NovelToon NovelToon
MEMPERBAIKI WALAU SUDAH TERLAMBAT

MEMPERBAIKI WALAU SUDAH TERLAMBAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Bapak rumah tangga / Selingkuh / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir
Popularitas:683
Nilai: 5
Nama Author: frj_nyt

Ongoing

Feng Niu dan Ji Chen menikah dalam pernikahan tanpa cinta. Di balik kemewahan dan senyum palsu, mereka menghadapi konflik, pengkhianatan, dan luka yang tak terucapkan. Kehadiran anak mereka, Xiao Fan, semakin memperumit hubungan yang penuh ketegangan.

Saat Feng Niu tergoda oleh pria lain dan Ji Chen diam-diam menanggung sakit hatinya, dunia mereka mulai runtuh oleh perselingkuhan, kebohongan, dan skandal yang mengancam reputasi keluarga. Namun waktu memberi kesempatan kedua: sebuah kesadaran, perubahan, dan perlahan muncul cinta yang hangat di antara mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6

Kehamilan tidak mengubah apa pun. Itu kesimpulan Feng Niu setelah dua garis merah itu muncul di alat tes, setelah dokter berbicara panjang tentang usia kandungan, nutrisi, dan jadwal kontrol. Setelah semua orang termasuk orang tuanya sendiri tersenyum seolah dunia akhirnya berjalan ke arah yang benar. Bagi Feng Niu, dunia justru terasa semakin sempit.

Pagi itu, sinar matahari menembus tirai kamar tidur mereka. Feng Niu duduk di depan cermin rias, mengenakan gaun hitam ketat yang jelas tidak ramah bagi perempuan hamil. Tangannya terampil mengoleskan lipstik merah, warnanya tegas, berani, seolah ingin menantang siapa pun yang berani berkata ia harus berubah.

Ji Chen berdiri di ambang pintu kamar. Ia sudah lama berdiri di sana. “Dokter bilang—” Ji Chen memulai, suaranya rendah, hati-hati. “—kamu sebaiknya menghindari sepatu hak tinggi dulu.”

Feng Niu tidak menoleh. Ia hanya mencondongkan tubuh sedikit, mengunci anting di telinganya, lalu berkata dengan nada datar, “Dokter itu terlalu banyak bicara.” Ji Chen menelan ludah. Ia melangkah masuk, berdiri beberapa langkah di belakang Feng Niu. Pantulan mereka terlihat jelas di cermin seorang pria dengan ekspresi lelah dan seorang wanita yang bahkan tidak mau mengakui keberadaannya. “Kamu hamil,” kata Ji Chen pelan. “Setidaknya… jaga diri.”

Feng Niu akhirnya mengangkat wajahnya. Tatapan mereka bertemu melalui pantulan cermin. “Hamil bukan berarti aku berhenti jadi diriku sendiri,” jawabnya dingin. “Aku bukan perempuan rapuh.”

Ji Chen ingin mengatakan banyak hal. Tentang rasa khawatirnya. Tentang tanggung jawab. Tentang anak itu anak mereka yang tumbuh di dalam tubuh Feng Niu. Namun yang keluar hanya satu kalimat, “Aku hanya ingin kamu aman.”

Feng Niu tertawa kecil. Singkat. Tajam. “Aman?” Ia berdiri, meraih tas tangannya. “Aku menikah tanpa cinta, hidup di rumah yang bukan pilihanku, dan sekarang tubuhku pun bukan milikku sepenuhnya. Apa menurutmu aku pernah aman?” Ia berjalan melewati Ji Chen tanpa menyentuhnya. Parfum mahalnya tertinggal di udara, menyengat, menyesakkan. Pintu kamar tertutup. Ji Chen berdiri sendirian.

Feng Niu tidak pulang hingga malam. Ji Chen makan malam sendirian di meja panjang rumah besar itu. Makanan yang dimasak pelayan hampir tidak disentuh. Ia lebih banyak menatap layar ponsel, berharap entah apa mungkin satu pesan. Satu kalimat singkat. Tanda bahwa Feng Niu baik-baik saja. Tidak ada.

Saat Feng Niu akhirnya pulang, jam menunjukkan hampir tengah malam. Hak sepatunya berbunyi keras di lantai marmer. Ia tertawa kecil, suara tawa yang Ji Chen kenal tawa yang tidak pernah ia dapatkan. “Kamu minum?” tanya Ji Chen dari ruang tamu. Feng Niu berhenti sejenak, lalu menoleh. “Sedikit.”

