NovelToon NovelToon
LAURA "Ocean Blue Eyes"

LAURA "Ocean Blue Eyes"

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Nikahmuda / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Mafia / Cintapertama
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: SabdaAhessa

Laura yang ingin mendapatkan kebebasan dalam hidupnya mengambil keputusan besar untuk kabur dari suami dan ibu kandungnya..

Namun keputusan itu membawa dirinya bertemu dengan seorang mafia yang penuh dengan obsesi.

Bagaimana kah kelanjutan kehidupan Laura setelah bertemu dengan sang mafia? Akankah hidupnya lebih atau malah semakin terpuruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SabdaAhessa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mezzanine

Laura menjelaskan kejadian di parkiran supermarket kepada Bibi Hellena. Dia berulang kali meminta maaf karena telah menabrakkan mobilnya dan berusaha mengganti rugi untuk kerusakan itu. Namun, Bibi Hellena menolak. Dia berkata, tidak perlu mengganti rugi, lagi pula mobil itu sudah tua dan butut. Memperbaikinya atau tidak, itu tidak ada bedanya.

Laura sangat berterima kasih pada Bibi Hellena atas kebaikannya. Mereka berdua semakin akrab layaknya seorang ibu dan anak perempuannya. Laura yang tak pernah merasakan hangatnya pelukan seorang ibu sangat terharu dengan momen ini.

Setelah sekian lama, sejak kematian ayahnya. Kini Laura bisa merasakan kehangatan di rumah. Walaupun Bibi Hellena bukan ibunya, tapi wanita paruh baya itu sangat menyayangi Laura dan Dante. Dan Laura merasa ini sudah cukup baginya.

Tak masalah jika dia harus bekerja di hotel dengan bayaran yang sangat minim karena harus mengganti rugi mobil Roll Royce itu. Lagipula, dia juga sudah membeli beberapa bibit tanaman. Seperti tomat, cabai, sawi, wortel, dan yang lain sejenisnya. Karena dia memang ingin berkebun untuk menghemat pengeluaran.

Laura merasa beban di pundaknya sedikit ringan seiring senyuman tulus dari Bibi Hellena. Dia juga meminta Bibi Hellena untuk tinggal disana. Menemani dirinya dan Dante. Karena ketika malam hari, Laura selalu merasa takut jika tidur sendirian.

Bibi Hellena yang terus menerus di rayu akhirnya setuju. Dia mau tinggal di rumah itu bersama Laura dan Dante.

Keesokan harinya, Laura mempersiapkan diri untuk pergi ke hotel yang tertera di kartu nama itu. Menurut Bibi Hellena, itu adalah hotel paling besar dan mewah di Kota Miami ini. Jaraknya juga tidak begitu jauh, hanya tiga puluh menit dari rumah.

Setelah memastikan Dante baik-baik saja bersama Bibi Hellena, Laura berangkat pagi-pagi sekali. Karena dia tidak tau, jam berapa dia harus mulai kerja.

Sesampainya di pusat kota, mobil butut milik Bibi Hellena itu dia parkiran di parkiran hotel. Berjejer dengan mobil-mobil mewah disana. Lalu dia masuk ke lobby dan menemui resepsionis. Dia menjelaskan kejadiannya dengan singkat, lalu dia juga menunjukkan kartu nama yang dia dapatkannya kemarin.

Di kartu nama itu, tertulis nama Aaron De Luca. Ada nomor telponnya juga disana. Namun tak ada tulisan yang menjelaskan posisi pria bernama Aaron itu.

Resepsionis yang menerima kartu nama itu nampak menelpon seseorang. Berbicara sebentar lalu menutup telponnya. Dia kembali ke arah Laura yang menunggu.

"Nona, anda bisa langsung ke ruang mezzanine lewat tangga sebelah lift. Tuan Aaron dan Tuan Fred sudah menunggu anda disana." Jelas resepsionis itu.

"Oh.. Apa ini sesi interview?" Tanya Laura.

"Hmm.. Saya kurang tau, nona. Nona bisa menemui Tuan Fred lebih dulu untuk menanyakan hal tersebut." Ucapnya.

"Tuan Fred itu siapa?"

"Tuan Fred adalah asisten pribadi Tuan Aaron, nona." Jawabnya.

Laura mencoba mencerna. Dia mengingat kembali kejadian kemarin pagi. Mungkin pria kedua itu bernama Fred dan pria yang di yakini Laura sebagai bos itu pasti bernama Aaron.

Dia menarik nafas panjang, dia sudah berdoa agar tidak di pertemuan dengan mereka lagi. Namun ternyata Tuhan berkata lain. Tuhan masih ingin mempertemukan mereka. Entah untuk apa. Laura masih menebak.

Dia mulai menaiki tangga mezzanine, sesampainya di lantai mezzanine itu. Hanya ada satu pintu yang terlihat dari tangga. Mungkin itu ruangan yang di maksud oleh resepsionis tadi.

Tok! Tok! Tok!

