NovelToon NovelToon
ALVANA

ALVANA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: aufalifa

"Aku insecure sama kamu. kamu itu sempurna banget sampai-sampai aku bingung gimana caranya supaya bisa jadi imam yang baik buat kamu."
~Alvanza Utama Raja

🍃🍃🍃

Ketika air dan minyak dipersatukan, hasilnya pasti menolak keduanya bersatu. Seperti Alvan dan Ana, jika keduanya dipersatukan, hasilnya pasti berbeda dan tidak sesuai harapan. Karena yang satu awam dan yang satu tengah mendalami agamanya.

Namun, masih ada air sabun yang menyatukan air dan minyak untuk bisa disatukan. Begitu juga dengan Alvan dan Ana, jika Allah menghendaki keduanya bersatu, orang lain bisa apa?

🍃🍃🍃

"Jika kamu bersyukur mendapatkan Ana, berarti Ana yang harus sabar menghadapi kamu. Sebab, Allah menyatukan dua insan yang berbeda dan saling melengkapi."
~Aranaima Salsabilla

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aufalifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rey yang malang

Ana dibuat panik akan keadaan Rey yang tiba-tiba drop. Awalnya Rey tenang seperti biasanya tapi, tiba-tiba suhu badannya sangat panas. Di tambah si dokter belum ada tanda keluar, membuat Ana semakin khawatir.

"Tenang, sayang. Rey pasti baik-baik aja." Alvan mendekap Ana guna menenangkan istrinya itu

"Tapi, Rey tib-"

"Sssttt! Jangan gitu. Rey past cum demam."

Selang beberapa menit, Dokter keluar dan langsung memberi tahu keadaan Rey. "Pak, bu. Kondisi jantungnya sangat lemah." Alvan mengangguk paham, sedangkan Ana melemas

Masuk ke dalam ruangan, Ana langsung memeluk singkat Rey yang terbaring lemah dengan alat yang menempel ditubuhnya. Mengusap lengan Rey lembut sembari mengobrol kecil. Sedangkan bayi itu hanya diam tanpa ada kata menangis.

"Mana yang sakit, sayang?" 

Sekelebat Ana melihat ada seseorang yang memakai pakaian serba hitam tengah memantau aktivitasnya. Meski Ana tidak tahu siapa orang itu, Ana yakin jika orang itu adalah orang yang sama waktu memantau aktivitasnya dari pohon.

Alvan yang paham akan tatapan istrinya itu langsung keluar dari ruangan untuk mengecek. Namun, di luar tidak ada siapa-siapa. Lorong terlihat sepi. Tiba-tiba ponselnya berdering.

"Temui saya jika mau keluarga kecilmu selamat, tuan Alvanza Utama Raja."

Sambungan terputus. Alvan bergegas keluar untuk menemui seseorang yang sangat ia kenal suaranya.

"Shit!"

🍃🍃🍃

Alvan sudah keliling-keliling keliling ke seluruh sudut guna mencari seseorang yang ia takutkan kalau kembali dan menghancurkan keluarga kecilnya. Namun sepertinya orang itu telah mempermainkannya. Alvan tak menyerah, ia kembali mencari orang itu sampai ketemu.

Lain dengan Ana yang masih berkutat pada Rey. Ana mulai menyuapi Rey dengan bubur bayi yang disiapkan rumah sakit. Tiba-tiba seseorang tak dikenal masuk menghampiri Ana dan Rey.

"Siapa kamu?!" Ana tentu kaget dan sangat panik, ia langsung menggendong Rey.

Seseorang asing itu langsung membuka tudung Hoodie nya, menampilkan wajah yang sangat Ana kenal dan Ana takuti.

"Mau apa kamu?!"

"Tenang. Saya tidak akan melukaimu ataupun bayi itu. Saya hanya ingin berkunjung menemui putraku." Balasnya terlihat santai

Ya, orang itu adalah erik.lelaki bejat yang sudah tak terhitung kesalahannya. Hingga sifat baik pun sudah tidak ada dalam dirinya.

"Rey itu putraku." Sahut Ana cepat

Erik tertawa mendengar pengakuan itu. Membuat Ana semakin takut berada di dekat Erik. Takut kalau Rey akan dibawa Erik. "Yakin dia putramu? Jelas-jelas dia adalah putraku. Tapi, kalau anda mau memiliki putra bersamaku, ya ayo." Erik hendak mendekat, dengan cepat Ana menodongkan gunting ke arah lelaki itu.

"Jangan macam-macam kamu!" Ana hendak memencet tombol darurat tetapi dengan cepat Erik menghalanginya.

"No." Jeda sejenak. "Maaf, saya hanya bercanda. Saya kesini hanya ingin menemui putraku yang malang. Tolong berikan putraku, saya hanya ingin memeluk putraku sebentar."

"Menjauh dari putraku." Sahut Ana cepat

"Ayolah, apa kamu juga mau saya peluk?" Tanya Erik menggoda, membuat Ana dengan terpaksa menyerahkan Rey pada ayah kandungnya

Erik nampak sangat senang bisa menggendong putranya, darah dagingnya. Meski dilakukannya sebagai pelampiasan amarahnya. Mengingat bagaimana dirinya dulu memaksa Kanaya untuk menjadi pelampiasan. Terlalu kejam dan sudah tak pantas lagi disebut lelaki baik. Lelaki yang lebih dari kata bejat.

