pernikahan yang terjadi karena kebaikan seorang laki-laki yang ingin menyelamatkan teman perempuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kholifah NH2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cake
"Adrian? Aku nggak enak kalo diam aja, aku bantuin Mbak Ana didapur ya?." Airin meminta izin saat mereka hendak berjalan menuju meja makan.
"Nggak perlu, lo itu istri gue. Bukan ART."
"Sini." Adrian menarik kursi dan meminta Airin untuk duduk. Mengundang perhatian Henry, Ibunda Adrian, Inez, dan Mita-adiknya Inez, yang sudah lebih dulu ada diruang makan.
Sarapan pagi itu berlangsung hening. Sarapan pertama Airin dirumah Adrian, dengan status barunya sebagai istri. Tentu Airin merasa gugup, entah mengapa ia merasa tidak nyaman karena suasana disana terasa menegangkan.
"Oh ya, semalam itu ada ribut-ribut apa, sih?." Inez membuka suara, matanya menatap sang putera yang sedang asik dengan sarapannya
"Adrian? Mama nanya." Inez melanjutkan,
"Nggak ada ribut apa-apa." Jawab Adrian sekedarnya
"Bohong, Kak. Semalam itu Benny kesini. Dia marah-marah karena pernikahan Adrian." Kali ini Mita bersuara
"Hm, karena Adrian menikahi calon istri Om nya?." Inez bertanya sambil menatap Airin, pertanyaan pun diangguki Mita
"Lagian, kamu ini kenapa sih? Nekat banget cari masalah sama Om kamu." Tanya Inez pada puteranya
"Kamu sampai culik Benny, buat nikahin perempuan ini?."
"Ma?." Henry memberi kode Inez untuk berhati-hati saat bicara
"Jangan begitu, nanti Adrian marah." Bisik Henry
Adrian menatap Airin. Ia tahu istrinya itu merasa tidak nyaman. Terlihat Airin tidak bersemangat melahap sarapannya.
"Nggak usah dibahas, Ma."
"Kenapa? Ini masalah serius, lho. Ini pernikahan. Bisa-bisanya kamu menikah tanpa dipikir dulu..."
"Coba pikirin gimana masa depan kamu? Harusnya kamu nggak gegabah, Adrian."
"Ck, Adrian udah bilang nggak usah dibahas."
"Tapi ini soal masa depan kam-"
"Ayo pergi." Adrian menarik tangan Airin seketika. Membawanya pergi dari situasi yang menurutnya sangat menyebalkan itu.
"Tuh, Papa lihat sendiri, kan? Dia udah mulai nggak dengarin Mama."
•••
Selama perjalanan ke kampus, Adrian dan Airin saling membungkam suara. Adrian fokus pada setirnya sementara Airin terus menatap keluar jendela. Pikiran Airin mulai berantakan, pernikahannya dengan Adrian justru menambah masalah. Kini Airin merasa Inez tidak menyukai kehadirannya sebagai menantu dirumahnya.
Dan entah bagaimana Airin harus menghadapi hari-harinya nanti. Ia merasa masalah yang akan ia hadapi akan semakin berat.
"Adrian?..."
"Aku turun disini aja." Airin memberi kode pada Adrian untuk menghentikan laju mobilnya dan laki-laki itu pun mendengarkannya
"Kenapa?."
"Aku mau jalan kaki."
"Kalo mau jalan kaki, kenapa nggak dari rumah?."
"Ish." Airin mendengus, ia melepas seatbeltnya dan bersiap turun dari mobil.
"Siapa yang nyuruh lo turun?."
"Nggak ada, tapi aku mau turun. Lagian udah deket kok."
"Terserah." Adrian membiarkan Airin turun dan kembali melanjutkan mobilnya menuju kampus
"Huh..." Airin menghela nafas panjang, "Kalo Vina ngeliat aku berangkat bareng Adrian, apa nanti nggak salah paham?..."
"Secara, Vina lagi bucin banget ke Adrian..."
"Aku takut Vina mikir yang macam-macam."
Airin melangkah dengan santai sampai tiba di gerbang kampusnya. Disana ia melihat Adrian yang baru turun dari mobil dan langsung disambut dengan pelukan Vina dilengannya. Hal biasa yang sering ia lihat.
Ya, semenjak hubungan mereka bertiga semakin dekat, sudah tidak kaget lagi bila Airin melihat Vina masih berusaha mendekati Adrian. Meski laki-laki itu tidak suka. Terlihat Adrian yang langsung menepis tangan Vina saat memeluk lengannya.
"Hehe, sorry..."
"Oh iya, Adrian. Tadi sebelum berangkat, aku bikin cake dulu lho, buat kamu. Cobain, ya?..."
"Kita ke kantin dulu sebentar?." Vina meminta dengan manja, namun Adrian menggeleng-gelengkan kepalanya
"Makasih. Tapi nggak usah repot-repot..."
"Gue nggak pernah minta apa-apa."
"Iya, aku tau. Tapi aku sengaja bikin ini spesial buat kamu. Ayo ke kantin dulu."
"Gue ada kelas lima menit lagi." Adrian melenggang pergi, meninggalkan Vina yang terlihat kecewa dengan bibir menekuk ke bawah.
"Adrian kenapa, sih? Susah banget buat ngambil hati dia?."
"Yaudah, nanti siang aku tunggu dikantin, ya." Ucap Vina dengan lantang, meski Adrian tidak menjawab, ia tahu kalau Adrian pasti mendengarnya.
"Vin, ada apa?." Airin tiba disamping Vina, matanya mengikuti arah yang sama dengan tatapan Vina
"Itu liat deh? Masa Adrian pergi gitu aja?."
"Ya, mungkin ada kelas sebentar lagi?."
"Iya, sih. Katanya gitu. Tapi aku sedih tau, aku udah effort pagi-pagi bikin cake buat dia..."
"Eeh, dia keliatan nggak peduli, gitu..."
"Pokoknya Adrian mulai berubah."
Airin membuang nafas berat mendengar keluh kesah Vina, "Seandainya kamu tau hubungan aku sama Adrian sekarang..."
"Aku nggak bisa bayangin apa yang bakal terjadi, Vin."
•••
Lanjut lanjut....
Tapi seperti biasa, jangan lupa klik love, komen, subscribe biar gak ketinggalan chapter selanjutnya okeeeyyyy
Terimakasih ♥️♥️
🧑 gak
👧aku cium y
🧑 ok
sumpah ini mereka knpa siihh 😭😭 mood bgt bacanya