NovelToon NovelToon
My Cold Husband

My Cold Husband

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Penyesalan Suami
Popularitas:40.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Afria Lusiana

"Harusnya dulu aku sadar diri, bahwa aku sama sekali nggak pantas untuk kamu. Dengan begitu, mungkin aku nggak akan terluka seperti sekarang ini" ~Anindhiya Salsabila


Tindakan bodoh yang Anin lakukan satu tahun yang lalu adalah menerima lamaran dari cowok populer di sekolahnya begitu saja. Padahal mereka sama sekali tidak pernah dekat, dan mungkin bisa dikatakan tidak saling mengenal.

Anin bahkan tidak memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya. Hingga cowok dingin itu sama sekali tidak pernah mengajak Anin berbicara setelah meminta Anin untuk menjadi istrinya. Mereka hanya seperti orang asing yang tinggal di atap yang sama.

--------------------------------------------------------------------------
Bagaimana mungkin aku hidup satu atap dengan seorang pria yang bahkan tidak pernah mengajakku berbicara? Bagaimana mungkin aku hidup dengan seorang suami yang bahkan tidak pernah menganggapku ada?

Ya, aku adalah seorang gadis yang tidak dicintai oleh suamiku. Seorang gadis yang masih berusia sembilan belas tahun. Aku bahkan tidak tau, kenapa dulu dia melamarku, menjadikan aku istrinya, kemudian mengabaikanku begitu saja.

Terkadang aku lelah, aku ingin menyerah. Tapi entah kenapa seuatu hal memaksaku untuk bertahan. Aku bahkan tidak tau, sampai kapan semua ini akan menimpaku. Aku tidak tau, sampai kapan ini semua akan berakhir.

~ Anindhiya Salsabila~


Mau tau gimana kisah Anindhiya? Yuk cuss baca.

Jangan lupa like, komen dan vote ya. Jangan lupa follow ig Author juga @Afrialusiana
Makasih :)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afria Lusiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 7

Anin baru saja turun dari Taxi, gadis itu segera berjalan masuk ke dalam rumah setelah memberikan beberapa lembar uang pada sopir Taxi tersebut.

"Assalamu'alaikum" Ucap Anin melenggang masuk ke dalam rumah.

"Wa'alaikum salam" Sahut Bi Ana tersenyum. "Non Anin baru pulang?" Tanya Bi Ana.

"Iya bi udah" Sahut Anin. Anin memperhatikan suasana sekitar seperti sedang mencari seseorang. "Stevan belum pulang Bi?" Tanya Anin.

"Udah Non. Den Stevan udah pulang dari dua jam yang lalu. Tapi dari tadi belum keluar-keluar kamar. Apa mungkin ketiduran kali ya" Jawab Bi Ana.

"Oo gitu Bi. Yaudah Bi. Anin ke atas dulu ya Bi" Pamit Anin.

"Iya Non" Sahut Bi Ana tersenyum.

Anin berjalan menuju kamarnya dan Stevan yang terletak di lantai atas setelah berpamitan dengan bi Ana. Anin membuka pintu perlahan, dari ambang pintu, ia melihat Stevan tampak berbaring tertidur membelakangi dirinya dengan tubuh terbungkus selimut.

"Tumben banget pulang cepat. Tidur lagi" Gumam Anin dalam hati. Pasalnya, Stevan tidak pernah pulang kuliah secepat ini. Mengingat tugas-tugas mahasiswa kedokteran tak tanggung-tanggung dan benar-benar membuat Stevan sangat sibuk. Terlebih lagi, pria itu tidak pernah tidur siang.

Tanpa ingin mengambil pusing, Anin berlalu masuk ke dalam kamar. Tas kuliah Anij ia taruh di tempat semestinya. Detik kemudian, Anin berlalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan baju santai.

Beberapa saat kemudian, Anin keluar dari kamar mandi. Pandangan gadis itu tak terlepas dari Stevan yang masih tertidur lelap. Kening Anin tertaut penuh tanda tanya.

