Cinta sejati seharusnya hanya terjadi sekali dalam hidup. Tapi bagi Alia, cinta itu datang berkali-kali, di dunia yang berbeda, dengan waktu dan takdir yang terus berganti.
Sejak kematian suaminya, Arya, hidup Alia telah kehilangan warna. Hingga suatu malam, alam semesta seolah mendengar jerit hatinya, Alia pun bertransmigrasi ke dunia paralel di mana Arya masih hidup.
Yang ajaib, Alia tidak hanya bertransmigrasi ke satu dunia paralel, melainkan dia terus berpindah-pindah ke berbagai dunia yang berbeda.
Di satu dunia paralel, Alia adalah sekretaris dan Arya adalah seorang CEO. Di dunia lainnya, dia remaja SMA sementara Arya adalah kakak kelas yang populer. Bahkan, ada dunia di mana ia menjadi seorang tante-tante sedangkan Arya masih seorang berondong muda. Dan masih banyak lagi situasi paralel yang lainnya.
Ini adalah perjalanan seorang wanita yang tak pernah bosan membuat pria yang sama jatuh cinta.
Jadi mari kita ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arc Maulana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alia Bukan Gadis Sembarangan
Tak terasa, sudah satu minggu lebih Alia berada di dunia ketiga. Selama itu, Alia tidak setiap hari bertemu dengan Arya. Namanya juga pekerja paruh waktu, dalam satu minggu mereka hanya kerja paling tiga atau empat hari. Itu pun, terkadang Alia dan Arya tidak bekerja di waktu yang sama.
Tapi, Alia tak kecewa dengan situasi tersebut. Dari awal dia sudah berencana kalau dia akan mendekati Arya secara pelan-pelan. Yang paling penting dilakukan sekarang, adalah membuat Arya tahu kalau Alia tidaklah sama dengan wanita lainnya. Baru setelah itu, Arya akan mulai tertarik padanya.
Di satu hari kamis, kebetulan Arya dan Alia bekerja di hari tersebut. Kebetulan juga, mereka bertemu di perjalanan menuju restoran.
"Gimana, apa kamu udah mulai terbiasa dengan dengan pekerjaan di restoran?" tanya Arya membuka percakapan.
"... Udah. Berkat Kak Arya yang mengajariku dengan baik, semua jadi terasa lebih lancar."
"Enggak. Kamunya sendiri yang hebat. Manager sampai memuji keterampilan kamu saat menghadapi pelanggan."
Di dunia mana pun, Alia tidak pernah bekerja sebagai waiters sebelumnya. Tapi sebagai orang dewasa yang sudah mengetahui dunia kerja, tak sulit buatnya beradaptasi.
...----------------...
Di hari itu restoran cukup ramai. Arya dan Alia harus bolak-balik sana-sini melayani pengunjung yang tampaknya tak berkurang sedikit pun meski sudah berjam-jam terlewati.
Situasi masih bisa terkendali di awal, hanya ketika mau menjelang malam, pas sudah hampir waktunya Arya dan Alia pulang, sesuatu terjadi.
"Woi! Gue mau makan! Gue juga punya uang untuk bayar! Kenapa lu malah mau ngusir gue!" Seorang pelanggan berteriak membuat semua orang menoleh kearahnya.
"Saya bukan mau mengusir, tapi sekarang restoran sedang penuh. Jika berkenan, Anda bisa tunggu dulu sebentar." Yang berhadapan dengan pelanggan itu ialah Arya. Dan dia masih berusaha bersikap sopan walau orang di depannya tidak.
"Gue udah lapar! Masa gue masih disuruh nunggu! Restoran macam apa ini!?" Si pelanggan pria ini menunjuk-nunjuk wajah Arya. "Pokoknya gue mau makan sekarang! Kalau enggak, gua acak-acakan tempat ini sekarang juga!"
"Tolong tenanglah Pak! Saya tidak bisa apa-apa kalau kursinya sedang penuh." Arya tak tahu cara menghadapi keegoisan si pria. Sementara itu, Alia pun berjalan mendekati tempat kejadian.
"Usir aja mereka!" Si pria menunjuk satu keluarga yang sedang duduk tenang. "Tuh ada anak kecil! Suruh aja anak kecil itu dipangku ibunya! Jadi gue bisa duduk di kursi itu kan!?"
Kau kira ini angkot!?
Sahut Arya dalam hati.
Si pria ini mungkin mabuk, dia sampai tak paham betapa tak masuk akalnya hal yang dia perdebatkan.
"Hei bocah, menyingkir lu!" Tanpa diduga, si pria coba mencengkram tubuh si anak kecil itu.
Sontak ayah dan ibu anak tersebut panik. Tapi, Arya lebih cepat menahan tangan si pria. "Pak, tolong tahan diri Anda! Jika tidak, saya bisa panggil pihak berwajib!"
Plak!
Si pria dengan kekuatannya menampar Arya tanpa menahan diri.
Arya yang tak siap pun terjatuh ke lantai. Pengunjung lain juga kaget. Para pekerja lain pun siap maju membantu, tapi Alia sudah lebih dulu tiba di dekat Arya.
"Apa!? Apa lu juga mau gue hajar! Jangan kira gue bakal menahan diri cuma gara-gara lu cewek!" Dari dekat, aroma tak mengenakan keluar dari mulut si pria. Dia benar-benar di bawah pengaruh alkohol.
