Jingga, Anak dari seorang konglomerat. Meninggalkan keluarganya demi menikah
dengan pria yang di cintainya.
Bukannya mendapatkan kebahagiaan setelah menikah, ia justru hidup dalam penderitaan.
Akankah Jingga kembali ke kehidupannya yang dulu atau bertahan dengan pria yang menjadi suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fakta yang Menyayat Hati
Malam hari Aditya baru pulang dari kantor, ia pulang ke rumah saat jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam. Saat masuk ke kamar, ia bisa melihat jika anak dan istrinya sudah tertidur pulas, ia pun dengan hati-hati mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Senyum bahagia terus terlihat di wajahnya, bagaimana tidak ia baru saja menghabiskan malam dengan Tessa.
"Tessa, kamu memang sangat memuaskan," gumamnya sambil mengguyur tubuhnya di bawah guyuran air shower, mereka sejam yang lalu menghabiskan waktu bersama. Semua adegan itu kembali terputar di otaknya dan itu semakin membuatnya merasa senang, tak sedikitpun rasa bersalah pada istri yang saat ini tertidur pulas setelah lelah mengurus semua pekerjaan rumah dan juga mengurus anak kandung mereka.
Saat keluar, Aditya terkejut saat melihat Jingga bangun dan menyiapkan pakaian untuknya.
"Mas, ini aku siapkan pakaian. Mas sudah makan?" tanyanya membuat Aditya pun hanya mengangguk.
"Maaf ya aku baru pulang jam segini, tadi ada pekerjaan di kantor. Ya sudah, kamu pasti lelah seharian, istirahatlah. Aku masih ada pekerjaan sedikit yang harus aku kerjakan," ucapnya sambil memakai pakaiannya, membuat Jingga yang memang sangat lelah pun mengangguk dan kembali tidur sambil memeluk putrinya.
Aditya masih dengan senyum kepuasan di wajahnya, ia pun keluar dari kamar dan menuju ke ruang kerjanya. Bukannya mengerjakan pekerjaannya, ia malah melakukan telepon bersama dengan Tessa hingga 1 jam lamanya.
"Aku sudah lelah, aku tidur dulu ya, besok kita ketemu di kantor lagi," ucap Tessa sebelum mengakhiri panggilannya.
"Iya, tentu saja. Jika kamu membutuhkanku seperti yang kita lakukan tadi, kamu bisa memanggilku kapan saja."
Mendengar itu Tessa tertawa. "Apa kamu tak takut jika istrimu sampai tahu?" tanya Tessa.
"Kamu tenang saja, dia itu hanya gadis bodoh dan dia sangat mencintaiku, jadi apapun yang aku katakan pasti dia akan menurutinya, dia takkan pernah curiga karena memang selama ini dia hanya di rumah," ucapnya kemudian keduanya tertawa dan mengakhiri panggilan mereka.
"Tessa ... Tessa." Aditya mencium layar ponselnya meresa sangat bahagia. Namun, saat ia berbalik ia melihat Jingga berdiri mematung di belakangnya. Aditya sangat syok, ia bertanya-tanya dalam hati apakah istrinya itu mendengar apa yang baru saja dikatakannya.
"Jingga, sejak kapan kamu di sana?" tanyanya membuat Jingga hanya menarik garis senyumnya.
"Baru saja Mas, ini aku bawakan kopi. Aku sudah tak bisa tidur lagi dan aku pikir Mas banyak pekerjaan dan membutuhkan kopi," ucapnya berjalan masuk.
Aditya bernafas lega, sepertinya Jingga tak mendengarkan percakapannya dengan Tessa, terlihat dari sikapnya yang baik-baik saja dan juga ia mengatakan jika ia baru saja masuk.
"Ya sudah, letakkan saja kopinya di sana. Aku memang sangat membutuhkannya, terima kasih ya, Sayang," ucapnya membuat Jingga pun mengangguk dan meletakkan kopi itu di mana suaminya memintanya.
"Apa ada lagi, Mas?" tanya Jingga memeluk nampan yang tadi dipakai untuk membawa kopi dan juga cemilan untuk suaminya.
"Sudah tak ada lagi, aku mau fokus pada pekerjaanku dulu," jawabnya yang kini sudah menyalahkan laptopnya. Ia mengetik pekerjaannya di dalam laptop dengan asal, agar terlihat jika ia sedang bekerja, padahal sejak tadi ia sama sekali tidak melakukan apa-apa di ruangannya, itu kecuali saling bertelepon bersama dengan Tessa.
"Ya udah Mas, aku keluar dulu, jika masih membutuhkan sesuatu Mas bilang saja," ucap Jingga kemudian ia pun keluar setelah suaminya itu mengangguk.
Jingga berjalan keluar dengan terburu-buru, setelah keluar dari ruangan itu, ia menutup pintunya. Ia tak tahan lagi menahan air matanya, ia sejak tadi terus menerobos keluar, ia tak bisa lagi menahan rasa sesak di dadanya. Hatinya sangat sakit saat mendengarkan apa yang dikatakan oleh suaminya, dia mendengar semua pembicaraan suaminya dengan seseorang yang ada di telepon.
Mendengar suaminya itu merendahkannya, menganggapnya wanita bodoh dan membicarakan hal itu pada orang lain, ia yakin orang yang menelpon suaminya itu adalah seorang wanita.
Jingga dengan cepat kembali masuk ke dalam kamarnya, dia berusaha untuk tak menangis. Ia tak ingin suaminya itu curiga jika ia mendengar pembicaraan mereka, Jingga tak mau mengambil kesimpulan dengan apa yang baru saja didengarnya, walau ia merasa curiga selama beberapa hari ini. Namun, ia selalu berusaha untuk percaya.
Saat Aditya keluar dari kamar mereka tadi, Jingga yang tak bisa tidur, tak sengaja ia melihat pakaian suaminya itu dan saat ia menghampiri pakaian itu dan mengendusnya, ia bisa mencium aroma parfum wanita di sana dan itu parfum yang sama yang selama beberapa hari ini selalu melekat pada pakaian suaminya.
Saat akan menghampiri suaminya, samar-samar Jingga mendengar suaminya itu tertawa lepas dan terdengar sedang berbicara pada seseorang, ia pun memutuskan untuk membuat kopi agar ia punya alasan untuk masuk.
Jingga membuka pintu dan ternyata suaminya itu tak menyadari keberadaannya karena asyik berbincang dengan seseorang di balik telpon, membuat ia bisa mendengar dengan jelas apa saja yang mereka bahas dan itu sangat menyakitkan hatinya, jika bukan karena memikirkan putrinya mungkin saat itu juga Jingga sudah melemparkan kopi panas yang dibawanya ke wajah suaminya. Namun, ia berusaha untuk bersikap tenang mungkin suaminya bersikap seperti itu karena memang kesalahannya sendiri, ia akan mencoba memperbaiki diri agar suami tak tergoda dengan wanita lain.
Jingga langsung pura-pura tertidur saat suaminya itu masuk ke dalam kamar, ia bisa merasakan jika suaminya itu berbaring di sampingnya dan tak lama kemudia ia bisa mendengar suara deru nafas suaminya yang teratur. Jingga kembali membuka mata. Ia yakin jika suaminya saat ini sedang tertidur pulas, dengan hati-hati ia pun turun dari tempat tidur, melihat ponsel suaminya yang diletakkan di atas nakas.
Dengan hati-hati, jingga mengambil ponsel itu, ia ingin tahu siapa sebenarnya yang selalu melakukan panggilan dan juga mengirim pesan pada suaminya.