NovelToon NovelToon
Misteri Kematian Pria Desa Kabut Surem

Misteri Kematian Pria Desa Kabut Surem

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Dendam Kesumat / Tumbal
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Juniar Yasir

“Arghhhhkkkk mayaaaat!!!’’


Tumini yang sedang mencari rumput untuk makanan ternaknya, tiba-tiba saja mencium aroma busuk dari sekitarannya. Dia yang penasaran meski takut juga memberanikan diri masuk ke kebun lebih dalam.

Saat asik mencari sumber bau busuk, Tumini di buat shock berat karena melihat mayat yang menggantung di pohon cengkeh.

Bagian dada kiri terdapat luka bolong lumayan besar, bagian kaki terus mengucurkan darah, mayatnya juga sudah tidak di kenali.



Apa yang terjadi di kampung Kabut Surem? akankah kematian misterius bisa terpecahkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di fitnah

Ningrum berfikir mungkin Dia berhalusinasi, makanya jadi melihat kejadian yang tidak masuk akal ini. Sementara Dimas sudah naik ke atas.

“Bikin apa Ma?’’ tanya Della.

”Kakak mu kan kurang nafsu makan karena sakit, makanya minta di bikinin nasi goreng.’’ jawab Ningrum.

“Buat nya lebihin dong ma, jangan nanggung ’’ ucap Della terkekeh.

“Kamu, bukannya bantuin. Oh ya, nanti temenin mama ke rumah Bu lurah, ajak Ambar juga sekalian.’’ Ucapnya.

“Siap nyonya!’’

.

...🩵🩵🩵🩵...

.

Sekitar pukul 2 siang, Ningrum dan kedua gadis pergi ke rumah Bu lurah untuk ikut membantu membuat kue. Rumah Bu lurah ada di RT lain. Jadinya agak lumayan juga jika berjalan kaki begini, apalagi cuaca yang memang sangat panas sekali.

Di jalan terlihat mobil dari arah depan melambatkan lajunya, karena jalan memang kecil juga. Seorang pria membuka kaca mobil. Pria itu mengernyitkan keningnya, melihat ke arah Ningrum dan Ambar.

“Ningrum?’’ ujarnya.

“Eh? Em siapa ya?’’ tanya Ningrum agak gugup.

“Masa kamu nggak kenal aku. Ilham, anaknya Mbok Sukirah.’’ jawab pria itu.

“Oooh. Hehe maaf lupa. Itu siapa?’’ ucap Ningrum melihat ke arah wanita yang lumayan cantik, tapi masih muda.

“Ini anak ku. Kamu pulang ke sini juga sama Darma?’’ tanya nya kepo.

“Kami menetap disini Ham.’’ balasnya.

“Oh ya? Oo. Ya sudah saya pamit dulu’' Sebelum menjalankan kembali mobilnya, Ilham sempat melihat ke arah Ambar, lalu meninggalkan ketiga wanita itu.

“Siapa ma?’’ tanya Della.

“Oh, itu Ilham. Teman mama sekolah saat di kampung.’’ jawabnya dengan wajah pias.

“Oooh’’ Della hanya beroh-ria saja. Sedangkan Ambar melihat Tante nya agak gugup setelah bertemu pria itu.

.

“Assalamualaikum’’ ucap ketiganya bersamaan.

“Eh Ningrum?!! Masuk-masuk” ucap Dewi.

“Terima kasih.’’ Ningrum memberikan plastik berisi Gawan berupa kue Hatari sepack besar.

“Apa to Rum, bawa-bawa ini segala. Tapi makasih lo ya’’ ujarnya mengambil Gawan tersebut.

“Nggak apa. Itu di belakang rame kek nya.’’ Ningrum melihat ke arah dapur.

“Iya. Ayo ke belakang.’’ Bu lurah jalan duluan yang di susul Ketiga wanita ini.

 Di dapur ibu-ibu sibuk mengerjakan pekerjaan masing-masing. Ada yang membungkus lemper, mengukus ,lapis dan lainnya.

“Eh Ningrum. Sini bantuin aku!’’ ujar Inah yang sedang membuat dadar gulung.

“Kalian para perawan, melipat tisu saja.’’ ucapnya lagi. Keduanya hanya mengangguk dan mulai melipat tisu.

“ Ningrum semenjak tinggal di Jakarta makin cantik ya, nggak salah kemarin menikah sama Darma. Cuba saja sama Ilham, pasti melarat hidupnya.’’ Celetuk tari menatap Ningrum yang memang lebih cantik sekarang.

“Bisa aja kamu tar.’’ balasnya tersenyum kecut. Geram juga nama Ilham malah di bawa-bawa.

“Eh jangan salah kamu, Ilham sudah Maya raya sekarang. Tadi aku melihatnya pake mobil Lo’’ timpal Yati.

