Seorang gadis yang duduk di bangku SMA yang mempunyai kepribadian yang ceria dan selalu tersenyum.
seketika semuanya berubah ketika dia di jodohkan oleh orang tuanya dengan CEO yang sangat kejam dan tak tau belas kasih.
Semua keceriaan nya dan senyum nya berubah menjadi tangisan.
hiks hiks kak jangan pukul aca"
aca terisak CEO yang telah menjadi suaminya , memukul nya tanpa belas kasihan.
apakah aca sanggup menghadapi CEO yang kejam , dingin dan tak berperasaan dan yang telah menjadi suami sah nya itu dengan belah kasihan .
Dan apakah aca bisa mengubah sifat dingin dan kejam suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CrystalCascade, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18. SEBUAH FAKTA
18
Assalamualaikum semuanya ✨
Sebelum baca jangan lupa like dan komen ya dukungan kalian buat aku semangat nulis cerita 😚😋
Setelah Aldo pergi meninggalkan gerbang sekolah, Aca berjalan melewati lorong depan menuju kelas. Langkahnya ringan, senyumnya masih tersisa dari percakapan hangat dengan Aldo di mobil tadi. Rasanya seperti awal yang baru.
Namun langkahnya terhenti ketika melihat sosok familiar datang dari arah berlawanan ternyata dia Alex pria yang kemarin sempat mengantarnya pulang. Alex berjalan ke arah dengan santai, namun ekspresinya serius saat melihat Aca.
"Aca bisa ngomong sebentar?" tanyanya langsung tanpa basa-basi.
Aca menghela napas pelan. Ia menoleh ke sekeliling, memastikan tak banyak orang yang memperhatikan, lalu mengangguk. "Iya tapi sebentar aja"
Mereka berdiri agak ke sisi lorong yang lebih sepi.
"Gue mau minta maaf soal kemarin," kata Alex memulai "Gue nggak tahu kalau suami lo bakal segitu marahnya liat lo pulang bareng gue."
Acha menunduk "Dia bukan cuma marah tapi Dia juga cemburu Dan Aca ngerti kenapa."
"Gue beneran nggak ada maksud lain ca Gue cuma pengen bantu "
"Aca tahu, Tapi kayak nya mulai sekarang tolong kita jaga jarak ya Alex" ujar Aca pelan namun tegas.
Alex terdiam beberapa detik, lalu mengangguk perlahan meski terlihat kecewa "Kalau itu yang terbaik buat lo, gue juga gak mau lo kena marah sama suami lo"
"Maaf Aca nggak mau bikin Alex ikut terlibat masalah dalam rumah tangga Aca, kk Aldo itu dia lagi belajar percaya sama Aca Dan Aca harus jaga itu"
Alex mengangguk dan tersenyum penuh arti "Gue ngerti Semoga kalian bahagia ca, gue harap walaupun kita jaga jarak lo jangan segan minta bantuan gue kalo lo mau"
Aca tersenyum kecil dan mengangguk, lalu membalikkan badan dan pergi meninggalkan Alex meski hatinya berat. Ia tahu Alex tulus sebagai teman, tapi ia juga sadar menjaga perasaan Aldo lebih penting saat ini.
Sesampainya di kelas, Aca langsung disambut dua sahabatnya, Sila dan Tasya yang tampak penasaran sejak semalam.
"Ca! Gila lo ya, kemarin dibawa Alex segala ke taman belakang terus lo pulang di antara Alex juga kan" celetuk Sila sambil menarik kursinya.
Tasya ikut menimpali "Lo kenapa sih deket banget sama Alex? Kalian ada apa-apa ya?"
Aca mendesah pelan, lalu duduk dan meletakkan tasnya "Nggak ada apa-apa Alex cuma bantu Aca, karena Aca gak ada yang anterin pulang kemarin"
Sila mengerutkan kening "Lo beneran nggak ada perasaan sama Alex?"
"Bener Aca cuma anggap Alex teman Nggak lebih" jawab Aca yakin "Dan Aca udah bilang ke Alex juga buat jaga jarak Aca nggak mau ada yang salah paham"
Sila dan tasya pun mengangguk paham dengan penjelasan sahabatnya itu.
Acha menarik napas dalam, lalu menatap kedua sahabatnya. Tangannya menggenggam erat kedua tangan sahabatnya seolah sedang menyusun keberanian.
"Aca mau bilang sesuatu ke kalian," ucapnya pelan.
Sila dan Tasya saling pandang lalu kembali fokus ke Aca. Mereka tahu kalau Aca sudah bicara dengan nada seperti itu, pasti ada sesuatu yang besar.
"Aca udah nikah," bisik Acha nyaris tak terdengar.
"Apa?" seru Tasya kaget.
Sila membelalakkan mata. "Ca ulang perkataan lo barusan, Kami gak salah dengar kan"
Aca menunduk kemudian menatap mereka lagi Kali ini lebih jelas.
"Aca udah nikah"
Hening.
Beberapa detik kemudian Tasya menjatuhkan pena yang iya pegang.
"Ca! Gila! Lo serius?" Tasya setengah berteriak.
Sila menatap Aca tak percaya. "Kapan? Sama siapa? Astaga, lo ini bikin jantungan!"
Aca menggigit bibir bawahnya. "Baru dua minggu lalu Aca dijodohin sama Mama Dan dia itu" Aca terhenti sejenak. "Dia CEO sebuah perusahaan anaknya sahabat papa Aca,Namanya Rizky Aldo Pertama"
Sila dan Tasya makin syok "Yang punya perusahaan besar itu?!"
