NovelToon NovelToon
七界神君– Dewa Penguasa Tujuh Dunia

七界神君– Dewa Penguasa Tujuh Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Budidaya dan Peningkatan / Perperangan
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Tujuh dunia kuno berdiri di atas fondasi Dao, dipenuhi para kultivator, dewa, iblis, dan hewan spiritual yang saling berebut supremasi. Di puncak kekacauan itu, sebuah takdir lahir—pewaris Dao Es Surgawi yang diyakini mampu menaklukkan malapetaka dan bahkan membekukan surga.

Xuanyan, pemuda yang tampak tenang, menyimpan garis darah misterius yang membuat seluruh klan agung dan sekte tertua menaruh mata padanya. Ia adalah pewaris sejati Dao Es Surgawi—sebuah kekuatan yang tidak hanya membekukan segala sesuatu, tetapi juga mampu menundukkan malapetaka surgawi yang bahkan ditakuti para dewa.

Namun, jalan menuju puncak bukan sekadar kekuatan. Tujuh dunia menyimpan rahasia, persekongkolan, dan perang tak berkesudahan. Untuk menjadi Penguasa 7 Dunia, Xuanyan harus menguasai Dao-nya, menantang para penguasa lama, dan menghadapi malapetaka yang bisa menghancurkan keberadaan seluruh dunia.

Apakah Dao Es Surgawi benar-benar anugerah… atau justru kutukan yang menuntunnya pada kehancuran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Langkah Ling Tianyao terdengar mantap, namun setiap hentakan kakinya di jalan setapak yang menuju puncak gunung seolah membawa beban seribu jin. Angin dingin gunung berhembus lembut, menyapu jubah Patriark Sekte Azure Cloud yang ia kenakan.

Di kejauhan, kabut tipis melingkupi puncak, menyembunyikan siluet sebuah paviliun kecil yang sederhana. Bukan bangunan megah, melainkan pondok kayu dengan atap melengkung, di kelilingi pohon pinus tua yang berderak tertiup angin. Dari sana, aroma teh hijau semerbak, menenangkan jiwa yang resah.

Saat ia tiba di depan paviliun, pemandangan itu membuat Tianyao sedikit tertegun. Dua orang tua berjanggut putih duduk berhadapan, di antara mereka terdapat papan Igo dengan batu putih dan hitam yang tersusun rumit.

Kedua orang itu tidak hanya sekadar Elder. Mereka adalah dua tiang utama sekte yang sudah hidup lebih dari dua abad. Kekuatan mereka jauh melampaui Elder biasa, dan meski jarang campur tangan, kata-kata mereka mampu mengubah arah masa depan sekte.

Ling Tianyao merendahkan tubuhnya, memberi hormat dalam-dalam.

“Salam hormat, Grand Elder Qingshan, Grand Elder Beihai.”

Kedua orang tua itu mengangkat kepala mereka. Senyum ramah terlukis di wajah mereka, berbeda dengan kebanyakan Elder yang penuh wibawa dingin.

Grand Elder Qingshan, dengan janggut panjang seputih salju, menaruh batu putih ke papan Igo, lalu berkata dengan suara lembut,

“Ada apa, nak Tianyao? Dari sorot matamu, sepertinya ada masalah besar yang menghantui.”

Tianyao menarik napas panjang.

“Memang benar, Grand Elder. Pagi ini terjadi perdebatan yang hampir menimbulkan kekacauan di aula utama sekte.”

Grand Elder Beihai, yang lebih gemuk dan berwajah bulat cerah, terkekeh pelan. Tangannya memegang cangkir teh hijau, ia menyeruputnya santai sebelum berbicara.

“Apakah ini… karena masalah anakmu, Xuanyan?”

Suara itu menusuk hati Tianyao. Ia mengangguk dengan berat, seperti beban raksasa jatuh ke pundaknya.

“Benar, Grand Elder. Semuanya berawal dari Jianyu. Dia mengajukan permintaan untuk mengusir Xuanyan dari sekte. Permintaan itu lalu dibawa ke pemungutan suara. Dari semua Elder dan Peak Lord yang hadir… tiga Elder dan sebagian besar Peak Lord mendukung Jianyu. Hanya Elder Qing dan Yueran yang menentang.”

Grand Elder Qingshan menghentikan gerakan tangannya di atas papan Igo, lalu menatap Tianyao dengan tajam namun penuh wibawa.