Namun, Anin memilih diam daripada harus mengganggu Stevan. Mungkin saja dia lelah. Fikir Anin. Akhirnya, Anin memutuskan untuk melanjutkan tugasnya di meja belajar yang ada di dalam sana.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Anin juga. baru selesai menyelesaikan tugasnya. Namun, Stevan masih belum beranjak dari tidurnya. Tidak biasa sekali laki-laki itu seperti ini.

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan pintu terdengar dari luar, suara siapa lagi jika bukan suara Bi Ana yang mengajak pasutri muda itu untuk segera makan malam.

"Non Anin, den Stevan. Makanannya udah siap. Bibi tingggu di bawah ya" Sorak Bi Ana dari luar sana.

Pandangan Anin masih terfokus pada Stevan. Sebelum gadis itu menyauti ucapan Bi Ana.

"Iya Bi. Bentar lagi kita turun" Sahut Anin.

Anin mengemasi buku-bukunya kembali. Kemudian, gadis itu berjalan menuju tepi ranjang.

Jujur saja, Anin takut membangunkan laki-laki ini. Laki-laki dingin yang berstatus suaminya, namun tidak pernah mengajak Anin untuk berbicara.

Tapi, Anin juga harus berani. Karena Stevan sudah tertidur terlalu lama. Pria itu bahkan belum membersihkan diri dari tadi. Dan Stevan juga belum makan dari siang sama sekali.

Anin mencoba mendekat. Gadis itu duduk perlahan di tepi ranjang.

"Stev" Panggil Anin ragu. Namun tidak ada sahutan dari Stevan.

"Stev" Panggil Anin dengan sekali lagi. Namun, masih sama, pria itu masih belum menjawabnya.

Kini, Anin memberanikan diri untuk memegang bahu Stevan. Hingga Anin dibuat bingung saat melihat keringat dingin bercucuran di dahi Stevan saat Anin membuka selimut yang semula membungkus tubuh Stevan termasuk wajahnya barusan.

"Stev, kamu nggak papa kan?" Tanya Anin.

"Stev" Panggil gadis itu berulang kali.

Anin terlihat khawatir. Gadis itu memegang kening Stevan. Mata Anin melotot kaget saat mendapati tubuh Stevan terasa panas.

"Stev kamu sakit?" Tanya Anin. Namun, tidak menjawab. Dia hanya menatap Anin dengan raut wajah lesu.

Anin mulai panik. Tangan Anin mengambil tisyu yang ada di sana kemudian menghapus keringat dingin yang bercucuran di dahi Stevan. Badan Stevan panas.

"Bi. Bi Ana" Teriak Anin.

"Stev, kamu kenapa sih? kenapa bisa gini? kamu sakit?" Tanya Anin khawatir. Stevan tidak mengubris.

Tidak juga mendapati Bi Ana, Anin memutuskan untuk beranjak berdiri dan keluar dari kamar berniat untuk mengambil kompresan air hangat untuk Stevan. Namun, tangan lemah Stevan menghentikan langkah Anin seketika.

Anin menoleh ke arah belakang. "Ada apa? aku mau ke bawah dulu ambil kompresan, habis itu kita ke rumah sakit" Ucap Anin pada Stevan.

"Nggak. Gue nggak mau ke rumah sakit" Tolak Stevan.

"Kenapa?" Tanya Anin.

"Gue nggak papa. Gue cuma demam biasa" Sahut Stevan.

"Tapi..."

"Nin.."

Jantung Anin berdetak. Ini adalah pertama kalinya setelah sekian lama Stevan tidak menyebut namanya. Tatapan pria itu tampak memohon untuk menuruti ucapannya.

"Oke. Aku nggak akan bawa kamu ke rumah sakit sekarang. Tapi aku mau kebawah dulu ambil kompresan sama air hangat. Sekalian mau beli obat dulu di luar, karena persediaan obat di kamar habis." Jelas Anin mencoba memberi pengertian. Kemudian, Anin melanjutkan langkahnya keluar kamar.

Beberapa saat kemudian, Anin kembali membawa nampan yang berisikan kompresan air hangat di tangannya. Diikuti dengan Bi Ana yang membawa makanan di belakang Anin.

