Sharmila, seorang wanita cantik, sedang bersiap untuk hari pernikahannya dengan Devan, bos perusahaan entertainment yang telah dipacarinya selama tiga tahun.
Namun, tiba-tiba Sharmila menerima serangkaian pesan foto dari Vivian, adik sepupunya. Foto kebersamaan Vivian dengan Devan. Hati Sharmila hancur menyadari pengkhianatan itu.
Di tengah kekalutan itu, Devan menghubungi Sharmila, meminta pernikahan diundur keesokan harinya.
Dengan tegas meskipun hatinya hancur, Sharmila membatalkan pernikahan dan mengakhiri hubungan mereka.
Tak ingin Vivian merasa menang, dan untuk menjaga kesehatan kakeknya, Sharmila mencari seorang pria untuk menjadi pengantin pengganti.
Lantas, bagaimana perjalanan pernikahan mereka selanjutnya? Apakah pernikahan karena kesepakatan itu akan berakhir bahagia? Ataukah justru sebaliknya?
Ikuti kisah selengkapnya dalam
KETIKA MUSUH MENJADI PENGANTIN PENGGANTI
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Tom and Jerry. # Kembali ke perusahaan
.
Zayden, Dewi, dan Sharmila tiba di area parkir, tempat mobil mewah Zayden telah menunggu. Ricky, sopir pribadi Zayden, sigap membukakan pintu.
Sharmila masuk lebih dulu, tersenyum lega setelah kejadian di butik.
“Ahh, aku puas banget lihat wajah simulator bulu. Pasti dia syok banget. Ha ha ha…”
Sambil tertawa bahagia,.Dewi hendak menyusul duduk di samping Sharmila. Namun, sebuah tarikan keras di kerah belakang bajunya membuatnya terhuyung mundur, menyingkir jauh dari pintu.
Belum sempat dia menyadari yang terjadi, Zayden tanpa sedikit pun rasa bersalah, masuk dan duduk di samping Sharmila, menutup pintu dengan kasar.
Dewi, yang nyaris jatuh, mengepalkan tangan dan menghentakkan kakinya ke tanah, dadanya turun naik karena kesal bercampur marah
"Zayden brengsek! Apa-apaan sih kamu?" serunya, matanya melotot ke arah Zayden melalui jendela mobil yang terbuka. "Aku mau duduk sama Mila!"
Zayden hanya mengangkat kedua bahunya, ekspresinya datar tanpa peduli. "Tempatmu di depan sana, sama Ricky," ucapnya ketus. "Atau jangan-jangan kamu mau jadi pebinor, ya?” tuduhnya seraya menatap Dewi dengan mata memicing tajam. "Dasar tidak tahu malu!"
Dewi membuka mulutnya lebar-lebar, merasa bodoh dan bingung. "Pebinor? Hei,,, apa maksudmu? Zayden kamu sudah gila ya? Jelas-jelas aku ini cewek sama seperti Sharmila!"
Zayden lagi-lagi hanya mengangkat kedua bahunya. "Oh, maaf. Aku lupa kalau kamu cewek.”
Ricky, yang sedari tadi hanya diam menahan tawa, membuka pintu depan. "Mari, Nona Dewi."
Dengan napas turun naik, Dewi masuk ke kursi depan. Sepanjang perjalanan, ia hanya bisa menggerutu dalam hati, menyumpahi Zayden dengan segala macam umpatan. Sementara di belakang, Sharmila tertawa tergelak, melihat Dewi dan Zayden yang seperti Tom and Jerry.
*
Mobil melaju membelah jalanan kota, setelah Ricky memastikan semua penumpangnya duduk nyaman.
Di dalam mobil, Dewi yang duduk di kursi depan tak henti-hentinya berceloteh. Sesekali ia menoleh ke belakang, menghadap Sharmila, dengan semangat berapi-api mengungkit kembali momen saat mereka berhasil membuat Vivian tak berkutik.
Hanya suara Dewi yang mendominasi kabin mobil, diselingi tanggapan dari Sharmila. Sedangkan Zayden tampak tenang menyandarkan kepala, matanya terpejam rapat seolah tak terusik oleh perbincangan kedua wanita itu.
Merasa kesal dengan sikap dingin Zayden, Dewi membalikkan badannya ke arah Sharmila, lalu berbisik, "Mila, jangan khawatir. Jika suatu hari nanti kamu bercerai dengan senior, aku akan mencarikan kamu jodoh yang lebih tampan dan lebih kaya darinya." Berbisik, tapi sengaja agar Zayden mendengarnya.
"Mila, apa kamu mendengar sesuatu?" Tiba-tiba, Zayden bersuara tanpa membuka mata
Sharmila menoleh ke arah Zayden dengan kening berkerut.
"Atau hanya perasaanku saja?" lanjut Zayden, masih dengan mata terpejam. "Ada suara, tapi tak ada rupa. Tiba-tiba saja aku jadi merinding."
Dewi menggeram kesal, rahangnya mengeras dan gigi-giginya saling beradu. Nafasnya naik turun dengan mata melotot ke arah Zayden. Apa dikira dirinya makhluk astral? Tangannya meraih tisu dari dashboard, membentuknya menjadi bulatan, lalu melemparnya ke arah Zayden.
Zayden hanya mengangkat bahu dengan cuek, tak bergeming sedikit pun. "Jangan buang sampah sembarangan. Nanti mobilku jadi kotor," ucapnya santai.
"Kamu ini benar-benar menyebalkan, senior!" balas Dewi dengan nada tinggi.
"Terima kasih atas pujiannya," jawab Zayden membuat Dewi semakin kesal.
Sharmila tertawa lepas. Merasa terhibur dengan perdebatan mereka.