“Lalu? Karena hasil telah ditentukan… pada akhirnya, siapa yang membuat keputusan akhir?”

Suara itu membuat Tianyao terdiam. Kata-kata itu menggema di dadanya.

Ia mengepalkan tangan, jari-jarinya bergetar halus.

“Pada akhirnya… aku. Aku yang menentukan keputusan akhir…”

Grand Elder Beihai meletakkan cangkir tehnya. Senyumnya tak hilang, namun matanya seolah menembus jauh ke dalam hati Tianyao.

“Itu sebabnya kau datang ke sini, bukan? Karena di antara suara Patriark dan suara seorang ayah… hatimu terbelah dua.”

Tianyao menunduk, keringat dingin mengalir di pelipisnya.

“Benar… sebagai Patriark, aku harus mendahulukan kepentingan sekte. Tapi… sebagai seorang ayah… bagaimana aku bisa mengusir anakku sendiri? Bagaimana aku bisa membuang darah dagingku demi sekte yang seharusnya menjadi rumah bagi semua murid?”

Suasana hening sejenak. Angin berdesir melewati celah paviliun, membawa aroma pinus dan teh hijau. Hanya terdengar suara batu Igo yang diletakkan Qingshan, tok, seakan menjadi penekanan pada dilema Tianyao.

Grand Elder Qingshan tiba-tiba tersenyum tipis, matanya memandang papan Igo di hadapannya.

“Lihatlah papan ini, Tianyao. Batu putih dan batu hitam selalu berlawanan. Namun tanpa keduanya, permainan ini tidak akan ada artinya. Sama seperti Patriark dan seorang ayah… keduanya adalah bagian dari dirimu, tidak bisa dipisahkan.”

Grand Elder Beihai mengangguk, menimpali dengan suara berat namun lembut.

“Banyak orang berpikir Patriark adalah seorang yang hanya hidup demi sekte. Tapi sebenarnya… sekte bukanlah dinding dan atap. Sekte adalah manusia. Murid-murid, keluarga, saudara… mereka lah sekte itu sendiri. Jika seorang Patriark tega mengorbankan anaknya sendiri demi menjaga ‘wibawa sekte’, apakah itu benar-benar sekte yang layak dijaga?”

Kata-kata itu membuat Tianyao tertegun. Jantungnya berdegup kencang, seolah sesuatu yang terkunci di dalam dirinya baru saja dibuka paksa.

Grand Elder Qingshan melanjutkan dengan suara menenangkan,

“Kau bimbang karena kau mengira ada dua pilihan: menjadi Patriark… atau menjadi ayah. Padahal sesungguhnya, jalan itu hanya satu. Jika kau mampu melindungi keluargamu, melindungi darah dagingmu, itulah bentuk tertinggi dari seorang Patriark. Karena bagaimana mungkin orang yang gagal menjaga keluarganya… bisa menjaga ribuan murid lainnya?”

Tianyao menatap kedua Grand Elder itu. Dadanya bergetar, matanya memanas.

Selama ini, ia merasa terjebak dalam dilema. Menjadi Patriark berarti harus menyingkirkan perasaan pribadi. Menjadi ayah berarti mengorbankan sekte. Namun sekarang… kata-kata kedua Grand Elder itu membuka perspektif baru.

Grand Elder Beihai tersenyum lebar, suaranya menggema lembut.

“Tianyao… kau adalah Patriark yang hebat. Tapi jangan lupakan, kau juga seorang ayah. Jangan biarkan mereka memisahkan dua hal itu darimu. Jika kau mengusir anakmu demi sekte, maka apa bedanya sekte ini dengan penjara dingin tanpa hati? Ingatlah, sekte yang hanya berdiri di atas aturan tanpa belas kasih… cepat atau lambat akan runtuh oleh dirinya sendiri.”

Grand Elder Qingshan menaruh batu terakhir di papan Igo, menyelesaikan permainan dengan senyum tipis.

“Lihatlah papan ini, Tianyao. Permainan berakhir bukan karena salah satu warna musnah, melainkan karena keduanya mencapai keseimbangan. Begitu pula dirimu. Kau bukan hanya Patriark, bukan hanya ayah. Kau adalah Ling Tianyao, Patriark yang bisa melindungi sekte sekaligus menjaga darah dagingnya.”

Kata-kata itu menancap dalam-dalam di hati Tianyao. Seolah sebuah belenggu yang mengikat hatinya selama ini hancur berkeping-keping.

