Sera, harus kehilangan calon anak dan suaminya karena satu kecelakaan yang merenggut keluarganya. Niat ingin berlibur malah menjadi petaka.
Sera bersedih karena kehilangan bayinya, tapi tidak dengan suaminya. Ungkapannya itu membuat sang mertua murka--menganggap jika Sera, telah merencanakan kecelakaan itu yang membuat suaminya meninggal hingga akhirnya ia diusir oleh mertua, dan kembali ke keluarganya yang miskin.
Sera, tidak menyesal jatuh miskin, demi menyambung hidup ia rela bekerja di salah satu rumah sakit menjadi OB, selain itu Sera selalu menyumbangkan ASI nya untuk bayi-bayi di sana. Namun, tanpa ia tahu perbuatannya itu mengubah hidupnya.
Siapakah yang telah mengubah hidupnya?
Hidup seperti apa yang Sera jalani setelahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anting Kupu-kupu
"Alex, coba kamu buka, kok pintunya jadi macet gini." Darren meminta Alex untuk mencobanya, Alex berusaha menarik pintu itu tetapi handle pintunya sangat kaku, seperti ada yang menariknya dari dalam.
"Tuan, apa ada seseorang di dalam?"
"Siapa yang berani masuk ke kamar saya." Darren, mengambil alih handle pintu itu, ia terus menariknya tetapi ada perlawanan dari dalam. Seperti apa yang dikatakan Alex.
"Sial! Siapa, sih yang bermain di dalam," umpat Darren. "Alex, dobrak pintunya," titah Darren, karena ia sudah kesal. Sera, semakin dihantui rasa takut, ia mulai bingung mencari tempat sembunyi.
"Aduh, gimana ini."'
Sedangkan di luar, Alex sudah siap mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu kamar Tuannya. Namun, ketika siap mendobrak tiba-tiba pintu itu terbuka spontan Alex, terhuyung dan terdampar di atas lantai.
"Aduh! Tuan ...."
Bukannya menolong Alex, Darren, langsung mencari seseorang yang menyelinap ke kamarnya. Di setiap sudut, ruangan, dan toilet tapi tidak menemukan siapapun.
"Alex, nanti kamu tolong hubungi tukang untuk memperbaiki pintu kamarku."
"Urusan tukang gampang Tuan, tapi tolonglah aku dulu," ucapnya, spontan Darren langsung mendekat, membantu Alex untuk bangun.
"Aduh ... pinggangku," gumam Alex, yang menyentuh pinggangnya.
"Aneh, pintunya tiba-tiba macet. Alex, kamu minta sama Bi Inah, dia suka punya minyak urut mungkin bisa mengobati pinggangmu."
"Hmm ...." Alex, hanya bergumam lalu pergi.
Sementara Darren, ia langsung menutup pintunya setelahnya, pria itu membuka seluruh pakaian di depan ranjangnya. Tanpa Darren, tahu, Sera bersembunyi di balik lemari yang kini sedang melihat tubuh polosnya.
"Oh, tidak! Kenapa aku harus melihat ini." Sera, memejamkan mata. Ia sengaja membuka sedikit pintu lemari agar bisa bernafas.
"Apa dia sudah pergi," gumam Sera, yang kembali mengintip. Seketika tawanya lepas tanpa suara. Sera, ingin berjingkrak ketika melihat celana boxer bermotif angry bird yang Darren pakai.
"Laki-laki itu sok sangar, tapi nyatanya penggemar angry bird. Kayak anak TK aja, gak ada gambar lain apa untuk dijadikan motif boxer," gumamnya yang terus mengejek.
Sera, terus tertawa sampai tidak sadar jika Darren, sedang menuju ke arahnya. Tawa Sera seketika terhenti, ketika Darren membuka pintu lemari. Sera, mendengar Darren bergumam yang mencari handuknya.
Sera, memindai setiap kain di atasnya, ia pun bernafas lega setelah memastikan tidak ada handuk di lemari yang ia tempati. Detik, demikian suara gemericik air terdengar dari dalam kamar mandi. Sudah bisa Sera, pastikan jika Darren sedang mandi.
Perlahan, Sera membuka pintu lemari lalu keluar dengan cara mengendap. B0d0hnya ia malah menuju kamar mandi hanya untuk mendengar suara Darren, dari dalam. Setelah itu barulah ia melangkah keluar tapi tiba-tiba ...
"Kamu!"