Mata Zayden yang sejak tadi terpejam, terbuka dan menoleh ke samping. Melihat Sharmila akhirnya bisa tertawa lepas seperti itu membuatnya senang.
*
Tak berapa lama, mobil berhenti di depan mansion Zayden. Mata Dewi melotot sempurna melihat kemegahan bangunan itu. Bahkan, mungkin istana presiden pun kalah mewah.
Zayden membuka pintu mobil, lalu keluar dengan cuek meninggalkan mereka berdua. Ia melangkah dengan wajah datar dan kedua tangannya tersimpan di saku celana.
"Mila," bisik Dewi sambil menatap punggung Zayden yang menjauh. "Apa kamu tidak merasa suamimu benar-benar keren?"
Sharmila menoleh tidak mengerti dengan maksud ucapan Dewi. Tetapi kemudian ia mengabaikan dan mengajak temannya itu untuk segera masuk ke dalam mansion, lalu menuju kamarnya.
Di dalam kamar Sharmila, Dewi kembali terpesona. Benar-benar seperti kamar seorang putri raja. Dewi membuka-buka semua pintu lemari, berteriak dengan heboh saat matanya menemukan semua yang dibutuhkan oleh wanita ada di sana. Segala macam bentuk pakaian, gaun, aksesoris, mulai dari tas dan sepatu. Semuanya lengkap.
Dewi menoleh ke arah Sharmila. "Mila, apa kamu tidak berpikir untuk mempertahankan pernikahanmu dengan senior? Menurutku, sepertinya dia juga tidak seburuk yang kita pikir."
Dewi mengingat kembali ketika Zayden bahkan memborong semua yang telah mereka sentuh di butik tadi. Jika Zayden jahat, tentu tidak akan melakukan itu hanya untuk membela Sharmila di depan Vivian. Dewi jadi berpikir, sepertinya seniornya menyimpan perasaan terhadap Sharmila.
Sharmila terdiam. Pikirannya berkecamuk. Selama beberapa hari tinggal bersama Zayden, pria itu memang sama sekali tak pernah bersikap buruk. Hanya kata-katanya saja yang terkadang pedas. Tapi sikapnya cukup baik.
"Tapi, tidak ada cinta di antara kami," gumam Sharmila dalam hati. "Dan Arya juga menikahiku hanya karena proyek kota B. Aku juga tidak tahu, barangkali saja… sebenarnya Arya memiliki wanita yang dicintai. Arya kan hanya terpaksa menikah denganku."
"Mila? Kamu melamun?" tanya Dewi, membuyarkan lamunan Sharmila.
"Ah, tidak," jawab Sharmila, tersenyum tipis. "Aku hanya sedang berpikir."
"Berpikir apa?" desak Dewi.
"Tidak ada," jawab Sharmila, mengalihkan pandangannya. "Ayo, kita bersantai saja. Aku akan mengatakan pada chef untuk membuat makanan kesukaanmu.”
*
*
*
Keesokan harinya…
“Arya, hari ini aku mulai kerja lagi, ya? Perusahaan sudah menungguku,” pamit Sharmila ketika mereka sedang menikmati sarapan bersama.
Zayden menoleh sebentar lalu mengangguk. “Aku akan mengantarmu!"
“Eh, itu,,, aku bisa pergi sendiri. Kamu juga pasti sibuk."
“Aku bilang, aku akan mengantarmu!" Zayden tak ingin dibantah. Ia tak akan membiarkan ada celah bagi Devan untuk mendekati Sharmila lagi.
Sharmila tak lagi membantah. Entah kenapa dia merasa senang.
*
Mobil yang dikendarai oleh Ricky tiba di depan perusahaan Sharmila. Sharmila mengambil nafas panjang, lalu menoleh ke arah Zayden.
"Ada apa?" tanya Zayden, tanpa menoleh. Mata pria itu terfokus pada laptop yang ada di pangkuannya.
"Tidak apa," jawab Sharmila. "Terima kasih sudah mengantar."
"Hmm," hanya jawaban singkat dari Zayden. "Turunlah. Aku juga harus pergi ke perusahaan," ucap Zayden datar.
Sharmila mengangguk, lalu mengambil nafas sekali lagi sebelum kemudian turun dari mobil. Begitu kakinya menapak paving, ia merasakan tatapan Zayden mengikutinya.
"Sharmila," panggil Zayden tiba-tiba.
Sharmila berbalik, menatap Zayden dengan tatapan bertanya.
"Jangan terlalu memaksakan diri. Jika ada masalah, hubungi aku," ucap Zayden, masih dengan nada datarnya.
Sharmila terkejut mendengar perkataan Zayden. Ia tidak menyangka pria itu akan mengatakan hal seperti itu.
"Baik," jawab Sharmila, tersenyum tipis. "Terima kasih."
Zayden hanya mengangguk singkat, lalu kembali menatap ke depan "Jalan," perintahnya pada Ricky.
Mobil pun melaju meninggalkan Sharmila yang masih terpaku di tempatnya. Ia menatap mobil Zayden hingga menghilang dari pandangan.
"Kenapa dia tiba-tiba bersikap baik padaku?" gumam Sharmila. Namun, sesaat kemudian ia menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir pikiran-pikiran aneh yang mulai memenuhi benaknya.
Keren Thor novelnya 👍😍
tul nggak Mama 😄😄😄
kira2 berapa derajat ya suhu ruangan di butik itu....
aku rela ko bang bantuin isi dalma kartu hitam mu itu...
karna banyak yang mau saya beli... 🤣🤣🤣🤣🙏
dari motor, renov rumah biaya sekolah 3 anak...
boleh ya bang... boleh lah... boleh lah...
Zayden berkata....
Apa aku mengenalmu...
kita ta se akrab itu ya... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