NovelToon NovelToon
Gadis Magang Milik Presdir

Gadis Magang Milik Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Black moonlight

Demi melanjutkan pendidikannya, Anna memilih menjadi magang di sebuah perusahaan besar yang akhirnya mempertemukannya dengan Liam, Presiden Direktur perusahaan tempatnya magang. Tak ada cinta, bahkan Liam tidak tertarik dengan gadis biasa ini. Namun, suatu kejadian membuat jalan takdir mereka saling terikat. Apakah yang terjadi ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black moonlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dansa

Malam itu akhirnya tiba. Udara masih lembab setelah hujan sore tadi, membuat aroma tanah basah samar-samar ikut menempel pada angin malam. Jalan kecil tempat kontrakan Anna berada tampak sunyi. Lampu jalan yang redup membuat bayangan rumah-rumah saling menimpa dan membentuk siluet tak beraturan. Hanya satu hal yang terlihat terlalu mencolok untuk berada di kawasan sempit itu: sebuah mobil mewah hitam pekat yang terparkir rapi di depan kontrakan Anna.

Di samping mobil, Gema berdiri sambil memeluk tubuhnya karena udara dingin. Di sisi lain, Liam berdiri tegap dengan setelan gelap yang membentuk siluet sempurna tubuh atletisnya. Perpaduan antara mobil mewah, parfum mahal Liam, dan elegansinya terasa begitu bertolak belakang dengan lingkungan sederhana itu.

“Pak, ini beneran alamatnya?” tanya supir sambil melirik kontrakan sederhana yang pintunya sudah mulai lapuk dimakan usia.

Liam hanya mengangguk pelan tanpa menoleh. “Iya. Ini rumah Anna.”

Gema mendesah, setengah kagum, setengah bingung. “Kontrakan gini… tapi kerjaannya mandorin hidup lo tiap hari. Ironis juga ya.”

Liam tidak menjawab. Sejak tadi perhatiannya fokus pada satu titik: pintu kontrakan yang tertutup rapat. Sudah sepuluh menit ia menunggu, dan entah mengapa, jantungnya terasa sedikit tidak tenang. Ada perasaan asing yang belum pernah ia rasakan sebelumnya—sejenis ekspektasi.

Tiba-tiba terdengar bunyi kecil dari dalam, suara engsel pintu beradu, lalu… pintu itu terbuka perlahan.

Sosok yang muncul membuat Gema langsung menahan napas.

Anna keluar dengan langkah ragu. Rambutnya yang digelung elegan nampak lembut dan berkilau. Gaun hitam sederhana namun elegan jatuh mengikuti garis tubuhnya, tidak berlebihan, tidak mencolok, tapi justru itu yang membuat penampilannya memikat. Wajahnya hanya dipoles tipis, namun cukup untuk memancarkan kesan lembut dan anggun.

Gema memicingkan mata, lalu membelalak.

“Li… itu beneran Anna?”

Liam tidak menjawab. Napasnya sempat tertahan sepersekian detik. Ia mengenali Anna dari caranya melangkah—pelan, berhati-hati, seperti selalu takut mengganggu ruang orang lain. Namun wujud Anna malam itu sama sekali berbeda dari gadis yang tiap pagi ia lihat berlari kecil membawa dua gelas kopi dan setumpuk berkas.

Liam menelan ludah tanpa sadar.

Anna berhenti tepat di depan mereka, memegangi ujung gaunnya karena gugup. “M–malam, Pak… Gema.”

Gema melirik Liam, kemudian berbisik, pelan tapi jelas, “Li, sumpah… dia cantik.”

Liam menghela napas pendek. “Lihat saja sendiri.”

“Terserah lo,” gumam Gema sambil memutar bola mata, walau jelas ia pun tak bisa mengalihkan pandangannya dari Anna.

Anna berdiri kaku, tidak tahu harus menaruh tangan di mana. “Maaf kalau lama, Pak… saya takut gaunnya salah…”

Liam membuka pintu mobil tanpa bicara.

“Masuk.”

Nada suaranya tenang tapi dalam, membuat Anna refleks menurut. Pipinya memanas tanpa alasan yang ia mengerti. Mungkin karena cara Liam menatapnya barusan—bukan seperti bos menatap sekretarisnya, tetapi seperti seseorang melihat sesuatu yang tidak ia duga akan membuatnya terkesan.

Perjalanan menuju ballroom hotel tempat gala diselenggarakan sebagian besar berlangsung diam. Gema sesekali melirik Anna lewat refleksi kaca dan menggeleng kecil, masih tak percaya.

Sementara itu, Anna meremas jemarinya sendiri. Ia tadi sudah ke salon, sudah membeli gaun, sudah mencoba berdandan sebaik mungkin. Tapi tetap saja… berada di dalam mobil mewah milik Liam, duduk di samping pria itu, dengan wangi parfum mahal memenuhi ruang sempit, membuatnya merasa seperti masuk ke dunia yang bukan miliknya.

Dia berusaha mengatur napas agar tidak terlalu gugup, terutama karena Liam terus-menerus memandangi layar ponselnya tanpa ekspresi. Namun entah mengapa, kehadirannya terasa berat malam ini—seperti ada sesuatu yang ia sembunyikan.

Ballroom hotel berkilau dengan lampu kristal yang menggantung megah. Para tamu datang dengan pasangan masing-masing, mengenakan gaun dan setelan mahal. Latar musik klasik pelan membuat suasana semakin elegan.

Begitu Liam masuk, beberapa kepala langsung menoleh. Reputasinya sebagai presdir muda sukses sudah cukup untuk membuat orang-orang memperhatikan.

Namun fokus mereka bergeser cepat… menuju Anna.

