七界神君– Dewa Penguasa Tujuh Dunia

七界神君– Dewa Penguasa Tujuh Dunia

Bab 1

Langit di atas Azure Cloud Sect malam itu bergemuruh seakan hendak runtuh. Awan hitam pekat bergulung-gulung, menyelimuti gunung megah yang selama ribuan tahun menjadi pusat kemegahan sekte. Suara petir bagai raungan naga surgawi, mengguncang puncak-puncak batu yang menjulang hingga retakan muncul di lereng.

Di tengah badai langit, cahaya ungu keemasan menari liar, membentuk pusaran raksasa yang menyerupai mata surgawi yang menatap marah ke bawah.

Malapetaka Surgawi.

Namun bukan karena ada seorang kultivator yang mencoba menembus batas puncak—melainkan karena seorang bayi akan lahir.

Di dalam sebuah paviliun batu putih yang terletak di inti sekte, suara erangan perempuan terdengar parau namun penuh tekad.

“Arghh…! Tahan… aku bisa… aku… harus melahirkan dia…”

Wajah pucat wanita muda itu dipenuhi keringat, rambut hitam panjangnya menempel di pipi. Aura kehidupan dan energi spiritual di sekitarnya bergetar tak terkendali, seakan tubuhnya sendiri tengah melawan kekuatan langit yang hendak menolak keberadaan bayinya.

Dialah Ling Xueya, istri pertama Patriark sekte, wanita terhormat yang dihormati seluruh murid dan tetua. Namun kini, tubuhnya yang rapuh bergetar keras, seolah setiap tarikan napas adalah pertarungan hidup dan mati.

Di luar paviliun, seorang pria paruh baya berdiri tegak, jubah biru dengan simbol awan putih berkibar tertiup badai energi. Matanya tajam menatap ke arah langit, namun dalam sorot itu tersimpan kegelisahan yang tak bisa ia sembunyikan.

Dia adalah Patriark Azure Cloud Sect, Ling Tianyao—sosok yang kekuatannya berada di puncak Nascent Soul, pemimpin tertinggi yang ditakuti sekaligus dihormati di seluruh wilayah.

“Xueya… bertahanlah. Kau harus melahirkan dia. Anak kita…” gumamnya dengan suara rendah, nyaris bergetar.

Langit meraung. Petir raksasa menyambar menukik, jatuh lurus ke arah paviliun tempat Xueya berjuang.

“CEPAT!!!” teriak Tianyao.

Dua sosok melesat keluar dari balik bayangan. Mereka adalah Grand Elder Azure Cloud Sect, para monster tua dengan kultivasi Soul Transformation yang telah lama melampaui batas manusia biasa.

Satu mengibaskan lengan, formasi pelindung berbentuk perisai giok raksasa muncul dan menahan petir pertama. Satu lagi merapal mantra kuno, mengubah energi spiritual menjadi dinding cahaya yang memantulkan guncangan.

Namun petir itu bukan petir biasa. Saat menyentuh perisai, suara pecahan kaca terdengar keras. Lapisan demi lapisan formasi runtuh, membuat udara di sekitar mereka bergetar seperti hendak hancur.

“Keparat! Malapetaka ini… bahkan lebih kuat dari seorang kultivator yang mencoba menembus Dao Realm!” salah satu Grand Elder menggeram, wajahnya pucat.

Empat tetua dengan kultivasi Nascent Soul puncak segera melangkah maju, membentuk formasi segel delapan arah. Cahaya biru keperakan mengikat langit, mencoba menahan sambaran berikutnya.

Tianyao maju ke depan, wajahnya dipenuhi amarah dan tekad. “Tidak ada yang bisa menghalangi kelahiran anakku! Meskipun langit sendiri turun, aku akan menentangnya!”

Suara jeritan Xueya kembali terdengar, bercampur dengan tangisan putus asa namun juga keberanian. “Tianyao…! Jangan biarkan… surga merenggut anak kita…”

Tianyao memejamkan mata sesaat, dadanya bergetar. Selama ini ia dikenal dingin, kejam, bahkan murid-muridnya tak berani menatap wajahnya terlalu lama. Tapi kini, di hadapan istrinya, dia hanyalah seorang pria yang takut kehilangan orang yang ia cintai.

