Menikah bukan berarti kehadiran orang ketiga tidak ada. Kisah ini bermula dari bangku kuliah, Sherly mahasiswi kedokteran tingkat akhir jatuh cinta kepada seniornya yang sudah menjalani koas dokter Timo. Sherly tidak mengetahui sahabatnya Leni memiliki perasaan yang sama dengannya. Bagaimana kisah cinta segi tiga ini???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisye Titiheru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikah
"Ma, maafkan Cey?"
"Kamu kenapa nak?" Sherly sudah berada di kampungnya. Dia sedang bersimpuh dibawa kaki mamanya, wanita yang sudah bersusah payah melahirkan serta membesarkannya sambil menangis.
"Cey salah ma? Cey merusak kepercayaan mama dan papa. Cey hamil." Papanya yang mendengar itu langsung menangis.
"Siapa ayah dari bayi itu. Apakah dia mau bertanggung jawab?"
"Iya pa, dia mau bertanggung jawab. Dia juga dokter seperti aku."
Besoknya keluarga Johanes datang menjumpai keluarganya Sherly. Hanya papa dan mama Timo. Reaksi Sherly serba salah terhadap calon mertuanya, terutama mama mertua.
Semalam sebelum tidur, Sherly sudah menceritakan keadaan dari keluarga calon suaminya. Strata sosial kami berbeda jauh. Dan mama dan papanya sangat mengerti. Ada yang mau tanggung jawab saja, mereka sudah sangat bahagia.
Rumah subsidi pemerintah adalah rumah masa kecil Sherly dan Saul adeknya yang autis. Namun dirumah ini cinta kasih kedua orangtuanya tumbuh dan memberi kebahagiaan bagi mereka berdua.
"Ma, duduk biasa saja." Calon papa mertua Sherly menegor istrinya dengan lembut.
"Karena perbuatan anak - anak kita, kami datang melamar Sherly. Namun pernikahan Sherly Dan Timo akan berlangsung tertutup. Mungkin di Kampung ini saja."
Mama dan papa Sherly sangat kaget dengan perkataan Calon mertua perempuan Sherly.
"Kami menurut apa maunya keluarga saja. Yang penting diberkati dan sah secara hukum."
Akhirnya pernikahan yang dirahasiakan itu pun terjadi. Hanya berlangsung sangat sederhana tidak ada kesan mewah sedikit pun. Namun di mata Tuhan dan negara pernikahan itu di akui. Tiba Sherly harus berpisah dengan kedua orang tua serta adiknya. Papa dan mamanya hanya bisa berdoa semoga pilihan anaknya adalah yang benar dan diberkati Tuhan.
"Kalau kamu tersakiti, rumah ini terbuka untukmu nak. Papa dan mama akan menerima kalian."
"Terima kasih papa,mama. Maafkan kakak."
Pelantikan Sherly Isabel Carlos sebagai dokter hanya dihadiri oleh Timo suaminya. Yang rencananya akan di hadiri oleh kedua orangtuanya kembali tidak bisa. Bukan karena mereka tidak bisa datang, tetapi keadaan yang mengharuskan. Akhirnya Sherly hanya bisa mengirim vidio dimana dia mengucap janji seorang dokter. Yang di ambil Timo suaminya.
Sherly diterima sebagai dokter di rumah sakit tentara yang ada di Jogja, selain itu dia juga ditawarkan sebagai asisten dosen oleh kampus tempat dia belajar. Sebagai mahasiswi terbaik dengan kelulusan cumlaude, sehingga banyak sekali tawaran waktu Sherly memasukan lamaran.
Sherly sudah tinggal dirumah mertuanya bersama Timo suaminya. Setiap pagi, dia harus bagun pagi membantu bibi dirumah menyiapkan sarapan bagi seisi rumah. Sedangkan Timo yang masih berusia dua puluh tiga tahun, lebih suka nongkrong bersama teman - temannya setiap pulang kerja. Sherly selalu pulang dan pergi bekerja dengan menggunakan motor hasil kerja sendiri.
Berbulan - bulan, Timo berlaku seperti itu. Sampai hal seperti Sherly muntah - muntah pun Timo tidak melalui bersamanya, hanya bibi yang memperhatikan Sherly. Setiap pulang, langsung tidur. Sekarang kandungan Sherly sudah lima bulan. Sudah terlihat perutnya. Hari ini jadwal kontrol kehamilan Sherly dan saat ini bisa melihat jenis kelamin anak mereka.
"Mas, hari ini aku harus kontrol kehamilanku. Apakah kamu ada waktu untuk menemaniku?"
"Tidak bisa Cey, aku hari ini harus temani dokter Septian operasi sampai malam."