Ia menutup mata, menarik napas dalam. Rasa berat di dadanya perlahan lenyap, digantikan dengan tekad baru yang menyala.

“Terima kasih… Grand Elder Qingshan, Grand Elder Beihai. Kata-kata kalian… telah membuka mataku.”

Kedua Grand Elder itu tersenyum ramah.

“Pergilah, Tianyao,” ujar Beihai sambil mengangkat cangkir tehnya kembali.

“Jalan seorang Patriark bukan hanya dipenuhi dengan keputusan sulit, tapi juga dengan hati yang teguh. Jika kau bisa menjaga hatimu, kau tidak akan pernah salah.”

Qingshan menambahkan,

“Dan jangan lupa… kadang, suara hati seorang ayah adalah kompas terbaik bagi seorang Patriark.”

Ling Tianyao memberi hormat dalam-dalam, kali ini dengan hati yang lebih ringan dan tekad yang lebih jelas.

Saat ia berbalik meninggalkan paviliun itu, cahaya matahari pagi menembus kabut tipis di puncak gunung, seakan memberi restu pada tekad barunya.

Dalam hati, Tianyao berjanji pada dirinya sendiri.

“Xuanyan… ayah tidak akan pernah membiarkanmu berjalan sendirian. Baik sebagai Patriark… maupun sebagai ayah… aku akan melindungimu.”

Di sebuah ruang rahasia yang tersembunyi di dalam pegunungan belakang sekte, cahaya redup dari lampu minyak berkelip samar. Aroma obat pahit dan dupa hitam bercampur memenuhi udara, membuat suasana semakin menekan.

Ling Jianyu duduk di kursi kayu berukir, wajahnya penuh gairah licik. Di hadapannya, seorang pria paruh baya dengan tatapan tajam seperti seekor elang duduk bersandar dengan tenang. Dialah Ling Yanshan, mantan kandidat Patriark yang kini bergerak dalam bayang-bayang.

Jianyu memecah keheningan dengan suara rendah namun penuh ketegangan.

“Ayah… jika pada akhirnya Patriark membela anaknya… bagaimana? Semua perdebatan, semua suara dukungan, bisa hancur hanya karena keputusan akhir ada di tangannya.”

Tatapan Yanshan tajam, namun bibirnya melengkung dingin.

“Jika itu terjadi, Jianyu… maka satu-satunya cara hanyalah pertarungan hidup dan mati. Kita sudah memberikan pilihan yang mudah bagi mereka, namun jika Tianyao tetap bersikeras… tidak ada jalan lain selain membunuh Xuanyan, sekaligus mempermalukan Tianyao di depan semua Elder.”

Wajah Jianyu menegang, lalu perlahan berubah menjadi senyum bengis. Ia mengepalkan tangannya, seakan membayangkan Xuanyan terkapar di tanah.

“Jadi, membunuhnya… itu solusi terakhir, ya? Hmph. Anak itu selalu menjadi duri di mataku sejak awal.”

Namun ia masih ragu, lalu menatap ayahnya dengan alis berkerut.

“Tapi… bagaimana dengan Grand Elder? Jika mereka ikut campur, rencana kita bisa runtuh dalam sekejap. Mereka punya pengaruh besar, bahkan melebihi Patriark itu sendiri.”

Ling Yanshan mengangkat cangkir teh pahit di tangannya, menyeruputnya perlahan sebelum menjawab. Suaranya dalam, penuh keyakinan.

“Tenang saja. Kedua orang tua itu tidak akan turun tangan dalam masalah ‘sepele’ seperti ini. Selama ini mereka hanya peduli pada kelangsungan sekte dalam skala besar, bukan urusan kecil seperti anak seorang Patriark. Dengan dukungan Elder dan Peak Lord yang kita miliki… menggulingkan posisi Tianyao hanyalah masalah waktu. Sungguh, sudah seharusnya aku yang menjadi Patriark sejak awal, bukan dia.”

Jianyu mencondongkan tubuhnya ke depan, matanya berkilat penuh rasa ingin tahu.

“Kalau ayah begitu menginginkan posisi Patriark… mengapa tidak menggunakannya sejak dulu? Mengapa tidak memakai metode itu lagi?”

Pertanyaan itu membuat Yanshan terdiam sejenak. Senyum dingin perlahan menghiasi wajahnya. Ia menatap jauh, seakan kenangan lama muncul kembali.