Ketika ia membuka mata, cahaya membara terpancar. Dengan satu gerakan tangan, ia mengeluarkan Pedang Azure Heaven, pusaka leluhur sekte yang hanya bisa dipanggil oleh seorang Patriark.

Pedang panjang biru keperakan itu melayang di udara, mengeluarkan raungan naga. “Kalau langit ingin menghancurkan paviliun ini,” Tianyao menggeram, “maka ia harus melewati tubuhku terlebih dahulu!”

BOOOMM!!!

Petir kedua jatuh. Kali ini, jauh lebih dahsyat. Tanah di sekitar paviliun terangkat, pecahan batu beterbangan, formasi gunung bergemuruh seperti hendak runtuh.

Keenam tetua bergidik, darah menetes dari sudut bibir mereka. Grand Elder bahkan harus mengeluarkan darah esensi untuk memperkuat segel.

Namun meskipun tubuh mereka hampir remuk, tak satu pun dari mereka mundur. Mereka tahu betul: jika bayi itu gagal lahir, sekte mereka akan kehilangan kesempatan yang tak ternilai.

Sebab bayi ini… bayi yang bahkan ditentang oleh surga… adalah jenius yang hanya lahir sekali dalam sepuluh ribu tahun.

Di dalam ruangan, Xueya hampir pingsan. Tubuhnya bergetar, energi kehidupannya terkuras begitu cepat. Namun senyum samar muncul di bibir pucatnya.

“Aku bisa merasakan… dia… dia menendang…” bisiknya lemah, air mata jatuh dari sudut matanya.

Tiba-tiba, teriakan panjang terdengar.

Tangisan bayi.

Namun bukan tangisan biasa—melainkan suara yang menggema ke seluruh sekte, seperti raungan naga kecil yang menembus langit. Suara itu membuat seluruh murid yang tengah panik di halaman menoleh ke arah paviliun dengan ekspresi tak percaya.

“Dia… lahir…” gumam salah satu Elder dengan suara bergetar.

Namun tangisan bayi itu bukan tanda akhir. Justru sebaliknya.

Langit meraung semakin marah. Dari pusaran hitam pekat, cahaya merah darah muncul, membentuk tombak petir sepanjang ratusan meter.

Mata para tetua melebar. “Itu… hukuman terakhir! Malapetaka surgawi yang tak pernah muncul di benua ini!”

Grand Elder segera berteriak, “Tianyao! Itu akan menghancurkan segalanya!”

Namun Tianyao justru mengangkat pedangnya ke langit, darahnya menyembur keluar, membentuk mantra kuno yang memaksa pusaka sekte bersinar lebih terang.

“Kalau begitu… biarlah aku yang menebas surga itu sendiri!”

CRAAASSHHHH!!!

Tombak petir turun, menghancurkan langit seakan alam semesta terbelah dua. Suara itu menggetarkan jiwa setiap makhluk di gunung.

Pedang Tianyao terangkat, tubuhnya diselimuti cahaya biru keperakan. Grand Elder dan tetua mengerahkan semua energi mereka, menggabungkan kekuatan ke dalam pedang.

Dan dalam sekejap—

BUUUMMMM!!!

Tabrakan maha dahsyat terjadi. Petir merah darah melawan cahaya pedang azure, menciptakan gelombang kejut yang meluluhlantakkan setengah gunung. Murid-murid berteriak panik, banyak yang terlempar puluhan meter meski berada jauh dari pusat bentrokan.

Langit hancur. Gunung bergetar. Namun paviliun tempat Xueya berada tetap berdiri kokoh, meski retakan memenuhi dindingnya.

Saat suara ledakan mereda, Tianyao tersungkur, lututnya menghantam tanah. Darah memenuhi bibirnya, napasnya berat, namun di wajahnya ada senyum puas.

Tangisan bayi kembali terdengar, kali ini lebih kuat, lebih lantang, seakan menantang langit.

Grand Elder menatap ke arah paviliun, matanya berkaca-kaca. “Bayi ini… tidak hanya menentang surga… dia menundukkan surga.”

Beberapa saat kemudian, seorang pelayan keluar dengan kain putih di pelukannya. Tubuhnya gemetar, wajahnya dipenuhi air mata.