Selalu saja jawabannya seperti itu. Setiap di ajak ke dokter kandungan. Akhirnya Sherly ditemani bibi Ria kedokter.
"Non, jangan sedih ya. Bibi akan selalu ada buat non."
"Terima kasih, bibi sudah seperti mama buatku." Sekarang Sherly bersama bibi Ria dalam perjalanan menuju dokter Praktek dalam perjalanannya dia melihat mobil suaminya berhenti di mall yang sama dengan nya ,namun Timo bersama dengan rekan - rekan dokternya, disana juga ada Leny sahabat Sherly.
"Kak, sabar itukan Cey???" Timo begitu kaget karena dia tidak tahu kalau dokter kandungan tempat dia memeriksa kandungan di mall ini. Ketahuan bohongnya.
"Cey, I miss you. Kamu kok kelihatan pucat." Leny melihat seluruh wajah Sherly. "Cey, kamu hamil?"
"Ya, aku sudah menikah." Sherly memperlihatkan cincin pernikahannya. "Have fun ya Len. Aku ada janji dengan dokterku."
"Oke nice to see u. Miss you." Leny langsung mengandeng tangan Timo, namun tangannya di hempaskan. Bibi Ria langsung menghampiri Sherly dan dielus punggungnya.
"Sabar ya sayang."
"Iya bi."
Sherly masih menunggu, gilirannya diperiksa. Sementara Timo yang berada di sebuah bar bersama teman - temannya mulai gelisah, karena sudah membohongi Sherly istrinya. Dia menelepon orang kerja dirumah untuk datang ke mall untuk membawa motor istrinya karena dia akan pulang bersama Sherly istrinya.
Sherly sedang sandaran di pundak bibi Ria, namanya sudah di panggil dari jauh terlihat Timo berlari buru - buru apalagi terdengar nama istrinya di panggil. Dia pun buru - buru masuk bersama Sherly sedangkan bibi Ria terpaksa di luar.
"Selamat malam dokter."
"Selamat malam juga dokter Sherly. Bagaimana keadaanmu??"
"Baik dokter."
"Puji Tuhan." Dokter mengangkat wajahnya kaget melihat sosok laki - laki yang mendampingi Sherly. "Bapak pasti suaminya dokter Sherly."
"Timotius Johanes."
"Sayang sekali bapak baru ada bersama ibu di bulan ke enam atau minggu ke dua puluh empat. Kalau tidak bapak akan melewati moment mengetahui jenis kelamin anak."
Timo hanya tertunduk. Dokter Frans tahu siapa itu keluarga Johanes namun dia tidak menyangka bahwa diusia muda anaknya sudah menikah. Kondisi kandungan ibu sehat, bayi di dalam kandungan ibu juga sehat. Dan jenis kelaminnya adalah seorang anak laki - laki. Selesai berobat mereka masih mengantri menunggu obat.
Timo sudah meninggalkan teman - teman dokternya di sebuah bar, karena ketahuan berbohong. Sekarang dia sedang menemani Sherly istrinya. Selesai mengambil obat. Dan langsung turun ke basemen mengambil mobil dan pulang ke rumah.
"Mas motorku???"
"Nanti Eko yang membawa pulang." Di dalam mobil Sherly hanya diam. Dan ini pertama kali dia ada dalam mobil suaminya. Semenjak menikah. Tidak ada pembicaraan antara mereka. Sherly yang marah karena sudah di bohongi oleh suaminya.
"Tadi operasinya selesai cepat." Sherly tidak merespon apa pun. Dia hanya mendiam saja. Sampai di rumah, sudah ada papa dan mama mertuanya. Bibi Ria langsung kebelakang membantu bibi Sri.
"Gimana keadaan ibu?"
"Aku tidak bisa masuk. Karena non di temani mas Timo."
"Sherly???."
"Ya ma."
"Besok mama ada tamu pukul tujuh, dan kamu tahu kan harus berbuat apa kan?"
"Iya ma."
Papa mertuanya hanya bisa memandang menantunya yang diperlakukan seperti itu oleh istrinya, meskipun hati kecilnya tidak suka perbuatan istrinya terhadap Sherly menantunya. Namun dia tidak bisa berbuat apa - apa. Sherly melangkah memasuki kamarnya bersama suami. Timo yang melihat bagaimana istrinya di perlakukan. Pun langsung ke kamar mereka.
"Cey, maafkan mama."
Sherly hanya bisa terdiam. Hatinnya hancur sekali, bukan pembelaan seperti ini yang dia butuh. Sherly membersihkan diri dan naik ke tas tempat tidur. Meskipun kelakukan suaminya seperti itu. Namun dia selalu meminta jatahnya sebagai suami dilayani oleh istrinya. Dan Sherly yang tidak mau berdosa tetap menjalankan tugasnya melayani suami.