"Tarok di sana aja Bi" Ucap Anin sopan melirik laci nakas.

"Baik Non" Bi Ana menaruh makanan dan susu yang ia bawa dan menaruh di atas nakas.

"Bibi permisi keluar dulu ya Non. Semoga Den Stevan cepat sehat." Ucap Bi Ana ramah. Kemudian Bi Ana keluar dari kamar pasutri tersebut.

"Iya Bi."

Setelah menyauti, Anin melangkah mendekat pada Stevan. Dia duduk di tepi tempat tidur menghadap Stevan.

"Aku kompres dulu ya" Tanya Anin lembut.

Stevan hanya diam dengan mata menatap Anin lekat, sebelum kepalanya mengangguk tanpa menjawab.

Anin dengan teliti mengompres kain tersebut. Kemudian, ia meletakkan di kening Stevan perlahan dan sangat hati-hati. Sementara Stevan, pria itu hanya menatap Anin dengan tatapan sayu. Karena jujur saja, Stevan benar-benar merasa lemas.

Anin sudah selesai mengompres kening Stevan. Gadis itu menatap wajah Stevan yang terlihat pucat. Baru kali ini Anin meliahat pria itu sakit.

"Sekarang makan ya Stev" Tanya Anin lembut.

"Gue nggak selera makan" Sahut Stevan datar.

"Tapi kamu harus makan. Dari tadi siang perut kamu juga belum keisi sama sekali" Paksa Anin ngotot.

"Kalo gue bilang nggak selera ya nggak selera. Kalo gue nggak mau ya nggak usah di paksa" Jawab Stevan ketus. Dan itu berhasil membuat Anin ciut.

"Yaudah, kalo nanti kamu lapar bilang aku ya"

Stevan tidak menjawab. Dia hanya diam kemudian matanya kembali tertutup.

Anin menatap wajah Stevan lekat, entah lah, kini semua bercapur aduk. Anin khawatir dengan Stevan, tapi hatinya juga terluka akan perlakuan pria itu.

"Cepat sehat ya" Lirih Anin pelan sebelum Anin memilih untuk bangkit dari sana. Namun, Stevan langkah Anin terhenti saat Stevan yang spontan membuka mata dan menarik tangan Anin.

Anin menoleh ke arah belakang, menatap Stevan dengan raut penuh tanya.

"Ada apa? apa kamu perlu bantuan?" Tanya Anin.

1
Sultan Scout
Luar biasa
Najwa Suci
kuliah perawat kan? kok di kampus Mulu deh? perasaan prakteknya tiap semester di rs jarang di kampus
Alina Bams
dih, cwek oon..
tinggalin saja laki kek gt, harga diri lah.. terlalu lemah
Arida Susida
Luar biasa
Riski
mbak lusina biasanya buat novel waktu apa
Riski
mbak lusina salam kenal
boleh tanya kah mbak gimana buat novel biar cepet dan konsisiten
Marhaban ya Nur17
gw jg ikutan tegang wkwkw
Marhaban ya Nur17
devan anaknya mama Stella y trs di angkat jd anak nya mama Alice tp ganti nama jd steven
Marhaban ya Nur17
good el 👍
Marhaban ya Nur17
masa metong ???
Marhaban ya Nur17
Steven = devan , alfi = bayu ????
Marhaban ya Nur17
apa kah Steven itu devan ???
Marhaban ya Nur17
maka e jujur
Marhaban ya Nur17
prank !!!
Marhaban ya Nur17
sekongkol alfi ama mei
Marhaban ya Nur17
tuh kan tebakan gw bener 😁 sebenere Stive punya rasa tuh hanya saja keadaan kali yg hrs begini
Marhaban ya Nur17
yo ws kabur be
Marhaban ya Nur17
meisya
Marhaban ya Nur17
di satu sisi Stive emang egois tp di sisi lain mungkin buat kebaikan kali
Marhaban ya Nur17
mungkin yg kaya gini kli y yg di maksud stive
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!