 
                            Berkisah tentang seseorang yang terkena kutukan 'Tanpa Akhir' di kehidupan pertamanya. Pada kehidupan ke 2020 nya, sang Trasmigrator yang sudah tidak tahan lagi dengan kutukannya, memohon kepada Tuhan untuk membiarkannya mati.
 
Akan tetapi, seolah Kutukan Tanpa Akhir' menertawakannya. Sang Trasmigrator yang mengira kehidupan ke 2020 nya ini adalah yang terakhir. Sekali lagi jiwanya terbangun didalam tubuh orang lain. Kali ini adalah kehidupan seorang Nona Muda Bangsawan manja bernama Rihana Ariedny yang meninggal karena keracunan. 
Sang Trasmigrator yang berhenti mengharapkan 'Kematian'  memutuskan untuk menghibur dirinya dengan memulai kehidupan baru yang damai di sebuah wilayah terpinggirkan bernama Diamond Amber.
Namun siapa sangka banyak masalah mulai muncul setelahnya. Musuh bebuyutan dari banyak kehidupannya, sesama Transmigrator, yang baru saja ia temui setelah sekian lama malah ingin menghancurkan dunianya.
Yuuk ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NATALIA SITINJAK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
P. D. A
Dan nantinya, kami semua siap berlutut pada pemilik wilayah Diamond Amber yang baru supaya dia tidak mengusir kami yang hina keluar dari wilayahnya.
Setiap hari, kami berdoa pada dewa Aliya dan Amira bersama-sama demi kelangsungan hidup yang tidak tentu.
Sampai akhirnya, pemimpin baru Diamond Amber tiba. Aku terlambat mendapat kabar kedatanganya karena baru saja pulang melaut dengan anak laki-laki ku.
Paman Frank adalah orang pertama yang bertemu dengan pemimpin baru dan sir Oris adalah orang yang mengantarkan pemimpin baru menuju tempat tinggalnya.
Aku sangat panik saat itu karena tempat tinggal pemimpin wilayah yang baru hanya tinggal kerangka bangunan saja.
Kami semua panik.
Pikiran bahwa kami semua akan di usir dari wilayah Diamond Amber semakin merajalela seperti racun. Suasana menjadi mengerikan kala itu, tidak ada yang berani naik keatas bukit, sampai akhirnya, sir Oris mendatangi kami semua dengan wajah yang sangat pucat.
Sudah berakhir... Kamu semua akan di usir dari wilayah ini.
"Pe-pemimpin baru...," tubuh sir Otis bergetar hebat seperti baru saja melihat hantu. "Pemimpin- tidak... Penguasa wilayah Diamond Amber yang baru adalah seorang penyihir."
Semua orang terkejut karena mengetahui bahwa penyihir sangat langka di benua timur. Di satu sisi mereka sangat senang karena seorang penyihir ada di antara mereka. Di sisi lain mereka masih tidak bisa tenang karena masih takut akan di usir.
Kekhawatiran mereka hanya sirna ketika Otis mengatakan bahwa penguasa wilayah Diamond Amber meminta data seluruh penduduk karena harus mengatur ulang pembagian wilayah penduduknya.
Semua orang yang mendengar itu bernafas lega. Dengan sigap Graham, Otis, serta anak-anak mereka yang sudah dewasa mempersiapkan dokumen-dokumen terkait kependudukan di wilayah Diamond Amber.
Setelah selesai menyusun dokumen terkait, Graham dan Otis kembali naik keatas bukit. Setibanya di sana, mereka melihat penguasa wilayah itu tengah berdiri di tepi jurang, memandangi lautan lepas dalam diam.
Rambut hitam panjangnya berkibar seperti api di terpa angin laut. Dalam hatinya, Apakah itu pemimpin baru kami? Dia terlihat masih sangat muda. Bahkan lebih muda dari putri ku.
"Kupikir akan memakan waktu lama."
"!!!"
"Hup-"
Keduanya menarik nafas.
Wanita muda yang mereka lihat menatap laut, tiba-tiba sudah berada di belakang mereka.
Dokumen yang ada di tangan Graham dengan mudah di ambil lalu di baca olehnya dengan raut wajah datar.
Graham Mulai Gugup.
Selama 20 menit tidak terjadi percakapan apapun diantara mereka selain suara balikan lembaran kertas.
"Apa hanya ini?."
"Hah? Oh- i-iya... Hanya itu."
"Hummm... Di sini tercatat lima ratus lebih penduduk, tapi yang aku lihat kurang dari dua ratus... Sisanya kemana?."
"Itu-."
"Mereka pindah ke wilayah lain nona Diamond."
"Pindah? Kenapa?."
Graham menjawab. "Itu karena pergantian kepemimpinan wilayah, sebagian penduduk pergi ke wilayah lain karena takut mereka akan di usir oleh pemimpin baru."
Pemimpin wilayah itu mengangguk.
"Kalau begitu kenapa kalian tidak pindah juga?."
""Maaf??""
Penguasa wilayah menggoyang-goyangkan kertas di tangannya, seolah sedang menyelidiki sesuatu. "Mengapa kalian tidak ikut pindah ketika tahu akan ada pergantian pemimpin?."
"Soal itu-."