Setelah lamanya menggendong Rey, Erik mengembalikan Rey pada Ana. "Titip putraku. Didik putraku dengan baik hingga dewasa. Saya percayakan Rey padamu. Saya akan kembali setelah beberapa tahun ke depan untuk menjemput putraku." ujarnya

"Kapan Anda bebas dari penjara?"

Erik tersenyum. "Saya belum bebas. Saya keluar tanpa izin dan yang jelas tanpa sepengetahuan siapa pun. Tapi, kali ini saya akan kembali pulang ke penjara. Kasian para polisi yang kewalahan mencari saya. Salam buat suamimu  permohonan maaf dari saya."

Ana menatap Erik begitu saja. Ada rasa tenang ketika kedatangan Erik tidak merusak atau mengusik keluarga kecilnya. Tapi, Ana juga takut kalau Erik kembali dan mengambil alih Rey.

Tak berlangsung lama, Alvan datang dengan nafas tersengal-sengal. Pikirannya khawatir pada istri dan juga Rey. Tetapi, begitu melihat istri dan Rey tampak tenang, Alvan menghembuskan nafas lagi. Dihampirinya istri dan si kecil Rey yang sama-sama menatap ke arahnya.

"Ngga ada orang yang masuk setelah Aa' pergi kan sayang?" tanya Alvan memastikan

"Ada."

"Ada? Oh, perawat ya?"

"Bukan."

"Dokter?"

"Bukan."

"Ayah atau Ibu?"

"Bukan juga."

"Lalu siapa, yang? Bukan orang jahat kan?"

"Mungkin."

"Siapa, yang? Aa' khawatir sama kamu, kasih tau Aa' siapa yang habis masuk kesini?" tanya Alvan merasa geram dan penuh menahan emosi. Alvan sadar jika istrinya yang hamil itu akan terus membuatnya emosi.

"Dia titip salam buat kamu." balas Ana pelan

"Salam?"

"Iya."

"Sayangku cintaku. Bia kasih tahu Aa' siapa orang itu?"

"Bisa."

"Astagfirullah, iya sayang. Siapa nama orangnya?"

"Erik, ayah kandungnya Rey. Tadi titip salam permohonan maafnya sama Aa'. Di maaf in ya."

"Shit!" Alvan hendak keluar tapi Ana menahannya. Membuat Alvan terpaksa diam di tempat.

"Allah aja maha pemaaf, maha Aa' memaafkan orang seberat itu?"

"Ya soalnya Aa' bukan tuhan. Aa' cuma manusia biasa yang sama-sama pendosa."

"Mending kita pikir Rey yang kondisinya makin lemah." entah gerakan dari mana, Alvan mengambil alih Rey untuk ia gendong. Padahal, semasa asuhan Rey di tangannya, lelaki itu tidak pernah menyentuh apalagi menggendongnya.

"Aa' khawatir sama kalian berdua."

🍃🍃🍃

Di usia kandungan yang sudah menginjak enam bulan,  Alvan belum pernah melihat Ana yang mengidam aneh-aneh. Paling-paling hanya mentok mangga muda. Selebihnya hanya makan buah-buahan yang ada di rumah.

Di sepertiga malam tiba-tiba Ana bangun dan meminta sesuatu pada Alvan yang masih istirahat.  Ana bergerak untuk membangunkan suaminya yang sekali tidur awet banget.

"Aa', Ana pengen sesuatu." rengeknya dengan mengguncang tubuh Alvan

"Hmm, mau apa malam-malam begini?" tanya Alvan dengan kedua mata yang masih tertutup

"Mau beton."

Mendengar kata beton yang keluar dari mulut sang istri, Alvan langsung bangun. Matanya tak lagi sayup menahan kantuk. Ia duduk berhadapan dengan istrinya yang cengengesan ke arahnya.

"Yakin mau beton?" tanya Alvan memastikan, Ana mengangguk antusias

Alvan bergegas ke arah meja kerjanya. Mencari kata beton yang dimaksud istrinya. Kembali menatap Ana. "Kamu aneh, mau diapain betonnya?" tanyanya

"Mau dimakan lah." balasnya cepat

Alvan menganga tak percaya. Dimakan? Mau jadi apa anaknya nanti kalau ibunya makan beton? Gragal? Secepat mungkin Alvan membuang pikiran negatif itu, ia segera menghampiri Ana dan merayunya agar istrinya itu tidak makan beton.

"Istighfar, yang. Mau makan beton nanti anaknya jadi apa? Ngga usah aneh-aneh, ya."

"Ya jadi anak lah." sahut Ana cepat

"Ini masih gelap, sayang. Sekarang ambil air wudhu terus kita sholat malam dulu, ya." bujuknya

"Ngga mau, maunya sekarang makan beton dulu. Mau nanti anaknya ileran karena gak keturutan makan beton?"