Aca mengangguk lemah.
"Ca lo nggak main-main kan? Dia kan orangnya terkenal dingin, kejam, dan kasar lo gak papa nikah sama orang itu" Tasya melongo.
Aca hanya tersenyum miris. "Makanya Aca baru bisa cerita sekarang Aca belum siap, Pernikahan ini bukan karena cinta Aca nggak punya pilihan"
Sila memegang tangan Aca "Astaga, ca Kenapa lo nggak cerita dari awal? Kami sahabat lo bisa bantu"
Aca menunduk "Aca juga nggak nyangka hidup Aca bakal berubah secepat ini Sekarang Aca harus jadi istri dari pria yang bahkan nyebut namaku aja jarang, Tapi entah kenapa ada sesuatu dalam dirinya yang bikin Aca nggak bisa berhenti mikirin dia."
Tasya dan Sila terdiam. Dalam hati mereka bertanya-tanya, bagaimana hidup sahabat mereka setelah menikah dengan pria yang dikenal dingin dan penuh misteri. Sahabat hanya bisa mendoakan semoga Aca hidup bahagia dengan suaminya.
Di lantai tertinggi sebuah gedung megah, suasana pagi di perusahaan besar itu masih tampak tenang. Langit biru mengintip dari balik jendela kaca besar yang mengelilingi ruangan kerja CEO mereka Rizky Aldo Pertama. Pria muda itu masuk ke ruangannya dengan langkah tenang, membawa sebuah tas makan berwarna netral. Ia meletakkannya di meja kerjanya dengan hati-hati, lalu membuka laptop sambil menarik napas panjang.
Tak lama, suara ketukan terdengar di pintu.
Tanpa menunggu jawaban, pintu terbuka dan muncullah seorang pria berwajah ceria yang selalu tampil seenaknya.
"Pagi Bos!" sapa Dimas dengan senyum jahilnya "Wah bawa bekal lagi? Gila ini udah dua hari berturut-turut lho!"
Aldo hanya melirik sekilas "Terus kenapa?"
"Ya biasanya lo kan pesan makanan dari restoran bintang lima atau delivery mahal Sekarang kok rajin banget bawa bekal? Jangan-jangan" Dimas mempersempit matanya curiga "kecurigaan gue benar Lo udah punya pacar ya? Atau istri?"
Aldo mendesah lalu menutup laptopnya perlahan "Gue udah nikah"
Dimas ternganga "HAH?! Serius lo kok gak undang gue? Nikah sama siapa? Kapan?"
Aldo menatap ke luar jendela sebentar sebelum akhirnya menoleh ke Dimas dengan nada tenang "Dua minggu lalu Nama nya Aca saya dijodohin sama Mama"
Dimas benar-benar tak percaya "Gila lo yang selalu bilang nggak mau dijodohin, nikah harus sama orang yang dicintai, Terus kenapa lo setuju?"
Aldo terdiam sejenak "Mama maksa Dia bilang ini yang terbaik Dan entah kenapa pas saya lihat Aca untuk pertama kalinya ada sesuatu yang bikin saya nggak bisa bilang 'nggak'"
Dimas duduk di sofa depan meja kerja Aldo, matanya tak lepas dari ekspresi serius sahabatnya itu.
"Lo suka dia?" tanya Dimas hati-hati.
Aldo menggeleng pelan "Saya belum, tahu Dia baik dan Dia nggak banyak nuntut Tapi" Aldo menghela napas berat "Kadang gue masih kepikiran sama dia saya takut kalau saya buka hati buat Acha, saya malah nyakitin Aca "
Dimas terdiam sejenak, lalu menepuk pundak sahabatnya itu.
"Al semua orang punya masa lalu Tapi kalau lo masih nyimpen sesuatu buat mantan lo, dan Acha nggak tahu apa-apa, itu nggak adil buat dia. Coba deh lo pikir dia udah berusaha buat bekal buat lo tiap hari, dan dia jelas berusaha buat jadi istri yang baik"
Aldo menunduk, jari-jarinya menggenggam ujung meja.
"Saya cuma takut Dim Takut nyakitin Aca, takut saya gagal jadi suami yang baik. Tapi setiap hari saya habiskan waktu bersama Aca bikin saya mikir apa mungkin saya bisa bahagiakan dia"
Dimas tersenyum kecil "Ya udah, Kalau emang lo ngerasa kayak gitu, kenapa nggak coba? Lo kasih diri lo kesempatan. Jangan karena masa lalu, lo jadi terjebak di sana coba lo berusaha untuk lupakan kenangan itu dan coba bangun kebahagiaan baru dengan istri lo sekarang"
Aldo mengangguk pelan Untuk pertama kalinya hatinya mengakui satu hal bahwa mungkin, Aca memang mulai menyentuh sisi dirinya yang selama ini beku.
Dan bekal sederhana yang dibawanya hari ini ternyata punya rasa lebih dari sekadar makanan. Rasa hangat, yang perlahan-lahan meluluhkan hatinya.
Isi dong Kata-kata dari kalian untuk hari ini ges😋
Kata-kata buat:
-Aca
-Aldo
-Alex
-Dimas
-sila
> Please vote, follow, dan komen ya...
Soalnya autor udah mulai ngomong sendiri depan monitor, nanya:
“Apakah mereka suka? Kenapa nggak ada komen?” 😩💔
Ayo selamatkan autor dari overthinking berkepanjangan 😆🧠