MY PROBLEMATIC CEO

Pagi ini, Owen baru saja kembali ke rumahnya setelah semalaman berpesta dengan teman-temannya, dengan wajah yang lelah Owen keluar dari mobilnya dan di sambut oleh para pelayan di depan rumah.

“Selamat pagi bibi Laurent.” Sapa Owen dengan suara yang tidak bersemangat.

“Selamat pagi tuan muda, anda pulang lebih awal.” Balas Laurent.

Mendengar ucapan bibi Laurent membuat Owen tertawa, karena memang biasanya setelah berpesta, Owen akan kembali saat siang hari.

“Tuan, anda mendapatkan undangan dari kediaman tuan besar.” Ucap Laurent yang membuat Owen yang ingin membuka pintu berhenti tertawa dan menoleh ke arah Laurent.

“Kediaman ayah? Kenapa?” tanya Owen heran.

Pasalnya semenjak dia di coret dari ahli waris, Owen tidak pernah sama sekali mendapat undangan acara apa pun dari rumah orang tuanya.

“Tuan besar mewajibkan anda untuk menghadiri ulang tahun perusahaan tahun ini, jika anda tidak hadir di acara tersebut, beliau akan meminta pertanggung jawaban dari seluruh pelayan di mansion ini.” Balas Laurent.

“Hahaha, sepertinya itu lebih tepat di sebut sebagai ancaman di bandingkan undangan.” Balas Owen.

Laurent hanya tersenyum tipis sambil menaikkan kedua bahunya mendengar ucapan tuan mudanya.

Owen pun memilih untuk masuk ke dalam mansion nya, acara yang rutin di gelar setiap tahun secara meriah itu sudah dua tahun ini tidak dia hadiri semenjak dia bercerai dan di coret dari daftar ahli waris, lalu kenapa sekarang dia di undang kembali?

Dalam pesta perayaan itu, akan ada banyak sekali rekan-rekan bisnis yang akan membawa putra putri mereka agar bertemu dan saling mengenal satu sama lain.

“Kenapa mereka mengundangku kembali? Apa ibu yang mengusulkan hal itu?” gumam Owen.

Lalu seketika dia mengingat pertanyaan ibunya tempo hari yang menanyakan apakah ada wanita yang di sukai olehnya atau tidak.

Padahal Owen sudah menolaknya dengan lembut hari itu, tapi sepertinya ibunya begitu mengkhawatirkannya dan kekhawatiran sang ibu sudah pasti karena Rebecca.

“Haah, kenapa banyak sekali hal yang membuatku pusing akhir-akhir ini.” Gumam Owen.

Setelah membuka pakaiannya, Owen langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil berusaha untuk memejamkan kedua matanya walaupun banyak sekali hal yang membuat pikirannya kacau.

***

Keesokan harinya, Owen berkumpul dengan teman-temannya di restoran milik Owen pribadi seperti biasa mereka akan berkumpul di sana.

“Oh iya, gimana pertandingan Golf dua hari lalu?” tanya Blake yang kebetulan tidak ikut dalam pertandingan itu.

“Yah udah bisa di pastikan bukan, tentu saja Owen yang jadi pemenangnya.” Balas Mike.

“Bagaimana pun juga, sepertinya aku tidak pernah melihat dia kalah.” Lanjut Mike.

“Bukankah kau tidak begitu suka bermain Golf Owen? Lalu kenapa kau selalu ikut perlombaan dan selalu menang?” tanya Blake.

“Benar! Lebih baik kau jual saja stick Golf mu yang mahal itu, pasti banyak sekali yang mengantre untuk membelinya walaupun harganya selangit.” Sahut Mike.

“Yah, aku memang tidak tertarik dengan Golf, tapi walaupun tidak suka, aku tidak akan menjualnya.” Balas Owen yang sejak tadi hanya menyimak saja.

Kedua teman Owen hanya bisa menggeleng pelan sambil tersenyum tipis.

“Oh iya, ini soal keluarga Harvey.. Ada seorang pembantu yang sangat cantik di sana.” Ucap Mike tiba-tiba.

Mendengar ucapan Mike membuat Owen melirik ke arah sahabatnya itu.

“Keluarga Harvey? Apa mereka mampu menggaji pembantu baru? Mereka bahkan sudah memecat pembantu yang lama untuk membayar kerugian yang di timbulkan.” Balas Blake.

“Kalau begitu, apa dia pembantu yang memang sudah lama bekerja di sana ya?” ucap Mike.

“Apa kau yakin kalau wanita itu adalah pembantu di rumah itu? Mungkin saja dia kerabat tuan Harvey.” Ucap Blake.