Laura mengetuk pintu perlahan. Nafasnya tertahan. Mengingat tatapan tajam dari pria itu kemarin berhasil membuatnya bergidik.

Fred membukakan pintu. Menatapnya tajam. Lalu menyuruhnya masuk. Saat Laura masuk ke dalam ruangan itu. Matanya menangkap sosok pria yang dia yakini bernama Aaron De Luca.

"Permisi, tuan." Ucapnya di depan pintu yang sudah di tutup oleh Fred.

Pria yang bernama Aaron itu menatapnya tajam dari ujung rambut hingga ujung kaki. Seakan memperhatikan setiap jengkal dari tubuh Laura. Tak ada yang luput dari pandangannya. Hingga sehelai benang di lengannya pun tak luput.

Laura yang di pandang seperti itu menjadi salah tingkah. Dia merasa tak nyaman disini. Di tambah Fred sedikit mendorong lengannya agar melangkah maju. Dia melangkah dengan pelan, kakinya seakan berat sekali sekarang. Sampai dia berdiri di depan meja kerja Aaron.

"Duduk!" Ucap Aaron yang pandangannya yang tak lepas dari Laura.

Laura dengan gugup duduk di kursi depan Aaron. Mencuri-curi pandang ke arah Aaron yang terus menatapnya tajam. Dia tak bisa menjelaskan arti tatapan itu. Apakah pria ini masih marah karena dia menabrak mobilnya? Atau yang lain? Sungguh, Laura seakan terjebak di ruangan ini.

Diamnya seorang Aaron mampu mengintimidasi dirinya. Tak perlu kata-kata panjang dan menusuk. Cukup dengan tatapan tajam seperti elang sudah berhasil membuat Laura terpaku.

"Maaf, tuan. Saya datang kemari untuk.. untuk bertanggung jawab atas kejadian kemarin." Ucap Laura sedikit terbata-bata.

"Tugas mu membersihkan mezzanine ini!" Ucap Aaron yang terdengar menusuk setiap syaraf Laura.

"Ha.. hanya mezzanine ini, tuan?" Tanya Laura kebingungan di beri tugas itu.

Dia berpikir, membersihkan mezzanine ini setiap hari bukanlah masalah baginya. Namun, bukankah itu aneh? Hanya mezzanine?

"Kau keberatan?" Tanya Aaron.

"Tidak, tuan."

"Kau di larang keluar dari mezzanine ini sampai jam kerja selesai!" Ucap Aaron.

Sontak Laura membelalakkan kedua matanya. Satu pertanyaan tiba-tiba menyeruak dan keluar dari mulutnya.

"Kenapa?"

Namun kali ini pria yang berusia sekitar 35 tahun itu tak bergeming. Dia bangkit dari kursi kekuasaannya. Tingginya sekitar 190 cm dengan badan yang besar dan padat. Laura dapat melihat sedikit otot-otot di lengannya yang tertutup jas hitam.

Aaron mendekati Laura, duduk di ujung meja yang tepat di hadapan Laura. Membuat Laura menelan ludahnya dengan kasar. Dia seakan salah bicara kali ini. Walaupun itu hanya satu kata. Satu pertanyaan yang wajar.

"Ma.. Maaf, tuan!" Ucapnya menundukkan kepala.

Dia merasa, Aaron ini lebih mengerikan daripada Ben yang dingin. Bahkan jika kengerian Ben di tambah Maggie ibunya pun masih kurang. Apa mungkin karena dia baru mengenalnya, atau mungkin karena usia mereka yang terpaut jauh. Mungkin perbedaan usianya mereka sekitar sepuluh tahun. Namun, Aaron nampak jauh lebih muda dari itu. Dan.. Perkasa.

"Kau dengar perintah ku?" Tanyanya dengan suara yang dingin dan serak.

Seketika Laura mengangguk mengiyakan. Tak mau memprovokasi pria ini lebih jauh lagi. Dia takut salah bicara lagi.

"Apa?" Tanya Aaron.

"Tu.. Tugas saya.. Membersihkan mezzanine ini.. Dan.. Dan.."

"Dan apa?" Tanya Aaron lagi.

Laura menelan ludah lagi. Memejamkan kedua matanya untuk menenangkan diri. "Dan.. tidak boleh keluar dari mezzanine selama jam kerja."

"Bagus!" Ucap Aaron.

Laura mengangguk cepat. Dia tak berani menatap Aaron. Hanya menundukkan kepala selama menjawab pertanyaan Aaron.

Bersambung...

.

1
Adi Putra
🔥🔥🔥
mahessa
udah terlambat
Riska Rosiana
bunuh aja tuuu
Riska Rosiana
apa ben pelakunya?
Olivia
🔥🔥🔥🔥🔥
Adi Putra
to the point amatt
Adi Putra
mulai panas ini dirty novel🤣
Olivia
when mama ketemu papa mu nak, guru nabrak mobil e sek🤣
Adi Putra
karakter ben baru muncul
mahessa
trap laura
mahessa
karya baru gudu lebih membakar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!