Mata Sera, membola ia segera menutup mulut Alex dengan tangannya.
"Tuan, saya akan membayar ganti rugi jadi ikutlah," ujar Sera, menyeret Alex keluar dari kamar itu.
Sera, membawa Alex ke sebuah tempat sepi. Di atas rooftop yang lenglang, hanya lahan kosong penuh dengan bunga. Sera, pun melepaskan tangannya dari mulut Alex.
"Kamu ngapain di sini? Apa kamu mengikuti kami? Atau kamu membuntuti Tuanku?"
"Pak Alex, dengarkan saya dulu!" Sera, terus celingukan takut jika ada orang yang melihatnya.
Alex, yang dipanggil dengan sebutan 'Pak' mendelik. "Hmm ... saya tidak suka dipanggil 'Pak' apa saya setua itu. Panggil nama saya aja," ungkap Alex. Sera, tahu nama itu dari kartu nama yang pernah Alex berikan.
"Baiklah, Alex. Ini ceritanya sangat panjang ... aku tidak tahu jika ini rumah Tuanmu. Jadi tolong ... jangan beritahu dia." Sera, memohon sambil menangkupkan kedua telapak tangannya.
"Kamu ini b0d0h atau apa. Jangan beritahu Tuan Darren, tapi kamu sendiri tinggal di sini. Sebenarnya apa niatmu kenapa ada di sini?"
Sera, menghela nafas panjang lalu berkata, "Saya menjadi ibu susu baby Lio."
Mata Alex membola. "Jadi kamu yang bernama Sera!"
"Ya, aku Sera. Tapi aku harus bagaimana ... Tuan ....."
"Tuan Darren."
"Ah, iya itu maksudku. Bagaimana jika Tuan Darren melihatku. Apa dia masih dendam padaku?"
"Sangat!" tegas Alex. "Apalagi, setelah kamu mengotori mobilnya, Tuan Alex tidak akan memaafkan siapapun yang merusak barang kesayangannya."
Sera, terdiam. Tubuhnya mendadak lesu, memikirkan nasib dirinya. Jika ia memundurkan diri, bagaimana dengan kontrak itu. Sera, sudah mendatangani kontrak kerjanya dengan Maudy, apalagi ia sudah meminta uang muka 20 juta.
"Ini aku bayar uang ganti ruginya yang kemarin. Kamu bilang padanya jika hutangku lunas."
Alex, menghitung lembaran uang yang Sera, berikan dalam amplop. Lalu memasukkannya ke dalam saku celana.
"Baiklah, aku akan berikan uang ini kepada Tuan Darren."
"Tunggu dulu," tahan Sera, ketika Alex hendak pergi. "Kamu janji untuk tidak memberitahukan Tuan Darren, jika aku di sini aku mohon ...." Sera, bersimpuh sambil memohon kepada Alex.
Alex, terdiam ia menjadi iba melihat permohonan Sera. "Baiklah, tapi aku tidak bisa menjamin jika Tuan Darren tidak akan pernah tahu ada kamu di sini. Jika kamu tidak ingin bertemu dengannya, kamu harus waspada dan jangan ceroboh."
"Ok!" Sera, mengacungkan jari tangannya yang menyerupai huruf O. Setelah, itu Alex, pergi meninggalkan rooftop dan Sera, bisa bernafas dengan lega.
Sera, kembali ke kamar Lio, di sana ada Maudy sedang menimang-nimang cucunya yang terus saja menangis meminta susu. Nia, menatap kesal, kepada Sera yang lama menghilang.
"Itu Nyonya, Sera baru datang. Dia ninggalin Lio terus."
"Sera, kamu dari mana saja, sih? Lio nangis dari tadi." Maudy mengomel.
"Pecat saja dia Nyonya, jika kerjanya gak bener."
"Diam kamu Nia! Jangan nyerocos Mulu, saya tambah pusing ini," sentak Maudy yang membuat Nia langsung diam. Awalnya Nia ingin mengompori agar Sera, kena omel majikannya.
"Sera, kamu dari mana saja?"
"Maaf, Nyonya ... tadi saya kebelet. Tiba-tiba sakit perut terus saya cari kamar mandi di bawah."
"Ngapain kamu cari kamar mandi ke bawah, di sini kan ada kamar mandi."