“Metode yang sama tidak bisa dipakai dua kali, Jianyu. Dulu… aku sudah menggunakan cara itu untuk menyingkirkan Ling Tzu'in, kakaknya. Membuatnya seolah mati karena kecelakaan saat mencoba menembus ranah baru. Padahal… itu semua hanyalah jebakan yang kubuat. Semuanya kuatur sedemikian rupa hingga para leluhur tidak mencurigai sedikit pun.”

Senyum Yanshan semakin kejam.

“Aku benar-benar yakin waktu itu, leluhur akan memilihku sebagai Patriark berikutnya. Tapi siapa sangka… justru Tianyao yang dipilih. Pemuda polos itu, yang dulunya jauh di bawahku, tiba-tiba melesat seperti naga menembus langit. Kultivasinya melonjak, seakan langit sendiri merestuinya.”

Jianyu mengepalkan tangan, rahangnya mengeras.

“Lalu kenapa? Apa yang membuat mereka lebih memilih Tianyao? Ayah jauh lebih layak, lebih berpengalaman!”

Nada suaranya mengandung kemarahan bercampur tidak percaya.

Ling Yanshan menatap Jianyu dengan dingin, lalu berbisik,

“Karena istrinya… Xueya. Wanita itu jauh lebih merepotkan dari yang kubayangkan. Dia memiliki kepekaan tajam terhadap intrik dan tipu daya. Selama dia ada di sisi Tianyao, setiap langkahku diawasi tanpa terlihat. Aku tidak bisa bergerak sesuka hati seperti dulu.”

Mata Yanshan menyipit, penuh kebencian.

“Dia adalah alasan mengapa aku gagal mengambil alih sekte ini waktu itu.”

Hening sesaat menyelimuti ruangan. Jianyu menghela napas panjang, lalu tersenyum sinis.

“Jadi, semua ini hanyalah masalah waktu, ya? Kita menunggu momen yang tepat. Jika besok keputusan memihak pada Xuanyan… maka kita akan menjadikannya awal dari kehancuran mereka.”

Yanshan mengangguk, suaranya tenang namun penuh ancaman.

“Benar. Besok adalah hari penentuan. Dan jangan khawatir, semua sudah kupersiapkan. Sekte Azure Cloud… sejak lama sudah berada dalam genggamanku. Para Elder yang kau lihat mendukung Jianyu? Itu semua adalah bidak catur yang sudah kutanamkan selama puluhan tahun. Mereka hanya menunggu perintah.”

Jianyu membelalakkan mata, lalu perlahan senyum puas muncul di wajahnya.

“Jadi ayah benar-benar sudah mengatur semuanya… hm, luar biasa. Bahkan tanpa menjadi Patriark, ayah sudah mengendalikan sekte dari balik bayangan.”

Yanshan menatap anaknya dengan tatapan dalam.

“Jianyu, dengarkan baik-baik. Besok, jangan gegabah. Biarkan aku yang menarik benang di balik layar. Kau cukup memainkan peranmu sebagai pewaris, murid berbakat yang ‘menginginkan keadilan’. Jangan sampai orang lain melihatmu sebagai pion keserakahan.”

Jianyu tertawa kecil, menutup mulutnya dengan tangan.

“Hahaha… menarik sekali. Aku akan terlihat seperti pahlawan yang menegakkan aturan sekte, padahal di balik itu… kita sedang menyiapkan kehancuran Tianyao.”

Tatapan Yanshan berubah tajam, aura mengerikan merembes dari tubuhnya.

“Dan ingatlah… jika Tianyao mencoba menggunakan haknya sebagai Patriark untuk melindungi anaknya… kita akan menyeretnya ke arena pertarungan hidup dan mati. Jika ia kalah… gelarnya jatuh ke tanganku. Jika ia menang, kita pastikan Xuanyan mati di tanganmu. Bagaimanapun hasilnya, kita tetap yang menang.”

Jianyu merasakan darahnya mendidih, rasa semangat bercampur kebencian.

“Hahaha! Bagus sekali! Ayah… akhirnya, saat itu hampir tiba. Xuanyan akan mati dengan hina, Tianyao akan terpuruk… dan sekte ini akan kembali ke tangan yang seharusnya—tangan keluarga kita.”

Yanshan menatap papan catur batu di hadapannya, lalu perlahan menaruh sebuah batu hitam di tengah papan.

“Seperti dalam permainan catur ini, Jianyu. Selama kita menguasai papan… semua bidak hanyalah pion. Dan besok… giliran mereka yang akan menjadi korban.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!