NovelToon NovelToon
Duda-ku

Duda-ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda
Popularitas:525
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

"hana maaf, rupanya riko hatinya belum tetap, jadi kami disini akan membatalkan pertunangan kamu.. dan kami akan memilih Sinta adik kamu sebagai pengganti kamu" ucap heri dengan nada yang berat

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

07

“Sinta, jangan terlalu membebani Riko. Kalau bukan Riko, siapa lagi nanti yang akan bertanggung jawab padamu? Kamu kan sudah melakukan hubungan sebelum pernikahan,” ucap Handoko.

“Tidak bisa. Urusan resepsi pernikahan adalah tanggung jawab Ayah dan Riko. Tugas Ayah kan memenuhi semua keinginan anaknya,” ucap Sinta dengan nada marah.

“Iya, makanya, Pak, carilah uang yang banyak. Jangan mengandalkan uang pensiunan terus,” ucap Mirna kesal.

“Aku hanya mengingatkan saja. Harusnya kamu beruntung Riko masih mau menikah denganmu. Kalau kamu hamil, Riko tidak akan terlalu menanggung malu. Tapi kamu... perutmu akan besar, dan apa jawabanmu kalau Riko tidak mau bertanggung jawab?” Handoko menasihati anak kesayangannya itu.

“Aku hanya mengingatkan saja. Harusnya kamu beruntung Riko masih mau menikah denganmu. Kalau kamu hamil, Riko tidak akan terlalu menanggung malu. Tapi kamu... perutmu akan besar, dan apa jawabanmu kalau Riko tidak mau bertanggung jawab?” Handoko menasihati anak kesayangannya itu.

“Sudahlah, Bapak, jangan banyak ceramah. Mending Bapak bujuk saja supaya Hana mau membiayai pernikahan kita. Bilang saja Riko hanya sanggup 50%, dan 50% Bapak yang harus menanggung. Hana kan sangat hormat sama Bapak, dan aku yakin Hana masih mempunyai banyak uang. Selama ini Hana kan hanya memberi uang pada kita seadanya. Ibu yakin Hana masih punya banyak uang,” ucap Mirna.

Handoko memegang pelipisnya. Apanya yang memberi uang seadanya? Bahkan hampir semua gaji Hana habis untuk kepentingan rumah, ucap Handoko dalam hati.

“Bapak... Bapak... budek ya? Dari tadi melamun saja,” ucap Mirna, mengejutkan Handoko.

“Bapak nggak yakin kalau Hana mau membiayai pernikahan Sinta, apalagi di hotel. Bagaimanapun, Riko itu mantan tunangannya,” jawab Handoko.

“Ya, itu tugas Bapak dong. Bapak kan bisa pura-pura sakit supaya Hana nurut,” ucap Mirna.

“Ya sudah, kalian istirahatlah,” ucap Handoko.

“Ingat ya, Pak... kalau Hana tidak mau membiayai pernikahan Sinta, maka aku akan...” ucap Mirna.

Handoko menatap tajam pada Mirna.

“Pokoknya Bapak harus berhasil membujuk Hana,” Mirna kembali mengancam.

Sinta dan Mirna masuk ke kamar, sedangkan Handoko keluar ke teras, berjalan-jalan sebentar, kemudian melangkah menuju kamar Hana.

Handoko mengetuk pintu kamar Hana. Hana keluar dengan mata yang sepet.

“Ada apa, Yah?” tanya Hana.

“Boleh Ayah masuk?”

Hana membuka pintu lebar, kemudian Handoko masuk ke kamar Hana. Handoko duduk di kursi belajar Hana.

“Hana, Ayah tahu kamu pasti kecewa dengan Sinta, tapi kamu tahu sendiri bagaimana Sinta orangnya. Ayah harap Sinta berubah setelah menikah. Jadi, Ayah minta bantuanmu sekarang, untuk yang terakhir kalinya,” ucap Handoko.

Hana tampak terdiam. Ia sudah memperkirakan kalau ayahnya pasti akan meminta bantuan padanya.

“Apa permintaan Ayah?” tanya Hana.

“Sinta mau menikah di Hotel Markur. Riko hanya sanggup menanggung 50%, sedangkan 50% lagi Ayah yang menanggungnya. Kamu kan tahu sendiri gaji pensiunan Ayah berapa, mana sanggup Ayah membiayai pernikahan semewah itu,” ucap Handoko.

“Ayah... bisa tidak Ayah bersikap tegas sama Sinta, Yah? Sinta itu sudah besar, Yah. Masa Bapak mau menyerahkan Sinta dalam kondisi seperti ini kepada orang lain? Sebulan, dua bulan mungkin suaminya akan mengikuti keinginan Sinta, tapi tidak semua lelaki seperti Ayah yang selalu memenuhi keinginan Sinta. Kalau begini terus, nanti suami Sinta akan bosan bahkan bisa mencampakkan Sinta, Yah,” ucap Hana.