“Entahlah, yang jelas dia sangat cantik walau penampilannya udik.” Balas Mike.

“Bagaimana kau tau?” tanya Blake.

“Ya, karena aku melihatnya masuk ke dalam kediaman keluarga Harvey.” Ucap Mike.

“Kau bahkan sudah menguntitnya?” tanya Owen yang sejak tadi hanya diam mendengar percakapan kedua sahabatnya.

“Aku tidak menguntit kok! Aku kebetulan melihatnya saat lewat, yah walaupun dia langsung kabur saat aku ingin mengajaknya bicara.” seru Mike tidak terima.

“Kau pasti memasang wajah mesvm makanya dia takut.” Sahut Blake.

“Apa katamu!?” teriak Mike kesal.

“Setidaknya, kau harus setampan Owen dulu jika ingin di respon oleh gadis udik itu.” Ucap Blake.

“Hei, ibuku bilang, aku yang paling tampan tau!” seru Mike.

“Ya, iya deh.”

Tiba-tiba Owen berdiri dari tempat duduknya membuat Mike dan Blake menatap ke arahnya.

“Ada apa Owen?” tanya Mike.

“Hentikan omong kosong kalian, aku pergi dulu.” Ucap Owen yang langsung pergi meninggalkan restoran tersebut.

“Harvey, Harvey dan Harvey, entah kenapa aku sering mendengar nama itu belakangan ini.” Gumam Owen.

***

Sedangkan di kediaman keluarga Harvey, Barbara sedang berbicara dengan salah satu orang penting di ajang perjodohan para petinggi, nyonya Victoria.

“Dia sungguh cantik di bandingkan para gadis yang pernah anda tangani, jika anda melihatnya langsung, anda akan menyadari kalau semua yang saya katakan itu benar.” Ucap Barbara meyakinkan Victoria.

“Tentu saja itu harus nyonya Barbara, kalau tidak, sia-sia saja aku datang jauh-jauh ke sini, aku paling tidak suka membuang-buang waktu.” Ucap Victoria dengan angkuh.

Victoria sebenarnya berasal dari keluarga yang miskin, dia bisa mendapat kepercayaan para petinggi dan pengusaha di negara ini karena dia berhasil menikahkan putri-putrinya dengan keluarga terpandang, hingga akhirnya dia di juluki ratu perjodohan.

“Padahal aku sudah membawa wanita ini jauh-jauh, bahkan aku memohon untuk meminta nomernya pada orang yang bahkan tidak begitu dekat denganku, tapi kenapa Juliet malah jalan-jalan dan pulang terlambat sih?!” batin Barbara.

“Jika aku berhasil menjual gadis itu ke pengusaha kaya raya, maka semua masalahku akan terselesaikan!” lanjutnya.

Barbara mengingat ucapan suaminya yang mengatakan kalau dia akan menjual Juliet dan menghasilkan banyak uang untuk mengatasi masalah keuangan keluarga mereka. Walaupun awalnya Barbara tidak menyangka kalau suaminya akan menjual anak kandungnya sendiri, tapi tidak masalah baginya selama hutang-hutang mereka lunas.

“Nyonya..” panggil salah satu pelayan Barbara.

Panggilan tersebut membuat Barbara terkejut dan tersadar dari lamunannya.

“Ada apa?” tanya Barbara.

“Nona Juliet sudah datang.” Ucap pelayan tersebut yang membuat Barbara akhirnya bisa bernapas lega.

“Baiklah, suruh dia masuk.” Ucap Barbara.

Juliet pun berjalan masuk ke dalam ruang tamu dengan wajah yang polos karena dia tidak mengerti kenapa dia di panggil oleh Barbara.

Sedangkan Victoria yang melihat wajah cantik Juliet seketika tersenyum penuh arti, dia menyukai wajah Juliet walau penampilannya yang kampungan.

“Juliet, beri salam, dia adalah nyonya Victoria yang akan membantumu untuk masuk ke dalam dunia sosialita.” Ucap Barbara.

“Halo nyonya Victoria, saya Juliet Harvey, senang bertemu dengan anda.” Ucap Juliet dengan sopan.

“Bagaimana Nyonya? Apa anda menyukai Juliet?” tanya Barbara kepada Victoria.

“Yah, kini aku menyadari kalau kau ternyata tidak mengada-ngada.” Balas Victoria.

“Senang bertemu denganmu nona muda Harvey, aku Victoria yang akan membimbing mu selama  beberapa waktu.” ucap Victoria sambil tersenyum ramah ke arah Juliet.