Papi katakan, rumah tanggaku pasto tidak akan hancur seperti ini. Aku tidak mungkin terhianati dan perusahaan pun tidak mengalami kerugian akibat perbuatan Mas Leo" kataku membuat Papi menghela nafas.
"yasudah lah,, semua nya sudah berlalu, seperti apa yang Papi katakan semalam. Kamu harus cepat memberikan keputusan, pagi ini kita akan ke kantor untuk menghadiri meeting dengan direksi. Kamu pun harus ikut dan mempertanggung jawabkan perbuatan kamu yang membuat Leo memimpin perusahaan" kata Papi.
Aku hanya menganggukkan kepala, aku sadar betul. Ternyata apa yang aku lakukan itu salah, aku mempercayakan tanggung jawab yang sangat besar pada orang yang sama sekali tidak bisa di percaya. Dan bodohnya, orang itu adalah suami ku sendiri.
"baik Pi,,, Rere akan ikut ke perusahaan hari ini, Rere akan mempertanggung jawabkan apa yang sudah Rere lakukan." jawab ku.
"bagus kalau begitu, bersiaplah. Kita akan berangkat setengah jam lagi" kata Papi yang langsung pergi meninggalkan meja makan.
Aku dan juga Bunda hanya bisa memandangi punggung Papi dari belakang hingga lelaki yang aku cintai itu masuk kedalam kamar.
"tidak usah di ambil hati apa yang Papi kamu katakan, semua itu hanya karna Papi merasa sangat kecewa. Papi hanya ingin yang terbaik buat kamu, kamu percaya kan sama bunda?" kata bunda sambil mengelus punggung ku dengan sayang.
"iyaa bunda aku tau,, aku tidak apa-apa bun, jangan khawatir. Lagi pula betul apa yang Papi katakan, aku memang harus menghadapi ini karna aku yang membuat Mas Leo memasuki perusahaan itu dengan mudah" kata ku dengan kepala tertunduk.
"sabar lah,, kita akan balas apa yang mereka lakukan pada kamu dan perusahaan, nanti bunda yang akan bantu kamu" kata bunda membuat ku menyeritkan kening.
"maksud bunda?" tanya ku dengan raut wajah heran.
"bunda tau kalau kamu mau membalas apa yang suami kamu lakukan, iyakan? Setelah penghianatannya pada kamu dan pada perusahaan, iyakan? Nanti akan kita lakukan" kata bunda dengan senyum tipis.
"betul apa yang bunda bilang, aku memang sangat sangat terluka atas apa yang mereka lakukan. Tapi bun, kita akan membalas seperti apa?" tanya ku.
"kita akan membuat hal yang menyakitkan lebih dari apa yang mereka bayangkan, mungkin di usirnya mereka dari rumah itu masih belum seberapa. Kita akan lakukan yang lebih menyakitkan, bagaimana?" tanya bunda membuat ku terdiam.
"bunda ih,,, diam-diam serem deh" kataku membuat bunda terkekeh kecil.
"itu sih kalau kamu mau yaa hehe tapi ya kalau menurut bunda sih ya, kamu memang harus membalas apa yang mereka lakukan. Bayangkan ya, mereka memanfaatkan kamu dengan terus meminta uang, uang dan uang. Belum lagi si Leo yang justru berselingkuh dan menjadi penghianat perusahaan, kalau bunda jadi kamu ya gak pakai mikir berkali-kali buat menceraikan parasit seperti itu" kata bunda sambil membereskan piring di meja makan.
"betul apa yang dibilang nyonya loh Non, apalagi sikap lelaki itu juga kurang baik ke Non. ya baik kalau ada mau nya aja" kata bibi yang tiba-tiba nimbrung.
"iihhh bibi nih jadi kompor, aku malas lah kalau harus balas dendam seperti itu. Kayanya bukan aku banget gak sih, mendingan juga diam dan tunggu karma datang pada mereka. Bukannya setiap tetesan air mata itu adalah malapetaka untuk suami zhalim?" kata ku menaikan kedua alis menatap keduanya.