Ningrum hanya diam saja. Mood nya tiba-tiba buruk mendengar ocehan kedua wanita itu. Mau pulang sungkan sama Bu lurah yang baik, lagipula Dia baru tiba.

“Udah udah, ini sudah mau ashar. Kue baru satu yang masak, ini nanti sebelum magrib harus sudah di antar ke masjid Ibu-ibu.’’ ujar Bu lurah agak tak enak juga dengan Ningrum.

.

Rani yang sudah baikan mendengar kabar para ibu-ibu membuat kue untuk tahlilan suaminya, langsung menuju rumah Pak lurah. Dia sangat senang mendengar jika tetangga dan warga yang lainnya begitu peduli pada keluarga mereka.

“Assakamu'alaikum Bu lurah’’ ucapnya langsung menyelonong masuk.

Ketika akan menuju Bu lurah, matanya tak sengaja melihat ke Ningrum yang juga menatapnya sedih.

“Dasar pembawa sial! Karena kehadiran kalian, desa ini kembali di teror pembunuhan begini!’’ ucap pedasnya.

“Apa maksud mu Ran’’ tentu saja Ningrum kaget di bilang begitu.

“Eleh, Ojo pura-pura Ndak tau kau! Benar kata orang-orang, jika Mertua mu itu memang memelihara iblis saat masih hidup. Desa ini sudah aman semenjak mertua mu mati, tapi sekarang kembali ada korban semenjak kau dan suami mu itu pulang kesini!’’ ucapnya lantang. Ambar dan Della yang mendengar keributan di dapur langsung mendekat.

“Jangan asal fitnah kau Ran!’’ Ningrum tak terima juga mendengarnya.

“Sudah toh ran. Nanti kamu drop lagi, kasian Kardi pasti nanti nggak sedih melihatmu begini. Ikhlaskan ya, Ini uwes takdir yang mah kuasa.’’ Timpal Bu lurah menenangkan.

“Ya sudah mending kamu pulang saja, kasian Rani sendirian. Istirahat saja di rumah, mari ku antar’’ ujar Tari.

Rani akhirnya pulang di temani Tari.

“Bu lurah saya pamit dulu ya. Tadi udah janjian sama mas Darma, Mau jenguk Mbok Tukiyem’’ Ningrum beralasan karena memang mood nya sudah sedari tadi buruk di tambah di fitnah begini, makin membara saja hati nya.

“Oh ya sudah kalo gitu. Makasih ya Rum sudah mau bantu-bantu.’’ balasnya sungkan karena kejadian barusan.

“Eleh, bantu apa? Baru juga datang udah pulang lagi!’’ timpal Mega.

“Kamu jangan jadi kompor ya Mega!’’ Inah menatap sengit. Mega langsung bungkam.

Mega dan Yati adalah teman akrab, rumah mereka juga bertetangga. Keduanya memang sangat suka jika ada yang ribut. Itu akan menjadi topik yang hangat untuk mereka bagikan di grop Ibu-ibu se-Dusun.

“Itu tadikan istrinya korban pembunuhan kemarin kan Tante? Kok kayaknya marah sekali, mana pake bawa-bawa Eyang lagi!’’ Ambar tak dapat lagi menahan rasa penasarannya. Sementara Della diam saja, sedikit banyak Dia pernah mendengar gosip tentang mendiang Eyang Gayatri. Karena Dia Dari kecil hingga SMP kelas 1 masih tinggal di kampung.

“Jangan di dengar ucapannya. Namanya juga lagi berduka, kematian suaminya juga tidak biasa, makanya pikiran jadi kemana-mana’’ balas Ningrum.

“Tapi ini sudah bawa orang-orang Loh Tan, yang artinya banyak yang menuduh Eyang punya iblis.

“Udah ya, Tante pusing bila mengingat ucapan wanita sinting itu. Jika saja nggak ingat Dia sedang berduka, itu orang sudah Tante kasi cabe setan mulutnya.’’ ucap Ningrum yang memang masih kesal.

Ambar langsung diam. Ketiga nya lagi menuju pulang. Untuk saja udah sore, jadinya sudah tidak panas lagi. Jika tidak, pasti tambah menyala hati Ningrum.

“Itu rumahnya korban pembunuhan’’ tunjuk Della pada sepupunya.

“Oh ya?! Eh itu siapa?’’ Ambar ikut menoleh, tapi Dia malah melihat sekelebat orang memakai jubah hitam di semak-semak.

“Yang mana?’’ tanya Della yang tak melihat apa pun.

“Mungkin aku salah lihat’’ jawab Ambar bingung juga.

Sementara jubah hitam menyeringai jahat.

“Sepertinya gadis itu memang cukup berbahaya. Sepertinya aku harus hati-hati.’’ ujarnya.

.

.

Jangan lupa like subscribe vote dan koment 🫰🙏

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!