NovelToon NovelToon
Cinta Di Bawah Hujan Season 1

Cinta Di Bawah Hujan Season 1

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Cinta Murni / Tamat
Popularitas:350
Nilai: 5
Nama Author: Rindi Tati

Di tengah derasnya hujan di sebuah taman kota, Alana berteduh di bawah sebuah gazebo tua. Hujan bukanlah hal yang asing baginya—setiap tetesnya seolah membawa kenangan akan masa lalunya yang pahit. Namun, hari itu, hujan membawa seseorang yang tak terduga.

Arka, pria dengan senyum hangat dan mata yang teduh, kebetulan berteduh di tempat yang sama. Percakapan ringan di antara derai hujan perlahan membuka kisah hidup mereka. Nayla yang masih terjebak dalam bayang-bayang cinta lamanya, dan Arka yang ternyata juga menyimpan luka hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rindi Tati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 35

Halaman 35

Hampir Menyerah

Malam itu, hujan turun deras di kota kecil tempat Nayla tinggal. Ia duduk di beranda rumah, memeluk lutut, menatap jalanan yang basah dan berkilau di bawah lampu jalan. Pikirannya kacau. Kata-kata Arka siang tadi terus menggema: “Aku capek, Nay. Aku nggak tahu apakah kita bisa terus begini.”

Air mata mengalir tanpa bisa ditahan. Apakah ini akhirnya?

Keesokan harinya, Nayla mencoba bersikap biasa. Ia tetap datang ke sanggar, tersenyum di hadapan anak-anak, dan memimpin latihan seperti biasa. Tapi di balik senyum itu, hatinya porak-poranda.

Sementara itu, Arka yang kembali ke Jakarta untuk urusan pekerjaan pun tak kalah gelisah. Di kamar hotelnya, ia duduk memandangi layar laptop yang menampilkan dokumen kerja, tapi pikirannya melayang ke wajah Nayla.

“Kenapa aku ngomong gitu?” gumamnya. Ia menutup laptop dengan kesal. “Aku sayang banget sama dia. Tapi kenapa semua ini terasa berat?”

Arka tahu, pekerjaan ini adalah impiannya. Tapi ia juga tahu, Nayla adalah rumah yang selalu membuatnya pulang. Masalahnya, keduanya kini terasa saling menjauh.

Beberapa hari berikutnya, komunikasi mereka semakin dingin. Nayla membalas pesan Arka dengan singkat, Arka pun mulai jarang menelpon. Hanya ada “selamat pagi” dan “selamat malam” yang hambar.

Suatu malam, Nayla melihat status media sosial seorang teman: Arka sedang menghadiri jamuan makan malam bersama klien. Ia tampak rapi dengan jas hitam, duduk di samping seorang perempuan cantik yang tersenyum cerah.

Nayla menatap foto itu lama. Tangannya gemetar. Kenapa dia nggak cerita lagi?

Ia mencoba menelepon Arka. Satu kali. Dua kali. Tiga kali. Tak ada jawaban.

Air matanya jatuh. Ia merasa sendirian.

Beberapa jam kemudian, Arka baru menelepon balik. Suaranya terdengar capek. “Nay, maaf banget aku nggak bisa angkat. Aku lagi rapat makan malam sama klien.”

Nayla terdiam. “Kenapa kamu nggak bilang sebelumnya? Apa aku sekarang udah nggak penting lagi?”

Arka menarik napas panjang. “Nay, jangan gitu. Aku beneran sibuk. Aku nggak punya niat buat nyakitin kamu.”

Tapi Nayla tak bisa menahan tangis. “Aku udah berusaha ngerti, Ka. Aku udah berusaha sabar. Tapi rasanya aku makin kehilangan kamu.”

Pertengkaran itu pecah. Kata-kata terlontar tanpa bisa ditarik kembali.

“Aku nggak tahu lagi, Nay, sampai kapan aku bisa kayak gini!” suara Arka meninggi.

Nayla terdiam, tubuhnya bergetar. “Kalau gitu… mungkin kita harus berhenti.”

Keheningan panjang membentang di antara mereka. Arka tak menjawab. Lalu panggilan terputus.

Nayla menjatuhkan ponselnya, lalu menangis keras-keras. Hujan di luar semakin deras, seperti ikut merobek hatinya.

Hari-hari setelah itu terasa hampa. Nayla berusaha menenggelamkan diri dalam kegiatan sanggar, tapi setiap malam ia menangis sendirian. Anak-anak bisa merasakan gurunya murung, tapi Nayla selalu berusaha tersenyum.

Arka pun tak kalah menderita. Ia bekerja seperti robot, menyelesaikan proyek demi proyek, tapi setiap kali melihat pasangan lain tertawa bersama, hatinya perih. Ia rindu Nayla. Ia ingin kembali, tapi gengsinya menahannya.

Suatu malam, Nayla menerima pesan dari Karin. Ya, Karin—orang dari masa lalu yang dulu pernah membuatnya cemburu. Pesan itu singkat:

“Nay, aku tahu ini tiba-tiba. Tapi aku cuma mau bilang… jangan lepaskan Arka. Dia selalu cerita betapa dia sayang sama kamu, bahkan saat dia capek banget. Dia cuma nggak tahu cara nunjukin sekarang.”

Nayla membaca pesan itu berulang kali. Hatinya campur aduk. Ia tak menyangka, justru Karin yang dulu menjadi “luka”, kini yang mengingatkan untuk tetap percaya.

Beberapa hari kemudian, Nayla memutuskan pergi ke Jakarta. Ia tak bisa lagi menunggu dalam ketidakpastian. Ia harus menatap Arka langsung, meski hatinya takut.

Saat tiba di apartemen Arka, hujan kembali turun. Tangannya gemetar ketika mengetuk pintu.

Arka membuka pintu dengan wajah terkejut. Matanya sayu, seperti kurang tidur. “Nay?”

Nayla menatapnya dengan air mata yang hampir jatuh. “Aku nggak bisa terus kayak gini, Ka. Kalau memang kita mau berhenti, bilang sekarang. Tapi kalau kamu masih sayang sama aku… tolong, jangan biarin jarak ini ngalahin kita.”

Arka terdiam lama. Lalu perlahan, matanya ikut berkaca-kaca. Ia menarik Nayla ke dalam pelukannya, erat sekali.

“Aku nggak pernah berhenti sayang sama kamu,” bisiknya dengan suara serak. “Aku cuma… aku takut aku nggak cukup baik buat kamu. Aku takut bikin kamu sakit hati.”

Nayla menangis dalam pelukannya. “Aku nggak butuh sempurna, Ka. Aku cuma butuh kamu ada.”

Hujan di luar semakin deras, tapi di dalam ruangan kecil itu, ada kehangatan yang perlahan menyatukan kembali dua hati yang hampir patah.

Malam itu mereka berbicara lama. Tentang ketakutan, tentang rindu, tentang mimpi yang membuat mereka sibuk tapi juga menjauh. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, mereka benar-benar mendengarkan satu sama lain.

Dan meski jalan ke depan masih panjang, malam itu menjadi titik balik. Malam di mana mereka hampir menyerah—tapi memilih untuk bertahan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!