Alvan memijat pelipis karena kepalanya terasa pening memikirkan beton, beton dan beton. Ia segera menelpon sembarang orang tapi tak ada satupun yang mau angkat telponnya. Jelas tidak ada yang mau angkat telpon, orang karena masih jam istirahat.

"Iya habis ini, ya. Sekarang sholat malam dulu." bujuk Alvan, Ana mengangguk pasrah. Ia segera bergegas ke kamar mandi.

🍃🍃🍃

Sengaja Alvan berlama-lama dzikir dan berdoa karena Alvan bingung menghadapi istrinya yang terus merengek meminta beton. Menatap ke arah jam yang lama sekali berputar, akhirnya Alvan memilih pasrah pada istinya itu.

"Udah?" tanya Ana antusias

Alvan tersenyum hangat. Tangan kekarnya bergerak mengelus perut Ana yang mulai membesar. "Assalamualaikum anak baba. Kenapa pengen banget makan beton, hm? Mau merusak perut uma?"

"Uma cuma pengen makan beton emang salah ya?" tanya Ana menatap nanar ke arah Alvan yang masih setia mengelus perutnya

"Emang bisa habisin beton yang sekeras itu?"

"Bisa dong."

Alvan menghembuskan nafas panjangnya. Ia beranjak dari duduk dan segera keluar kamar. Berjalan menuruni tangga dan menghampiri para asistennya yang sangat pagi-pagi sekali sudah berbagi tugas.

"Bi, bisa bantu saya?"

"Bisa, tuan. Apa yang bisa saya bantu?"

"Huftt." Desisnya pelan. "Ana ngidam pengen beton katanya. Saya bingung, apa nanti anaknya ngga jadi gragal ya, bi?"

Bi Iyem tertawa pelan. "Tuan mah, masih pagi udah ngelawak wae. Mana ada atuh anak jadi gragal."

"Habisnya ngidam beton lho, bi."

Bi Iyem menoleh ke arah jam yang menunjukkan angka empat tepat saat Adan subuh. "Biasanya jam segini udah buka, tuan. Mau saya belikan dulu ke pasar?"

Alvan merasa pening menghadapi perempuan. Tujuannya menghampiri asistennya itu karena mau meminta bantuan untuk membujuk Ana supaya tidak makan beton. Tetapi, asistennya ini malah menuruti keinginan istrinya.

"Bi, buatin aja kue-kue yang mirip beton. Biar Ana gak makan beton." Ujar Alvan mencoba sabar

"Ya kelamaan atuh. Entar keburu ileran lho." Sangkal bi Iyem

"Emang di pasar ada yang jualan beton?"

"Ya ngga ada, tuan. Kalau mau beton ya harus beli nangka."

"Nangka? Hubungannya nangka sama beton apa, bi?" tanya Alvan semakin pening dan bingung

"Bijinya nangka itu namanya beton, tuan. Pantes dari tadi kebingungan, tuan Alvan tidak pernah makan beton ya?"

Alvan menggeleng. "Yaudah, kalau gitu biar saya yang pergi ke pasar."

"Itu nyonya Ana ngga papa ditinggal, tuan?"

"Gak papa. Bilang aja kalau suaminya pergi beli beton." balasnya, bi Iyem mengangguk patuh

Alvan bergegas ke garasi untuk mengambil motornya. Namun melihat pohon nangka di rumah tetangga, Alvan berniat untuk memetik langsung dari pohonnya. Dengan keadaan masih subuh, mungkin tetangganya itu masih belum bangun.

Akhirnya Alvan memanjat tembok supaya bisa masuk ke rumah tetangga. Kedua matanya memicing mencari keberadaan nangka yang sudah matang.

"Lah, bjir! Tinggi bener nih pohon."

"Gapapa, demi istri tercinta."

Alvan mulai memanjat pohon nangka yang tingginya lebih dari lima meter. Baru tiga meter, Alvan sudah dibuat merinding. Tapi, untungnya buah nangka yang matang itu ada didekatnya.

Setelah buah nangka berukuran sedang itu ada di tangannya, Alvan berniat untuk video call istrinya. Supaya istrinya tahu kalau dirinya berjuang demi istri dan calon anaknya.

"Ya Allah Aa' ngapain diatas pohon?"

"Lihat nih, Aa' dapat nangka. Perjuangan banget ini."

"Aa' mencuri ya?"

"Orangnya masih tidur, sayang. Ntar pagi Aa' bilang kok sama orangnya kalau udah bangun."

"Ya itu sama aja. Kalau nanti betonnya hasil mencuri, Ana ngga mau makan."

"Ya Allah, yang. Ini buah nangkanya udah di tangan Aa' lho. Masa mau dibuang."

"Ya itu salah Aa'. Udah ah, Ana udah ngga mau makan beton. Soalnya betonnya hasil mencuri."

Tut...Tut...Tut...

Panggilan terputus, membuat Alvan langsung membuang nangkanya asal. Alvan sepertinya lupa kalau ia masih di tas pohon. Dengan sembrono nya ia loncat dan berakhir jatuh dari pohon dengan tinggi tiga meter.

BRUK!

1
Bukhori
lanjut👍
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!