“Patriark… selamat… tuan muda telah lahir.”

Tianyao bangkit dengan langkah goyah, menatap sosok mungil itu. Bayi dengan rambut putih bersih, namun matanya—meski baru lahir—bersinar seperti bintang, menembus hati setiap orang yang menatapnya.

Senyum getir sekaligus bangga muncul di wajah Patriark. “Mulai hari ini… kau adalah anakku, penerus Azure Cloud Sect…”

Ia berhenti sejenak, lalu menatap langit yang mulai mereda.

“Namamu adalah… Ling Xuanyan. Bayi yang membuat surga sendiri bergetar.”

Tangisan bayi itu kembali menggema, dan pada malam itu, seluruh benua mencatat kelahiran seorang jenius yang kelak akan mengguncang dunia.

Suara tangisan bayi bergema, menembus langit yang masih dipenuhi sisa awan merah darah. Namun, ketika dua Grand Elder melangkah mendekat, tatapan mereka seketika membeku.

Salah satu Grand Elder, kakek berambut putih panjang dengan mata setajam elang, terhuyung ke belakang. “I–Ini…!”

Yang satunya lagi menatap bayi mungil dalam pelukan pelayan dengan mata melebar, pupilnya bergetar hebat. Ia bahkan menggenggam jubahnya sendiri untuk memastikan tidak sedang bermimpi. “Mustahil… bagaimana mungkin tubuh seperti ini masih ada di dunia fana?!”

Patriark Tianyao menoleh cepat, sorot matanya tajam bagai pedang. “Apa maksud kalian?”

Pelayan yang membawa bayi itu nyaris jatuh terduduk ketika merasakan hawa dingin yang merembes dari tubuh mungil tersebut. Bukan hawa dingin biasa—melainkan es yang begitu murni, bahkan spiritual qi di sekitarnya membeku.

Grand Elder pertama bersuara lirih, namun setiap kata mengandung getaran yang membuat seluruh tetua di sekitar sana ikut menahan napas.

“Tubuh… Dao Es Surgawi (Heavenly Dao Ice Body)…”

Kata-kata itu bagaikan ledakan. Seluruh tetua menatap bayi mungil itu dengan ekspresi tak bisa dipercaya. Bahkan murid-murid yang jauh di luar aula, meski tidak mengerti sepenuhnya, ikut merasakan betapa kata-kata itu mengguncang jiwa mereka.

Tubuh Dao Es Surgawi—legenda yang sudah hilang sejak zaman para Immortal kuno. Sebuah tubuh yang dikatakan mampu menguasai esensi es sejati, membekukan dunia hanya dengan satu napas, dan berjalan di jalur Dao tanpa hambatan.

“Tidak heran… tidak heran surga ingin memusnahkannya…” salah satu tetua bergumam, tubuhnya bergetar. “Karena tubuh ini… adalah tubuh yang menentang tatanan! Jika dibiarkan tumbuh, kelak ia bisa melampaui batas surga itu sendiri!”

Suasana mendadak berubah. Kegelisahan, rasa takut, sekaligus euforia bercampur menjadi satu. Semua tetua segera berlutut, suara mereka penuh hormat.

“Selamat, Patriark! Selamat, Matriark! Azure Cloud Sect… melahirkan seorang jenius langka yang hanya muncul sekali dalam sepuluh ribu tahun!”

Suara itu bergema, membuat gunung sekte penuh dengan teriakan selamat dan pujian. Murid-murid yang mendengar kabar itu ikut bersorak, meski banyak dari mereka masih kebingungan dengan makna Tubuh Dao Es Surgawi.

Namun bagi para tetua, semuanya jelas: mulai saat ini, nama Azure Cloud Sect akan mengguncang seluruh wilayah, bahkan seluruh benua.

Di dalam paviliun, Xueya yang hampir kehilangan kesadaran kini tersenyum lemah, air mata mengalir di pipinya. Ia menatap bayi kecilnya yang masih memegang napas mungil. “Xuanyan… kau benar-benar anugerah… aku rela menukar nyawaku demi kelahiranmu.”

Namun Tianyao menunduk, wajah kerasnya yang selalu penuh wibawa kini dipenuhi emosi lembut. Ia mengulurkan jarinya.

