Masuk ke situs gelap. Cassia Amore nekat menjajakan dirinya demi bisa membiayai pengobatan ibunya. Kenekatan itu membawa Amore bertemu dengan Joel Kenneth pengusaha ternama yang namanya cukup disegani tak hanya bagi sesama pengusaha, namun juga di dunia gelap!
“Apa kau tuli, Amore?” tanya Joel ketika sudah berhadapan langsung tepat dihadapan Cassia. Tangannya lalu meraih dagu Cassia, mengangkat wajah Cassia agar bersitatap langsung dengan matanya yang kini menyorot tajam.
“Bisu!” Joel mengalihkan pandangan sejenak. Lalu sesaat kembali menatap wajah Cassia. Maniknya semakin menyorot tajam, bahkan kini tanpa segan menghentakkan salah satu tungkainya tepat di atas telapak kaki Cassia.
“Akkhhh …. aduh!” Cassia berteriak.
“Kau fikir aku membelimu hanya untuk diam, hmm? Jika aku bertanya kau wajib jawab. Apalagi sekarang seluruh ragamu adalah milikku, yang itu berarti kau harus menuruti semua perkataanku!” tekan Joel sangat arogan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fakrullah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER—6
“Akhhh!!!” Joel menusukkan miliknya tanpa aba-aba. Tentu hal tersebut langsung membuat Cassia memekik kesakitan. Tapi Joel tak lantas berhenti begitu saja. Terus mengulangi lagi dan lagi sampai ke empat kalinya.
Buliran cairan bening mengalir dari ujung mata Cassia. Wanita itu ingin melawan, namun tidak bisa karena kedua tangan juga kaki yang terikat.
Sakit… rasanya benar-benar sakit. Cassia merasa tubuhnya seperti hendak dibelah. Belum sepenuhnya dilakukan, tapi wanita itu sudah merasakan kesakitan yang begitu luar biasa.
‘Ternyata… seperti ini rasanya pertama kali bercinta? Tapi kenapa orang-orang itu melakukannya dengan sangat mudah? Bahkan berulang-ulang. Apa mereka tidak waras? Atau hanya aku?’
Cassia memejam. Ia membayangkan bagaimana kesediaan gadis di luar sana yang dengan rela menyerahkan harta paling berharganya kepada kekasih mereka—dengan dalih bukti cinta?
Rasanya benar-benar sakit. Apa mungkin karena itu peribahasa mengatakan jika wanitalah yang dirugikan jika sudah terlalu banyak berkorban? Menyerahkan tak hanya harga diri, tapi segalanya. Namun setelahnya malah ditinggalkan?
Pemikiran itu membuat Cassia teringat pada kekasihnya. Tempo hari… Luke juga pernah meminta hal ini darinya. Tapi Cassia menolak, karena tidak ingin menyerahkan seluruh dirinya hanya untuk membuktikan sebuah cinta. Namun dilain hal, Luke juga sudah banyak berkorban terhadapnya?
Belakangan semenjak semakin parahnya penyakit sang ibu. Luke sudah banyak sekali membantu Cassia. Hubungan keduanya sudah berjalan lebih dari dua tahun, dan Luke sudah menghabiskan hampir setengah dari tabungannya.
Hal itu pula yang membuat Cassia merasa mantap untuk mengambil langkah nekat ini. Ia tak ingin terus membebani Luke, apalagi sampai menghabiskan seluruh tabungan pria itu. Hal tersebut memang cukup membantu, tapi tidak bisa benar-benar mengcover seluruh pengobatan ibunya—akan sia yang hanya membuat Luke menderita karena sudah ikut dibebankan oleh penyakit sang ibu.
Cassia mencintai Luke. Maka dari itu ia mengambil langkah ini. Meski salah, tapi Cassia tidak punya pilihan. Dari pada membuat Luke sengsara, lebih baik biarkan ia saja yang menanggung semua.
‘Maafkan aku, Luke… maafkan aku. Aku telah mengkhianati cinta kita, tapi inilah jalan satu-satunya agar aku bisa segera membebaskan belenggu dari pundakmu serta mengobati ibuku.’
Perasaan bersalah bergelayut. Tapi inilah jalan satu-satunya agar Cassia bisa menyelamatkan orang-orang terkasihnya. Sang ibu yang sedang koma, serta Luke yang sudah banyak berkorban. Membuat Cassia semakin mantap menahan kesakitannya atas tindakan Joel yang sedang membobol dirinya.
Tak tahan melihat raut kesakitan Cassia. Akhirnya Joel menghentikan gerakannya. Ingin men jeda, untuk memberi ruang Cassia sekadar mengatur napas. Tapi Cassia malah memprovokasi agar terus melanjutkan.
“Kenapa berhenti? Apa cuma segini ketangguhan anda? Ck, ternyata benar ukuran big size tidak menjamin sebuah keperkasaan. Terlalu cepat lemah, bahkan sebelum benar-benar menjebol sebuah gawang!” bisik Cassia di daun telinga Joel.
Kalimat tersebut benar-benar mencabik harga diri seorang Joel. Pria itu menggeram. “Padahal aku ingin berbaik hati memberimu ruang untuk beradaptasi dengan ketidaknyamanan ini, karena ini merupakan kali pertamamu. Tapi sepertinya hal itu tidak perlu, karena sepertinya kau wanita yang tangguh,” ucap Joel menyipitkan pandangan menatap mata Cassia.
Rahangnya mengeras juga satu tangannya terkepal akibat provokasi Cassia—yang mana hal tersebut membuat Joel tak lagi enggan untuk bersikap lebih proaktif dalam meruntuhkan dinding pertahanan Cassia.
Cassia memejam. Joel semakin mendesak masuk ke dalam diri Cassia. Wanita itu terus mempertahankan ketenangannya di tengah ledakan kesakitan yang ia rasa. Sampai tak lama akhirnya dinding pertahanan itu runtuh juga.
Joel benar-benar sudah mendapatkan Cassia sepenuhnya. Ia diam sesaat memandang wajah Cassia yang sudah dipenuhi keringat karena perbuatannya. Joel menyeka dahi Cassia dengan telapak tangan, kemudian mengecup singkat kening wanita itu dengan sangat lembut.
Cassia terkesiap. Matanya membuka menatap sayu pada kedua manik Joel yang juga sedang menatapnya. ‘Apa yang barusan dilakukan pria ini? Kenapa ia….’
“Sekarang kau sudah benar-benar jadi milikku, Amore… dan jangan harap jika aku akan melepaskanmu,”ucap Joel yang terdengar begitu ambigu di telinga Cassia.
Bersambung.
.