Sera, melirik pintu kecil di sebelah ujung kamar Lio, sontak ia nyengir kuda. Sera, kembali berkata "Tadi saya membuang popok Lio, Nyonya jadi saya ke kamar mandi bawah," alasannya yang berharap Maudy akan percaya.
"Ya, sudah ini cepat Lio susui. Lain kali jangan tinggalkan Lio sendiri, bagaimana jika dia jatuh."
"Iya, Nyonya maaf."
"Kamu minta Bi Inah nanti, untuk membelikan obat jika perut kamu masih sakit."
"Iya Nyonya."
Maudy, berjalan keluar. Nia, memandangnya kesal, sebab Maudy sama sekali tidak menyalahkan Sera apalagi sampai memarahinya. Wanita itu hanya bisa cemberut, yang semakin iri kepada Sera.
Sera, tidak peduli ia fokus menyusui Lio, sambil menyanyikan lagu tidur. Lio pun mulai tertidur dan melepas p*ting susunya. Sera, membenarkan dulu kemejanya. Lantas, menidurkan Lio di atas kasur.
Hari ini penuh dengan masalah, ia hampir saja dimarahi Maudy, karena sembunyi dari Darren.
"Sekarang aku bisa bersembunyi, tapi gimana dengan hari esok. Pokoknya aku tidak boleh dikenali oleh Tuan Darren, tapi bagaimana caranya."
Sera, menatap wajahnya dalam cermin. Sambil memikirkan apa perlu dia ubah dari penampilan rambutnya, atau wajahnya supaya Darren tidak mengenalinya.
"Apa aku potong rambut saja? Tuan Darren, hanya akan mengenaliku dengan rambut panjang, tapi ... bagaimana dengan wajahku?" Pikirnya yang menatap cermin.
Sera, memutar-mutar wajahnya, mencari area mana yang harus diubah. Namun, matanya menyipit ketika jari tangannya menyelipkan rambut panjangnya. Sebuah anting kupu-kupu yang menempel di daun telinga sebelah kiri, tetapi daun telinga sebelah kanan hanya polos tanpa riasan anting kupu-kupu. Sera, baru sadar jika antingnya hilang.
"Antingku, kapan jatuhnya? Hilang di mana dia?" Sera, mencari antingnya di sepanjang kamar.
Sementara di kamar sebelah, Darren baru saja keluar dari kamar mandi. Ia berjalan ke arah lemari yang hendak mengambil baju santainya, tetapi matanya menangkap satu sosok barang yang sangat asing.
Darren menyipit, tubuhnya berjongkok mengambil sebuah anting kupu-kupu.
"Punya siapa ini? Sejak kapan ada anting di sini."
"Apa ini punya Tamara," ucapnya yang melirik ke arah foto mendiang istrinya. Darren, tersenyum ia mendekat ke arah foto pernikahannya, senyumnya semakin mengembang di saat menatap lekat wajah sang istri.
Seketika senyumnya memudar di saat wajah sang istri berubah menjadi bayangan Sera. Darren, menepis pikirannya yang langsung menggeleng mencoba mengusir bayangan itu jauh.
"Kenapa tiba-tiba cewek absurd itu yang muncul. Dasar! Gara-gara dia hari-hariku menjadi buruk," umpatnya lalu memasukan anting itu ke dalam laci.
Tidak berselang lama, Alex datang ia memberitahukan Darren, jika Sera sudah membayar ganti ruginya.
"Tuan, wanita itu sudah membayar ganti rugi."
"Kapan?"
"Ini saya baru pulang bertemu dengannya. Dia hanya memberikan ini."
Darren, mengambil sebuah amplop coklat dari tangan Alex. "Kamu sudah hitung?"
"Sudah."
"Baguslah, jika dia menepati janjinya."
"Tuan, bagaimana jika kalian bertemu lagi? Apa kamu sudah memaafkannya?"
"Memaafkan kamu bilang, saya tidak akan pernah memaafkan wanita itu. Dia telah menjadikan hari-hariku buruk, jika bertemu lagi aku akan melemparnya ke tong sampah."
Alex, terdiam sampai menelan salivanya. Tatapan Darren begitu menakutkan apalagi ketika tangannya meremas amplop itu. Alex, tidak bisa bayangkan bagaimana jika Tuannya tahu bahwa wanita itu adalah ibu susu putranya.
...----------------...
Jangan lupa tinggalkan komentar
like, vote nya wajib sebanyak-banyaknya. Yuk dukung terus novel ini buat masuk ranking