Bayi mungil itu, seolah tahu siapa yang ada di depannya, meraih jari ayahnya dengan genggaman kecil namun kuat.

Tianyao terdiam sesaat, lalu senyum bangga muncul di wajahnya. “Mulai hari ini… seluruh dunia akan tahu nama Ling Xuanyan, putra dari Patriark Azure Cloud Sect. Tubuh Dao Es Surgawi yang bahkan surga tak mampu meniadakan.”

Di luar, langit perlahan mereda. Awan hitam sirna, digantikan sinar bulan pucat yang menenangkan. Namun dalam hati semua orang, mereka tahu: kelahiran bayi ini adalah awal dari badai yang jauh lebih besar.

Sepuluh Tahun Kemudian

Waktu berlalu. Sepuluh tahun telah melintasi Azure Cloud Sect.

Di sebuah halaman yang dipenuhi pohon pinus, seorang anak laki-laki duduk bersila di atas batu giok. Rambutnya putih berkilau bagai salju abadi, mata birunya dalam dan jernih, wajahnya sudah menunjukkan ketampanan luar biasa. Ia seperti patung dewa es muda, dengan hawa dingin samar yang selalu mengelilinginya.

Dialah Ling Xuanyan.

Namun meski memiliki tubuh Dao Es Surgawi yang legendaris, wajah anak itu tampak muram. Kedua tangannya yang mungil menggenggam lututnya erat, napasnya terengah-engah.

“Kenapa… kenapa selalu gagal…?” gumamnya pelan, suara serak penuh kekecewaan.

Di depannya, buku-buku kuno berserakan, semuanya tentang teknik pernapasan, cara membuka meridian, dasar-dasar kultivasi. Namun setiap kali ia mencoba, qi di sekitarnya justru menolak masuk. Lebih buruk lagi, meridian di tubuhnya selalu membeku, tertutup oleh lapisan es tipis yang tak bisa dihancurkan.

Seorang tetua berambut putih panjang, guru pribadinya, menatap Xuanyan dengan sorot mata penuh belas kasihan. Ia sudah berusaha berkali-kali membantu, namun setiap kali mencoba, qi yang masuk ke tubuh Xuanyan langsung hancur dan membeku.

“Patriark kecil…” suaranya berat. “Sepertinya… kutukan surgawi itu nyata. Tubuh Dao Es Surgawi memang melampaui batas, namun karenanya… meridianmu terkunci. Kau tidak bisa menapak jalur kultivasi seperti manusia biasa.”

Xuanyan menunduk. Tangan mungilnya mengepal begitu erat hingga kuku menancap ke kulit.

Jenius langka… putra surga… penerus yang akan mengguncang benua…

Namun kenyataannya, ia bahkan tak bisa melangkah ke tahap paling dasar: Tempering Body.

Di puncak gunung tertinggi, Patriark Tianyao berdiri bersama istrinya, Xueya. Mereka menatap ke bawah halaman tempat putra mereka berusaha.

Xueya menggenggam tangan suaminya erat, matanya berkaca-kaca. “Dia… begitu menderita. Setiap hari berusaha… setiap hari gagal. Anak sekecil itu… menanggung beban yang bahkan orang dewasa tak sanggup memikul.”

Tianyao terdiam. Wajah kerasnya dipenuhi retakan emosi yang ia sembunyikan.

“Kalau saja aku bisa menukar hidupku dengan membuka meridiannya…” gumamnya lirih, suara yang tak pernah didengar murid atau tetua sebelumnya.

Ia menatap langit, kepalan tangannya bergetar. “Kutukan kuno surgawi… apakah benar aku harus menyaksikan putraku, jenius langka yang bahkan surga tak mampu musnahkan… hidup sebagai orang biasa?!”

Xuanyan sendiri, di halaman kecil itu, menatap telapak tangannya. Ada luka-luka kecil akibat latihan tanpa henti. Namun matanya, meski basah, masih bersinar.

“Aku… tidak akan menyerah…” katanya pelan.

“Meskipun surga menolak keberadaanku dan mengutukku… aku akan menentangnya sekali lagi. Sama seperti ayah dulu menentang petir merah… aku juga akan menantang langit.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!