Alia sekilas melirik ke arah Arya. Menemukan bekas merah di pipi Arya, emosi memuncak di hati Alia. Alia lantas tak segan melepaskan tendangan ke perut si pria.
Bhum!
"Uughk!"
Si pria kesakitan sampai merasa sesak. Dia tak menyangka seorang wanita bisa sekuat ini.
"B-Berani-beraninya lu!"
Si pria mau balas menyerang, tapi Alia gesit menghindar. Memanfaatkan momentum, Alia menangkap tubuh si pria lalu membantingnya keras ke lantai.
Baaam!
Si pria seketika kehilangan kesadarannya.
"...."
Arya mulutnya menganga. Pengunjung lain juga awalnya terdiam. Namun tak berapa lama kemudian, mereka bertepuk tangan. Mereka salut dengan Alia.
...----------------...
Setelahnya, si pria pengacau dibawa ke ruangan belakang. Pihak polisi sudah dipanggil, nanti pria itu bisa diserahkan ke mereka.
Alia sendiri setelah mendapat apresiasi dari manager lanjut mengobati pipi Arya yang bengkak serta lecet.
"Aku gak nyangka kamu sekuat itu?" kata Arya sambil menahan rasa perih di pipi.
"A-Aku cuma sempet belajar bela diri," jawab Alia pelan.
Sebenarnya, Alia belajar bela dirinya di dunia pertama. Di dunia ketiga ini, fisik Alia malah tak begitu bagus. Beruntung, teori-teori bela diri masih dia kuasai, dan si pria tadi juga tidak terlalu kuat, jadinya Alia bisa mengatasi keadaan.
"Keren," mata Arya berbinar saat menatap Alia.
"...." Sedangkan Alia di sisi lain cuma bisa tersenyum kaku.
...----------------...
Selesai menutupi pipi Arya menggunakan perban, mereka pun pulang. Seperti biasa, mereka berjalan bersama sampai sebuah perempatan. Dulu, Arya merasa bertanggung jawab harus mengantar Alia pulang sampai ke rumah, tapi setelah kejadian tadi di restoran, Arya justru merasa malu.
"Aku sok-sokan nganter kamu pulang. Padahal kamu bisa menjaga diri sendiri dengan lebih baik," ucap Arya seraya memasang senyum pahit. Harusnya mungkin Alia lah yang mengantar Arya, dinilai dari berapa kuatnya Alia.
"Eh? Itu tidak benar! Aku tetep merasa lega kalau Kakak bisa mengantar saya pulang," tegas Alia.
Mata mereka pun saling tatap-tatapan.
"Ya udah, kalau begitu aku antar kamu pulang lagi." Arya memutuskan hal itu karena tatapan Alia seakan menghipnotisnya.
"Makasih, Kak." Alia yang masih mempertahankan sifat lugu dan pemalu, menundukkan kepala. Dia sampai memperlihatkan senyum yang membuat Arya tertegun sesaat.
Alia sangat imut.
Siasat Alia terbukti berhasil, karena perlahan tapi pasti sosoknya mulai masuk ke hati Arya
...----------------...
Sesampainya di depan rumah Alia, Arya hendak langsung mau pergi. Namun, pintu rumah tiba-tiba terbuka. Sosok Amira muncul mengagetkan.
"Hm? Alia? Ini teman kamu?" tanya Amira sembari matanya memperhatikan Arya.
"D-Dia kakak kelas aku di sekolah, dan juga senior di tempat aku kerja," jawab Alia.
"Oh ... Terima kasih sudah mau repot-repot mengantar anak Tante," kata Amira kepada Arya.
"E-Enggak repot kok, Tante." Arya sedikit gugup.
"Apa kamu mau masuk dulu? Udah malam juga, gimana kalau kamu sekalian aja makan malam aja di sini?" tawar Amira.
"Gak usah, Tante! Gak usah ngerepotin." Arya tak enak kalau diundang mendadak seperti ini.
"Enggak repot kok," jawaban Amira persis dengan jawaban Arya sebelumnya.
"...." Arya jadi tak tahu lagi cara menolaknya.
"Kebetulan Tante juga masak terlalu banyak. Sayang kalau gak habis. Alia juga pasti senang kalau kamu mau mampir dulu."
Arya melirik Alia, tapi Alia malah membuang muka malu. Dan di tatap Amira makin membuatnya sulit menolak.
Akhirnya, Arya cuma bisa mengangguk.
Amira pun mempersilahkan Arya masuk duluan. Yang Arya tak sadari, dibelakangnya, Amira dan Alia sama-sama tersenyum. wajah ibu dan anak itu sumringah karena rencana mereka berhasil.
Yang Arya tak ketahui, sebelum tiba di rumah, Alia sudah lebih dulu mengirim pesan ke ibunya. Mengundang Arya makan malam adalah idenya Alia. Tapi Alia tahu kalau dia sendiri yang mengundang Arya, kemungkinan Arya menolak sangatlah tinggi, makanya Alia meminta bantuan Amira.
Arya yang memasuki rumah tak tahu dirinya telah memasuki sebuah perangkap.
Perangkap di mana dia bisa saja berakhir jadi bagian dari keluarga itu.