"Kami tidak punya tempat lain untuk di tuju Nona Dia-."
"Rihana."
Otis langsung mengoreksi kata-katanya. "Maksudku Nona Rihana... Seperti yang saya katakan saat pertama kali bertemu, mayoritas kami adalah orang-orang buangan dari ibu kota. Kami tidak punya tempat tinggal lain selain di sini."
"Soal itu-."
"Kami tidak punya tempat lain untuk di tuju Nona Dia-."
"Rihana."
Otis langsung mengoreksi kata-katanya. "Maksudku Nona Rihana... Seperti yang saya katakan saat pertama kali bertemu, mayoritas kami adalah orang-orang buangan dari ibu kota. Kami tidak punya tempat tinggal lain selain di sini."
"Cukup masuk akal."
Kemudian, dia mengembalikan dokumen itu pada Graham dan memintanya untuk memperkenalkan diri. Setelah keduanya berkenalan, barulah Graham tahu nama penguasa Baru Wilayah Diamond Amber.
Namanya Adalah Rihana Ariedny tapi karena dia akan menjadi pemimpin wilayah Diamond Amber nama belakangnya akan di ubah dalam waktu dekat. Ia juga mengetahui bawah umur pemimpin baru mereka masih 17 tahun, wanita yang masih sangat muda.
"Ngomong-ngomong anda juga seorang penyihir-."
Tap.
Otis segera menutup mulutnya dengan keringat besar di dahinya yang terlihat jelas.
"Aku sudah bilang untuk merahasiakannya."
"Ma-maafkan saya... Saya terlalu bersemangat."
"Huhhf.... Sudahlah, cepat atau lambat kalian semua harus tau... Tapi." Rihana melihat keduanya, kali ini lebih tegas. "Seluruh penduduk wilayah Diamond Amber boleh tahu... Tapi tidak dengan orang luar."
Kemudian dia menunjuk kearah dokumen di pelukan Graham sambil mengatakan. "Rangkap ulang dokumen itu, hanya catat nama-nama penduduk yang masih tinggal. Mereka yang sudah pindah keluarkan nama mereka dan masukan kedalam daftar pindah.
"Aku beri waktu dua hari, setelah selesai kalian datang lagi kemari."
Otis dan Graham memahami maksud dari pemimpin baru mereka. Apa yang mereka takutkan tidak akan terjadi karena mereka tidak akan di usir dari wilayah Diamond Amber.
Malahan, orang-orang yang pindah adalah orang yang di usir secara permanen dari wilayah Diamond Amber.
Tapi sebelum mereka pergi, Graham kembali bertanya. "Nona Diamond-."
"Rihana."
"... Ehem... Maksudku Nona Rihana Diamo-."
"Rihana."
Gugup.
"Maaf... Nona Rihana, saya hanya ingin tanya apakah anda ingin tinggal di salah satu rumah warga sampai kami membangun rumah baru untuk anda," tanyanya takut-takut.
"Aku tidak perlu tinggali salah satu rumah warga."
Graham mengangguk paham. Tentu saja beliau tidak ingin tinggal di tempat yang kumuh dan je-!!!.
Bergetar.
Bukit di bawah kaki mereka bergetar. Otis dan Graham menjadi panik karena berfikir terjadi gempa bumi.
"Tenanglah... Ini perbuatan ku."
Dia melihat sang penguasa wilayah mengangkat tangannya sejajar dengan kepala lalu mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak di mengerti oleh Graham dan Otis.
BRAK.
Guncangan semakin kuat.
BRUSS...
Sebuah batu berbentuk persegi panjang dengan tinggi 10 meter dan lebar 20 meter muncul dari bukit batu.
"Aku akan membangun rumahku sendiri, tidak perlu repot-repot menyiapkan tempat."
Ketika jari-jarinya bergerak gerak sesuai dengan irama yang dia mainkan, batu tebal tersebut mulai berubah membentuk sebuah bangunan rumah.
Kemudian, setelah bentuk rumah selesai di buat, dia mengunakan sihirnya untuk menumbuhkan sebuah pohon yang sangat besar dan dengan teliti pohon itu terpotong menjadi bagian-bagian tipis.
Bagian kayu yang tipis mulai dimasukan kedalam bangunan untuk menutupi bagian dinding batu dari langit-langit hingga lantai rumah. 10 menit kemudian, rumah bergaya klasik akhirnya selesai.
"Selesai, awalnya aku ingin bangun secara manual, tapi tiba-tiba saja aku malas, lumayan bagus kan, rumah sederhana klasik ini."

#Rumah Penguasa Wilayah Diamon Amber.
"...."
"...."
Dalam hati.
Graham. Di-dia membangun rumahnya dalam waktu sepuluh menit.
Otis. Jadi seperti inilah kekuatan penyihir.
Keduanya tidak bisa berkata-kata.
"Baiklah, kalian bisa pulang."
Graham yang mendapatkan kewarasannya akhirnya menarik Otis yang masih terperangah untuk turun.
Tapi sebelum itu. "Jika dokumennya selesai dalam sehari... Aku akan membangun rumah yang lebih layak untuk seluruh warga," tersenyum sinis. "Itupun kalau kalian bisa siapkan dalam sehari."