"biarkan aku menjadi iblis untuk suami ku dengan caraku bi, bun. Setiap doa yang aku panjatkan, setiap air mata yang aku keluarkan akan menjadi bumerang untuk nya. Aku ikhlas menjalani pernikahan seperti itu, tapi dibalik ikhlas ku ada luka yang selalu aku ceritakan pada Rabb-ku" lanjutku membuat keduanya saling pandang.
"Masyaallah Non,,, itu benar sekali, jujur bibi kagum pada ketegaran Non." kata bibi dengan mata berkaca-kaca.
"bener apa kata bibi,, Mami mu tidak pernah salah mendidik mu Nak, kamu menjadi anak yang sangat-sangat mulia. Bunda banyak belajar dari kamu Nak" kata bunda sambil meneteskan air mata dan memelukku.
"bundaa,,, aku juga anak bunda, Mami dan bunda sama-sama membesarkan aku dengan baik. Meskipun Mami tidak berada di samping kita, tapi beliau tetap afa dihati kita. Iya kan bunda?" jawab ku dengan senyum lembut.
"tentu saja sayang, Mami mu adalah sahabat baik bunda. Beliau adalah malaikat tanpa sayap untuk bunda, kalau bukan karna Mami bunda tidak akan memiliki anak sebaik kamu" kata bunda memelukku dengan sayang.
Yaa meskipun bunda hanya ibu sambung, Namun aku begitu menyayanginya. sikapnya persis seperti Mami, bahkan pernikahannya dengan Papi pun atas paksaan dari Mami yang saat itu mengidap penyakit serius hingga akhirnya harus meninggalkan kami semua.
Bunda menikah dengan Papi saat aku sudah sekolah menengah pertama, maka dari itu aku begitu paham apa yang terjadi pada pernikahan orangtua ku. Tidak ada yang merebut dan memperebutkan, bahkan bunda selalu berkata pada Mami jika ia akan tetap menyayangi ku walaupun ia bukan menjadi istri Papi pada saat itu. Tapi, atas bujukan dan persetujuan ku mendukung keputusan Mami. Bunda pun luluh dan mau menggantikan posisi Mami menemani Papi dan menjadi ibu sambung bagi ku.
"sudah,,, sekarang bersiaplah, sebentar lagi kita akan berangkat ke perusahaan" kata bunda membuatku langsung menganggukkan kepala.
Tepat pukul sembilan kami sudah bersiap. Papi dengan setelah jas nya, Bunda dengan gamis yang membuatnya terlihat berwibawa, dan aku yang juga menggunakan gamis dan kerudung yang menutup dada.
"kalian sudah siap?" tanya Papi.
"sudah,, kita sudah siap Pi, ayo kita berangkat" jawabku membuat Papi menganggukkan kepala.
menempuh perjalanan selama satu jam menuju perusahaan, akhirnya kami pun sampai tepat di depan gedung tinggi tersebut.
"Ayoo turun, mereka pasti sudah menunggu kita didalam. Papi mau pastikan dulu Leo datang hari ini" kata Papi.
"iyaa Pi,,, kita masuk duluan ya Pi" kata ku.
Aku dan bunda bergandengan tangan masuk ke lobby perusahaan, semua mata tertuju pada kami. Terutama aku dengan perut buncit yang sudah sangat terlihat.
"selamat pagi bu Rere, Nyonya Candarawinata" kata reseptionis menyapa kami.
"Pagi mbak,,, " jawab ku dengan senyum mengembang. Sudah lama rasanya aku tidak menyapa karyawan di kantor ini.
"biar saya antar ke ruangan bu?" katanya menawarkan diri.
"tidak perlu,,, saya dan bunda akan langsung ke ruang meeting, apakah sudah banyak yang hadir?" tanyaku.
"sudah hampir datang semua bu, mungkin tinggal bapak dan Tuan Leo" jawabnya membuatku menganggukkan kepala.
Bersambungg