Gadis yang biasanya hanya terlihat dengan kemeja putih dan rok pensil kini tampil bagaikan bintang jatuh—tak pernah diprediksi namun sulit untuk tidak diperhatikan. Tatapan-tatatan kagum, bisik-bisik, sapaan basa-basi mulai terdengar.

Anna menunduk dalam-dalam. Ini terlalu mewah. Terlalu ramai. Terlalu asing.

Liam menyadari kecanggungan itu dan mendekat setengah langkah. “Ikuti saja. Jangan terlalu dipikirkan.”

“Baik, Pak.”

Namun baru beberapa menit mereka memasuki ruangan… aroma masalah langsung terasa.

Dari seberang ballroom, seorang wanita bergaun emas berdiri bersama seorang pria tampan. Wanita itu tersenyum—senyum yang tidak ramah. Senyum mengenal.

Anna memperhatikan perubahan ekspresi Liam. Lelaki itu mendadak menegang, garis rahangnya mengeras.

Gema berbisik pelan, “Li… itu bukannya–”

“Iya,” potong Liam datar. “Mantan.”

Dan seolah semesta ingin memperkeruh suasana, mantan Liam melambai pelan ke arah mereka, seperti memamerkan sesuatu.

Tunangannya.

Anna yang melihat perubahan sikap Liam mulai panik. “Pak… apa saya harus menjauh dulu?”

Liam menoleh tajam. “Tidak.”

Ia mendekat, jarak di antara mereka nyaris hilang.

“An,” panggilnya dengan suara rendah namun tegas.

Anna menegakkan bahu. “Ya, Pak?”

“Saya butuh bantuan kamu.”

Anna menelan ludah. “Bantuan… apa?”

Liam menghela napas panjang, memasukkan tangannya ke saku. Lalu, tanpa banyak drama, ia mengeluarkan satu kalimat pendek yang membuat napas Anna membeku.

“Saya beri kompensasi tiga kali gaji kamu… kalau kamu mau berdansa mesra dengan saya malam ini.”

Anna hampir tersedak udara.

“A–apa, Pak? K–kenapa saya?”

“Jangan banyak tanya,” ucap Liam cepat, sorot matanya jelas memohon namun dibalut gengsi pria dewasa. “Kamu butuh uang, kan?”

Anna terdiam.

Pertanyaan itu seperti pisau yang menyingkap kenyataannya: iya, dia butuh uang. Untuk bayar kontrakan, untuk kuliah, untuk adiknya di kampung.

Namun bukan itu yang membuatnya mengangguk.

Yang membuatnya mengangguk adalah cara Liam menatapnya—bukan sebagai sekretaris, bukan sebagai bawahan… tetapi sebagai satu-satunya orang yang bisa menolongnya saat ini.

“Baik, Pak…” jawab Anna lirih. “Saya bersedia.”

Liam mengulurkan tangan.

“Kalau begitu, mari.”

Jantung Anna berdebar.

Tangannya terulur.

Begitu jarinya menyentuh jemari Liam… dunia di sekeliling mereka terasa memudar.

Lampu-lampu kristal, kerumunan tamu, musik ballroom—semua seakan menjauh, menyisakan satu kenyataan sederhana.

Bahwa malam ini…

…Anna bukan hanya sekretaris Liam.

Ia adalah seseorang yang Liam pilih untuk berdiri di sisi dirinya.

Entah dengan alasan apa pun—entah karena mantan, gengsi, atau permainan citra—tapi di tengah kerumunan itu, hanya Anna yang Liam minta untuk memegang tangannya.

Dan itu cukup membuat dunia Anna sedikit berputar.

Sementara Liam… merasakan sesuatu yang tidak ia harapkan.

Keberadaan Anna membuatnya sedikit lebih tenang.

Lebih percaya diri.

Seolah gadis itu adalah jangkar kecil yang ia butuhkan, tanpa ia sadari selama ini.

Malam pun berlanjut. Namun bagi keduanya, ini baru permulaan.

1
Evi Lusiana
liam sm ana yg galau,aku yg baper thor,di tunggu up ny thor🙏
Evi Lusiana
ana gk peka dg perasaan liam
elistya suci
up lagi dong thor🙏🙏🙏
Evi Lusiana
gengsi lo gdein liam
Noer Edha
karya ini membuat kita masuk dalm arus ceritqnya...setiap kalimatx tersusun..dan memuaskan bagi sqya yang membacanya..
Evi Lusiana
sial bner nasib ana thor punya boss ky gk puny hati
Evi Lusiana
dasar boss aneh,msih mencari² titik lemah ny seseorang yg bnr² cerdas
Evi Lusiana
kesempatan datang bwt ana
Drezzlle
udah jatuh tertimpa tangga ya rasanya pasti
Evi Lusiana
betul kt lusi,ceo kok gk profesional
Evi Lusiana
egois gk sih si liam,jd bos besar hrsny profesional kko pun mo memberi hukuman sm ana y gpp tp jgn smp smua org jd mengucilkany krn kmarahan liam sm smuany
Evi Lusiana
bagus critany thor,perusahaan yg tdk hny mnilai fisik lbih k kmampuan calon karyawan ny
Evi Lusiana
percayalah ana tiada perjuangan gg sia2
Evi Lusiana
mewek bacany thor,bayangin hdp merantau sndr menanggung beban sndri
Evi Lusiana
semangat ana kebahagiaan menantimu
Valen Angelina
makanya Liam jgn jahat2 ..nnti jatuh cinta gmn wkwkwkw🤣
Valen Angelina
bagus ceritanya...moga lancar ya 💪💪💪
Valen Angelina
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!