“Kamu hamil.”

“Aku tahu.” Nada suaranya membuat Ji Chen diam. Feng Niu berjalan menuju dapur, membuka kulkas, lalu menutupnya kembali dengan ekspresi kesal. “Tidak ada wine?” tanyanya. Ji Chen menegakkan punggungnya. “Aku minta pelayan menyimpannya.”

“Kamu pikir aku anak kecil?” Feng Niu mendengus. “Atau sekarang kamu mau jadi polisi tubuhku juga?” Ji Chen mendekat. “Aku hanya—”

“Cukup.” Feng Niu mengangkat tangannya. “Aku capek mendengar ‘aku hanya’ darimu.” Ia berjalan menuju kamar, lalu berhenti di tangga, seolah baru teringat sesuatu. “Oh, besok aku ada acara malam. Jangan tunggu.” Ji Chen menatapnya. “Kamu harus istirahat.”

“Kata siapa?”

“Kata aku. Suamimu.” Feng Niu tertawa lagi. Kali ini lebih keras. “Suami?” Ia menoleh, matanya tajam. “Kita hanya sepasang orang yang terjebak dalam pernikahan yang sama, Ji Chen. Jangan berpura-pura kita keluarga.” Kata itu keluarga jatuh seperti palu. Feng Niu naik ke lantai atas, meninggalkan Ji Chen dengan ruang tamu yang terasa semakin besar, semakin kosong.

Beberapa minggu berlalu. Perut Feng Niu mulai sedikit membulat, meski ia mati-matian menyembunyikannya dengan pakaian longgar di bagian tertentu dan ketat di bagian lain. Ia menolak vitamin kehamilan yang diletakkan Ji Chen di meja makan. “Aku tidak suka bau obat,” katanya singkat. Ia juga menolak kontrol rutin jika Ji Chen ikut. “Aku bisa pergi sendiri.”

Suatu sore, Madam Feng datang berkunjung. Wanita itu membawa sup hangat, wajahnya penuh kekhawatiran yang disamarkan dengan senyum. “Niu’er,” katanya lembut, “kamu harus makan yang teratur. Demi bayinya.”

Feng Niu menghela napas panjang. “Ibu juga?” Madam Feng terdiam sejenak, lalu duduk di samping putrinya. “Ini bukan tentang siapa pun. Ini tentang tanggung jawab.”

“Tanggung jawab?” Feng Niu tersenyum miring. “Apakah ibu bahagia saat mengandungku?” Pertanyaan itu membuat ruangan hening. Ji Chen berdiri di sudut, tidak ikut campur, tapi mendengar segalanya.

Madam Feng akhirnya berkata pelan, “Bahagia atau tidak, ibu tetap melahirkanmu. Tetap merawatmu.” Feng Niu menunduk, jemarinya mencengkeram bantal sofa. “Aku tidak yakin aku bisa seperti itu.”

“Bisa,” jawab ibunya tegas. “Atau setidaknya… berusaha.” Feng Niu berdiri. “Aku tidak pernah meminta ini.” Ia pergi ke kamar, menutup pintu, meninggalkan ibunya dengan mata berkaca-kaca dan Ji Chen dengan rasa bersalah yang tidak sepenuhnya ia mengerti.

Malam itu, Ji Chen duduk di tepi ranjang, punggungnya menghadap Feng Niu yang sudah berbaring membelakangi dirinya. “Kalau kamu takut,” katanya pelan, “kita bisa belajar bersama.”

Tidak ada jawaban. “Kalau kamu belum siap,” lanjutnya, “aku tidak akan memaksa. Aku hanya… tidak ingin anak ini merasa tidak diinginkan.”

Tubuh Feng Niu sedikit menegang. Ia tidak menoleh, tidak duduk, hanya berkata dengan suara nyaris berbisik namun dingin, “Jangan seret aku ke peran yang tidak kupilih.”

Ji Chen memejamkan mata. Di antara mereka, ada ranjang yang sama namun jarak yang tidak bisa diukur dengan langkah. Di dalam rahim Feng Niu, sebuah kehidupan tumbuh.

Di dalam rumah itu, sebuah keluarga perlahan retak sebelum sempat benar-benar terbentuk. Dan untuk pertama kalinya, Ji Chen menyadari satu hal yang menyakitkan: ia mungkin harus menjadi ayah… sendirian.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!