NovelToon NovelToon
Bermimpi Di Waktu Senja

Bermimpi Di Waktu Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Slice of Life
Popularitas:26
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Penasaran dengan ceritanya yuk langsung aja kita baca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 4: Suara-Suara di Tepian Air

Malam telah jatuh sepenuhnya saat Aris tiba di kawasan bantaran sungai yang menjadi lokasi Sektor 12-B. Tempat ini adalah sisi lain Jakarta yang jarang terekspos di brosur investasi Grup Mahakarya. Di sini, cahaya bukan berasal dari lampu kristal, melainkan dari bohlam-bohlam redup yang bergantung pada kabel-kabel semrawut. Udara di sini berat, lembap, dan berbau sisa-sisa kehidupan yang dipaksakan.

Lahan kosong yang diperebutkan itu dibatasi oleh pagar seng yang berkarat. Di baliknya, hamparan tanah luas yang ditumbuhi ilalang tinggi tampak seperti luka di tengah padatnya pemukiman. Di sudut lahan itu, di bawah sebuah tenda terpal biru yang sudah robek, sekelompok warga berkumpul.

Aris berjalan mendekat, merasa asing namun juga merasa pulang. Ia menggenggam tas kulitnya lebih erat. Di bawah lampu neon yang berkedip, ia melihat wajah-wajah yang keras, mata-mata yang lelah namun menyala oleh kemarahan yang tertahan.

"Siapa Bapak?" seorang pria besar dengan kaos oblong yang basah oleh keringat menghadang langkah Aris. "Orang suruhan Mahakarya?"

Warga lain langsung menoleh. Suasana yang tadinya bising oleh bisik-bisik berubah menjadi sunyi yang mengancam.

"Bukan," jawab Aris tenang, meskipun jantungnya berdegup kencang. "Saya Aris. Saya dulu seorang arsitek. Saya mendengar akan ada pertemuan warga di sini."

Pria itu menyipitkan mata. "Arsitek? Kami tidak butuh arsitek untuk membangun gudang yang akan menghimpit rumah kami. Kami butuh orang yang bisa menghentikan buldoser itu."

"Itulah alasan saya di sini," ucap Aris sambil meletakkan buku sketsanya di atas meja kayu yang reyot di tengah kerumunan.

Ia membuka halaman yang berisi desain Rumah Senja. Di bawah cahaya lampu yang temaram, garis-garis pensil Aris tampak hidup. Ia mulai menjelaskan bukan dengan bahasa teknis arsitektur, melainkan dengan bahasa hati. Ia berbicara tentang sebuah tempat di mana anak-anak mereka bisa membaca buku tanpa harus takut diusir, tentang klinik kecil di sudut bangunan yang akan mengobati lansia secara gratis, dan tentang ruang terbuka hijau di mana air hujan akan diserap oleh tanah, bukan dialirkan ke rumah warga sebagai banjir.

Warga mulai berkerumun. Mereka melihat gambar itu seperti melihat oase di tengah padang pasir.

"Bapak mau membangun ini di sini?" tanya seorang ibu sambil menggendong anaknya yang tertidur. "Tapi Mahakarya bilang tanah ini sudah milik mereka."

"Secara hukum, mungkin iya," Aris menjawab dengan suara yang kini lebih mantap. "Tapi secara moral, tanah ini milik kalian yang sudah puluhan tahun menjaganya. Jika kita bisa membuktikan bahwa lahan ini lebih bermanfaat sebagai fasilitas publik daripada gudang, kita punya posisi tawar di pengadilan atau di media massa."

Tiba-tiba, seorang pria tua yang duduk di pojok tenda berdiri. Ia adalah Pak RT, sosok yang dihormati di sana. Ia mendekati meja dan menatap sketsa Aris dengan teliti.

"Indah sekali," bisik Pak RT. "Tapi Pak Aris, Anda harus tahu. Mereka punya uang, mereka punya pengacara, dan mereka punya polisi. Kami hanya punya suara yang serak karena terlalu sering berteriak."

Aris menatap Pak RT dengan sungguh-sungguh. "Saya juga tidak punya apa-apa, Pak. Saya hanya punya sisa waktu di senja hidup saya. Dan saya memilih untuk menghabiskannya demi membangun ini. Jika kalian setuju, saya akan mematangkan rancangan ini berdasarkan kebutuhan kalian. Kita akan membawa ini ke balai kota. Kita buat mereka malu jika harus mengganti taman ini dengan gudang besi."

Diskusi malam itu berlangsung panas namun penuh harapan. Aris mendengarkan keluhan warga, mencatat detail tentang bagaimana air sungai meluap setiap musim hujan, dan bagaimana anak-anak di sana merindukan tempat bermain yang layak. Ia menggambar ulang beberapa bagian sketsanya langsung di sana, di hadapan mereka, mengikuti aspirasi warga.

Saat pertemuan hampir usai, Maya—asisten junior dari Grup Mahakarya yang memberikan kartu nama—muncul dari kegelapan. Ia memakai jaket bertudung agar tidak dikenali.

"Pak Aris," bisiknya saat berhasil menarik Aris ke tepi kerumunan. "Baskoro sudah tahu Anda datang ke sini. Dia memerintahkan tim survei untuk membawa alat berat besok pagi. Bukan untuk membangun, tapi untuk meratakan semak-semak sebagai tanda bahwa pengerjaan dimulai. Mereka ingin memprovokasi warga."

Aris terperangah. "Besok pagi? Itu terlalu cepat!"

"Dia ingin mematahkan semangat kalian sebelum kalian sempat bergerak ke hukum," lanjut Maya dengan nada cemas. "Tolong hati-hati. Baskoro tidak suka kalah, apalagi oleh orang yang pernah ia buang."

Maya pergi secepat ia datang, menghilang di gang-gang sempit. Aris kembali ke kerumunan dengan perasaan campur aduk. Ia menatap ke arah lahan kosong di balik pagar seng. Besok adalah hari penentuan. Senja yang ia lalui hari ini terasa sangat panjang, namun ia tahu fajar besok akan jauh lebih melelahkan.

Ia pulang ke apartemennya dengan kaki yang pegal, namun pikirannya sangat jernih. Di meja kerjanya, ia tidak lagi menggambar dengan keraguan. Setiap goresan pensilnya malam itu adalah sebuah perlawanan. Ia sedang membangun sebuah mimpi yang kini bukan lagi miliknya sendiri, melainkan milik ratusan nyawa di bantaran sungai itu.

"Sarah," bisiknya pelan sambil menatap bintang di balik jendela. "Mungkin ini sebabnya aku harus bertahan hidup lebih lama. Untuk menyaksikan senja yang benar-benar membawa cahaya, bukan kegelapan."

Aris tidak tidur malam itu. Ia bersiap untuk berdiri di depan buldoser jika perlu. Karena baginya, bermimpi di waktu senja bukan berarti menunggu malam datang, melainkan memastikan bahwa kegelapan tidak akan menang tanpa perlawanan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!