Handoko tampak murung, dan tentu saja itu membuat Hana dilema serta merasa bersalah.

“Ya sudah, kalau Hana tidak mau bantu Ayah, nanti Ayah cari sendiri,” ucap Handoko.

“Uhukk... uhuk...” Handoko terbatuk.

Hana merasa khawatir dan memegang pundak ayahnya.

“Ayah... bukannya Hana tidak mau membantu, Yah. Walau tabungan Hana dihabiskan juga tidak akan cukup untuk membiayai pernikahan di Hotel Markur. Ayah sebaiknya menasihati Sinta agar menurunkan standar dia,” ucap Hana.

Handoko menggenggam tangan Hana.

“Hana sayang Ayah, kan?” tanya Handoko.

“Hana sayang Ayah,” ucap Hana lirih.

“Kalau begitu, tolong bantu Ayah, Nak. Kalau kamu benci Sinta, silakan, tapi tolong Ayah kali ini saja,” ucap Handoko.

“Maaf, Yah. Kali ini Hana tidak bisa,” ucap Hana.

Kemudian Hana memapah Handoko ke kamarnya. Handoko tampak mengenaskan.

Hana melangkah kembali ke kamarnya.

“andai ayah tidak sakit-sakitan aku pasti akan meninggalkan ruah ini,,selama ini hanya ayah yang selalu membelaku walau ayah selalu kalah sama ibu” gumam hana dalam dilemma lagi

...

Di kamar Handoko, ternyata sudah ada Sinta.

“Bagaimana, Yah?” tanya Sinta.

“Dia tidak mau membantu. Uangnya sudah habis, katanya,” jawab Handoko.

“Bohong dia, Pak,” ucap Mirna kesal.

“Ya, bisa saja, Bu. Kan selama ini yang membiayai rumah ini Hana. Belum lagi kemarin dia mengeluarkan banyak uang untuk persiapan pernikahannya dan membiayai pengobatan Sinta,” ucap Handoko.

“Aku punya ide, Yah,” ucap Sinta.

“Ide apa?” tanya Mirna.

“Pak Erik, rentenir, sepertinya tertarik sama Hana, Yah. Kita pinjam uang saja padanya, dan bilang saja Hana akan dijadikan jaminan,” ucap Sinta.

“Kamu gila, Sinta!” geram Handoko kesal.

“Jangan memarahi anakku!” ucap Sinta marah.

“Ayah tidak akan pernah memberikan Hana pada lelaki bajingan seperti Erik,” ucap Handoko kesal.

“Ya, makanya, Bapak yang benar ngomongnya ke Hana, biar dia mau membantu pernikahan Sinta,” ucap Mirna.

“Kasihan, Bu. Hana sejak kecil bekerja keras untuk kita. Sebaiknya kamu mengalah saja, Sinta. Menikah secara sederhana itu bukan aib,” ucap Handoko.

“Aku tidak mau, Yah...” ketus Sinta.

“Aku tidak mau tahu. Kamu harus membiayai pernikahan anakku dan memenuhi semua keinginannya. Mau kamu jual tanah, jual rumah, atau sekalian jual Hana juga tak masalah. Yang penting keinginan Sinta terpenuhi!” ucap Mirna kesal.

“Kalian ini memang selalu membuatku pusing... lebih baik kamu tidur sana, Sinta,” usir Handoko.

Sinta mendengus kesal dan memandang tajam pada ibunya.

Sinta keluar dari kamar ayahnya, kebenciannya pada Hana semakin dalam.

Kemudian dia mengambil ponsel dan menelpon seseorang.

“Kenapa sih baru aktif?” ucap Sinta.

“Sorry, badan gue tadi babak belur,” ucap seseorang.

“Kenapa kalian bisa gagal?” ucap Sinta.

“Ada enam orang yang memukuli kami. Sepertinya mereka mafia, bukan preman kampungan seperti kami,” ucap pria itu.

“Ah, dasar tak berguna,” ucap Sinta

Waktu terus berlalu, dan akhirnya pagi pun datang. Hana selalu bangun lebih pagi daripada yang lainnya, karena jika ia bangun agak siang, semuanya akan kacau, dan semua orang akan memarahinya..

“Bapak!” teriak Mirna, menangis histeris.

Prang!Gelas yang dipegang Hana pecah. Langsung saja ia berpikir buruk, merasa bersalah karena semalam menolak keinginan ayahnya.

Hana melangkah menuju kamar ayahnya. Tampak ayahnya sedang terbaring, memakai selimut, mukanya pucat.

“Ayah...” gumam Hana, menghampiri ayahnya. Air matanya menetes membasahi pipinya

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!