Bagi Dira pernikahan adalah sebuah mimpi indah. Dira tak menyangka pria yang tiba-tiba mau menikahinya di hari pernikahan, disaat calon suaminya menghilang tanpa jejak, ternyata menyimpan dendam masa lalu yang membara.
Denzo tak menikahinya karena cinta melainkan untuk balas dendam.
Namun, Dira tidak tahu apa dosanya hingga setiap hari yang ia lalui bersama suaminya hanya penuh luka, tanya dan rahasia yang perlahan terungkap.
Dan bagaimana jika dalam kebencian Denzo, perlahan tumbuh perasaan yang tidak ia duga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ars Asta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Hari ini cukup cerah, langit berwarna biru pucat. Dira duduk di taman belakang rumah setelah melakukan pekerjaannya. Ia sudah merasa terbiasa dengan pekerjaan yang diberikan Suaminya. Ia memeluk lututnya, menyandarkan dagu di sana. Matanya menatap kosong ke depan.
"Kalau dia memang menikahiku untuk balas dendam, apa salahku sampai harus ditebus seperti ini?" gumamnya pelan.
Langkah kaki pelan terdengar mendekat. Dira menoleh dan melihat Bi Nina membawa dua cangkir teh hangat.
"Non, saya buatkan teh," ucap Bi nina menyodorkan secangkir teh.
"Terima kasih, Bi." Dira menerimanya dan meminumnya perlahan. Rasa hangat teh menenangkan hatinya.
Bi Nina duduk di sampingnya. Ia menatap Dira sejenak sebelum berkata, “Kalau Nona ingin bertanya sesuatu, tanya saja. Mungkin saya bisa bantu.”
Dira menoleh cepat. " Bi... Apa tahu masa lalu Mas Denzo? Dan apa Mas Denzo pernah disakiti wanita sebelumnya?
Bi Nina menghela napas panjang. "Tuan dulu pernah dekat dengan seorang wanita tapi wanita itu menyakiti tuan dan selingkuh membuat Tuan sangat marah."
"Lalu apa yang terjadi Bi? Apa itu yang membuat sifat mas Denzo menjadi dingin?"
Bi Nina menggeleng. "Tidak. Tuan Denzo memang sedari dulu sifatnya begitu hanya saja sekarang dia lebih tidak peduli dengan hubungan dan menjauh saat ada wanita yang mendekatinya."
"Bibi kaget pas Tuan mengatakan akan menikah dan membawamu ke rumah. Bibi pikir mungkin tuan sudah berubah karena menemukan wanita yang ingin dinikahi setelah sikapnya yang hanya peduli pada pekerjaan," lanjut Bi Nina.
"Dia datang ke gedung pernikahan ku Bi dan menolongku saat calon suamiku tidak datang ke pernikahan kita," ungkap Dira.
"Jadi kalian menikah tiba-tiba?" tanya Bi Nina ekspresinya berubah terkejut, matanya membesar tak percaya.
Dira mengangguk. "Iya bi. Aku juga ngga tau kenapa Mas Denzo mau membantuku dan menjadi mempelai pria."
Bi Nina mengelus punggung Dira lembut. Ia juga tidak mengerti kenapa Tuan nya bisa melakukan tindakan itu. Dan sekarang Tuannya malah memperlakukan istrinya seperti pelayan. "Bibi juga baru tahu hal ini. Mungkin ada alasan dibalik tindakan yang Tuan lakukan." Bi Nina mencoba menenangkan Dira.
Dira mengangguk mengiyakan. Ia tahu kenapa Denzo menikahinya. Denzo ingin balas dendam, tapi yang Dira tidak tahu kenapa Denzo dendam dan benci padanya.
Aku ngga tau Bi, kesalahan apa yang membuat mas Denzo sampai dendam padaku.
Dira kembali meneguk tehnya. "Hari ini orang tuaku akan ke rumah," ucap Dira mengganti topik pembicaraan tidak mau larut dalam kesedihan apalagi orang tuanya akan datang.
"Bibi akan menyiapkan makanan." Bi Nina tersenyum mendengarnya
"Tapi Bi, aku minta tolong jangan bilang pada orang tuaku tentang perlakuan Mas Denzo padaku." Dira memegang tangan Bi Nina meminta dengan tulus. Ia tidak ingin orang tuanya khawatir dengannya.
"Bibi mengerti. Nona tenang saja." Bi nina membalas genggaman tangan Dira.
"Terima kasih Bi"
"Oh iya, dimana orang tua Mas Denzo? Apa mereka tinggal dirumah berbeda?" Dira bertanya dengan serius. Ia bingung karena setelah menikah orang tua Denzo tidak pernah datang ke rumah.
Bi nina menunduk. "Orang tua Tuan sudah tidak ada Nona. Tuan besar meninggal saat Denzo berusia 15 tahun dan membuat Denzo harus mewarisi perusahaan. Sedangkan Nyonya besar meninggal 3 tahun yang lalu, akibat kecelakaan."
Mendengar fakta yang Bi Nina ucapkan membuat hati Dira merasakan kesedihan yang suaminya rasakan.
"Maaf Bi, aku ngga tau." Dira menunduk merasa bersalah.
"Ngga Non. Sudah seharusnya Non tahu hal ini." Bi Nina tersenyum sendu.
"Aku harap Tuan bisa bahagia bersama Nona dan bisa memperlakukan Non dengan baik. Semoga Nona bisa meluluhkan hati Tuan." lanjut Bi Nina.
"Aku harap begitu Bi." Dira meremas tangannya. Ia berharap sikap Denzo akan berubah padanya.
Meski terlihat dingin, dia ternyata sangat rapuh didalam. Aku harap sikapmu bisa berubah Mas dan bisa menerimaku menjadi bagian hidupmu.
