Sebagai anak perempuan tertua di keluarganya, Ayesha di tuntut untuk segera mencari pasangan hidup. Namun, trauma di masa lalunya, membuat Ayesha tidak jua mencari jodoh di saat umurnya yang sudah mencapai 30 tahun.
Begitu pula dengan Azlan yang merupakan anak tunggal dari keluarga terkaya yang sampai saat ini masih melajang di karenakan sebuah penyakit yang di deritanya.
Bagaimana jadinya, jika kedua insan tersebut bertemu dan melakukan kesepakatan untuk menikah. Akan kah Ayesha menerimanya? atau malah tidak menyetujuinya, karena ia hanya ingin menikah satu kali seumur hidup dan tentunya ingin memiliki keturunan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rafasya Alfindra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertabrakan
Jantung Ayesha berdebar tidak karuan menatap pria yang saat ini ada di hadapannya. Pria itu juga menatap Ayesha bahkan memegang pinggang ramping Ayesha yang hampir saja terjatuh, kalau tidak ada Azlan yang membantunya.
Azlan bahkan seakan kehilangan fokusnya, ia seperti tidak menyadari telah memeluk Ayesha bahkan mendekapnya. Padahal Azlan anti untuk berdekatan dengan perempuan, bahkan dengan Mama Vira saja ia anti berdekatan.
Brak
"Ah ... sakit," keluh Ayesha saat tiba-tiba saja, Azlan melepaskan pegangan tangannya dari pinggang Ayesha. Azlan melengos dan berlalu pergi, memasuki pintu lift.
Ayesha menatap kepergian Azlan dengan hati perih, apalagi pantatnya juga terasa sakit. Azlan bahkan enggan membantunya untuk berdiri, semua mata karyawan kantor menatap Ayesha dengan pandangan menohok. Sungguh memalukan, berharap di bantu oleh Azlan tapi yang ada Azlan malah bersikap cuek seperti itu.
"Kamu tidak apa-apa? biar saya bantu berdiri!" Seseorang datang dari arah belakang dan membantu Ayesha berdiri.
Ayesha mengulurkan tangannya dan mengucapkan terimakasih. Pria itu tersenyum tulus kepada Ayesha, sungguh membuat jantung Ayesha menjadi tidak karuan.
"Perkenalkan, nama saya Reynand," ujar Rey mengulurkan tangannya. "Bisa di panggil Rey," ujarnya kembali.
"Saya Ayesha, terimakasih atas bantuannya Rey,"
"Baiklah, kalau begitu saya duluan," jawab Rey berlalu dengan berlari kecil memasuki pintu lift karena ruangan pria itu ada di lantai tiga.
Azlan memantau Cctv yang terpasang di lantai bawah tempat dimana Azlan dan Ayesha tadi bertabrakan. Azlan mengepalkan tangannya, menatap Ayesha yang begitu akrab dengan pria yang barusan membantunya.
Ayesha bahkan dengan berani tersenyum ke arah pria itu, sungguh membuat darah Azlan mendidih melihat keakrabannya.
Ada aura kemarahan di wajah rupawannya, ia juga tidak mengerti mengapa ia bisa semarah itu. Ada sesuatu yang tidak rela yang muncul secara tiba-tiba di hatinya, apa benar ia sudah jatuh cinta kepada Ayesha di pandangan pertama mereka, sungguh Azlan tidak tahu karena ia baru pertama merasakannya.
Azlan menatap tangannya yang tadi memegang pinggang Ayesha, ia baru saja menyadari bahwa barusan ia telah menyentuh Ayesha bahkan reaksi tubuhnya menandakan ia baik-baik saja.
Aneh, itu lah yang Azlan rasakan. Ia tidak menyangka diumurnya yang sudah mendekati 30 tahun baru hari ini ia bisa mendekap perempuan tanpa rasa takut dan reaksi tubuh yang berlebihan. Apa iya, sakit yang Azlan alami tidak berpengaruh apabila ia mendekap Ayesha. Sungguh Azlan tidak mengerti akan hal itu.
Azlan mengambil gagang telphone yang berada di hadapannya, ia perlu berkonsultasi kepada sahabatnya sekaligus dokter yang menangani penyakit Azlan.
"Kita bertemu di kafe dekat kantor gue, ada hal penting yang ingin gue tanyakan!" Azlan berbicara tanpa mendengar terlebih dahulu ucapan sahabatnya, bahkan Azlan langsung mematikan telphonenya tanpa mendengar jawaban sahabatnya terlebih dahulu. Itulah Azlan, ia tidak ingin berbasa-basi.
"**** ... langsung dimatikan, memang kampret teman satu itu. Sudah dingin kaku lagi," ujar Marco geram namun ia tetap datang menemui Azlan dan mengambil kunci mobil yang ia letakkan di atas meja kerjanya dan berlalu keluar dari ruangannya.
Disinilah mereka berdua sekarang.
"Ada apa?" Marco langsung pada intinya, karena Marco tidak punya waktu untuk bertemu dengan Azlan karena ia masih ada pasien jam 11 nanti.
Tiba-tiba pramusaji datang dan menghidangkan pesanan di atas meja Azlan dan Marco karena sebelumnya Azlan sudah memesan makanannya.
Pramusaji perempuan yang menghidangkan makanan tersebut, sedikit mencuri pandang kepada Azlan, namun Azlan yang dingin dan cuek sama sekali tidak terpengaruh, sehingga membuat pramusaji itu mendesah jengkel karena Azlan sama sekali tidak tertarik akan kecantikannya.
Marco yang mengetahui hal itu hanya tersenyum menatapnya, sungguh sahabatnya satu ini seperti kanebo kering yang sangat kaku dan sama sekali tidak tertarik akan kecantikan perempuan.
"Ada satu hal yang perlu gue tanyakan. Ini menyangkut masalah ..." ucapan Azlan terhenti, ia bingung mengatakannya. Azlan takut di tertawakan oleh sahabatnya itu.
"Masalah apa? jangan bertele-tele, gue sebentar lagi ada pasien," ujar Marco seperti mendesak Azlan untuk bercerita.
"Shitt ... lu mau gue pecat, masalah gue lebih penting kamprett ...!" Azlan beringas yang tentu saja hal itu adalah sesuatu yang sudah biasa bagi Marco.
Marco tertawa. "Tumben lu seemosi itu, ada apa?"
Belum sempat Azlan menjawab ucapan Marco, tiba-tiba pandangan Azlan tertuju kepada perempuan yang ada di pojok kafe sana dan membuat Azlan mengepalkan tangannya. Tiba-tiba emosinya semakin meledak sampai ke ubun-ubun.
siapa itu pengamen ?
semogga Marco menemukan Ayesha