 
                            Setelah kematian bayi malangnya yang baru saja lahir, tepat 2 jam setelah itu Ayu Maheswari tewas secara tragis ditangan suaminya sendiri. Jiwanya menolak mendapat perlakuan keji seperti itu. Ayu tidak terima. Ia berdoa kepada Tuhan-nya, meminta dibangkitkan untuk membalaskan dendam atas ketidak adilan yang ia terima.
Begitu terbangun, Ayu tersentak tetiba ada suaminya-Damar didepan matanya kembali. Namun, Damar tidak sendiri. Ada wanita cantik berdiri disampingnya sambil mengapit lengan penuh kepemilikan. 
"Tega sekali kamu Damar!"
Rupanya Ayu terbangun diraga wanita lemah bernama Rumi. Sementara Rumi sendiri adalah adik angkat-Raisa, selingkuhan Damar.
Ayu tidak terima! Ia rasa, Rumi juga pasti ingin berontak. Dendam itu semakin tersulut kuat. Satu ambisi dua tujuan yang sama. Yakni ingin melihat keduanya Hancur!
Rumi yang semula lemah, kini bangkit kuat dalam jiwa Ayu Maheswari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
Tante Ana mengikuti arah pandang mata Rumi. Merasa asing dengan pria yang duduk di sebrangnya, Tante Ana lalu bertanya, "Kamu kenal dengan pria itu, Rumi?"
Rumi tersentak. Ia tersenyum paksa, "Oh, em... Tidak Tante! Wajahnya hanya mirip dengan teman Rumi."
Tante Ana hanya mengangguk kecil, kembali menyantap makanannya.
Sementara Afan, pria itu menyudahi aktifitasnya memandang foto Ayu, kala waiters datang membawakan pesanan coffenya. Asapnya masih mengebul, sehingga mampu menenangkan sedikit pikirannya.
Afan mengangkat cangkir tadi. Ia mulai menyesap sedikit, hingga coffe tadi mengalir dalam tenggorokannya. Pikirannya kembali terbang. Afan masih merasa ganjil dengan makam tanpa nisan tadi. Dan tidak hanya itu. Sikap Andi tadi, seolah ada sesuatu yang ia tutupi mengenai makam baru disana.
'Jika pun itu dari keluarga besar Ayah, lalu siapa yang baru saja meninggal?! Kenapa Andi harus berbohong? Aku yakin, dia pasti tahu semuanya.' Batin Afan setelah meletakan cangkir coffe tadi.
Selang beberapa detik, coffe milik Afan sudah hampir habis. Pria itu segera bangkit, setelah menyelesaikan pembayaran.
"Rumi, mau kemana?" Tante Ayu tercengang melihat Rumi tiba-tiba bangkit.
"Tante, aku lupa ada janji dengan temanku. Tante, terimakasih traktirannya. Rumi duluan," Rumi menepuk bahu Tante Ana sekilas, lalu segera menyusul Afan kedepan.
Melihat mobil Afan sudah melaju, Rumi yang merasa bingung sebab tidak ada taxi, kini memilih menaiki ojek untuk mengikuti mobil Afan.
"Pak, tetap ikuti mobil di depan! Jangan terlalu dekat, beri jarak sedikit." Ucap Rumi.
"Baik, Mbak!" Ojek itu menambah kecepatan, sebab mobil Afan sedikit agak kencang.
Ayu tidak asing lagi dengan jalan yang di lalui Afan saat ini. Jalan itu menuju lokasi pemakaman keluarga besar Adipati. Namun, belum sampai menuju pemakaman, mobil Afan malah berhenti di depan rumah seseorang.
"Pak, berhenti disini!" Ucap Ayu. Ia memandang rumah cukup berada diantara rumah-rumah disekitarnya. Dan seketika Ayu teringat, jika rumah itu milik Pak Yono semasa hidupnya. Pak Yono adalah pengurus pemakaman keluarga Adipati.
'Ada perlu apa Afan mendatangi rumah Pak Yono? Apa ada sesuatu di pemakaman keluarga Adipati? Ya Allah, apakah Afan sudah melihat pusaraku, atau pusaraku sudah di ratakan oleh mereka?' Dada Ayu tetiba terasa sesag.
Selagi Ayu larut dalam kesedihannya, berbeda dengan Afan. Sekuat tenaga, pria itu terus mencari tahu tentang keberadaan sahabatanya.
Tok! Tok!
Pintu terbuka dari dalam. Seorang wanita tua, mengenakan jarik batik dan juga atasan kebaya corak bunga. Wanita itu tersenyum hangat. Namanya Mbok Imas, neneknya Andi. Mbok Imas salah satu abdi tuan Adipati semasa hidup dulu. Akan tetapi, mengingat usia Mbok Imas sudah semakin renta, jadi wanita tua itu memilih rigsein.
"Den Afan? Ini benar Aden?" tanya Mbok Imas mengerjabkan mata tuanya.
Afan mengangguk mengulas senyum hangat. Ia menyalami tangan keriput mantan pelayannya itu. Sejak kecil, Afan selalu di asuh oleh Mbok Imas setiap kedua orang tuanya sibuk sendiri.
Dan Ayu, ia yang dulunya diajak kerja sang Ayah disana, juga ikut sekalian di asuh oleh Mbok Imas.
"Boleh saya masuk, Mbok? Ada sesuatu yang ingin saya tanyakan!" Ucap Afan.
"iya, iya... Ayo silahkan masuk, Den!"
Mbok Imas mengajak Afan duduk ke dalam. Di saat wanita tua itu berkeinginan membuatkan minum, seketika tangan Mbok Imas Afan cegah.
"Nggak usah, Mbok! Mbok Imas duduk saja karena saya hanya sebentar," kata Afan meminta mantan pelayannya untuk duduk. "Mbok, kalau boleh saya tahu, dimana Andi sekarang?"
Mbok Imas memicingkan mata. Sesaat ia tampak berpikir. Lalu bersuara, "Apa ada kesalahan yang dibuat Andi, Den?"
Afan menggelengkan kepala lemah. "Sebenarnya tidak ada, Mbok! Tapi ...." Afan menjeda kalimatnya sejenak. "Ada sesuatu yang Andi tutupi dari saya. Tadi pagi, disaat saya akan mengunjungi makam Eyang, Andi ada disana dan memberikan alasan kurang masuk akal, agar saya tidak masuk kedalam makam. Tapi setibanya saya masuk, cucu Anda sudah pergi. Dan anehnya, disana ada sebuah makam yang masih basah, tanpa adanya nisan sebagai identitas. Itulah yang manjadi kejanggalan dalam pikiran saya. Apa Mbok Imas tahu, makan siapa itu?"
Mbok Imas berpikir cukup keras. Lalu kembali menatap Afan dengan sorot mata sendu. Dan tiba-tiba kedua mata Mbok Imas berkaca-kaca. kali ini, bibir keriput Mbok Imas juga ikut bergetar.
"Den, apa Aden tidak di beritahu, jika Non Ayu sudah tiada?"
Afan masih belum mengerti. Ia mencoba menepis semua hal buruk yang mencoba bersangkar dalam pikirannya. "Tiada? Maksut Mbok Imas... Ayu tiada bagaimana?"
Mbok Imas malah menangis terisak. "Non Ayu sudah meninggal, Den!"
Duar!
Tubuh Afan membeku, seolah tengah menyaksikan ledakan hebat didalam hatinya. Aliran darahnya terkunci, hingga wajahnya kini berangsur memucat.
Sekuat apa, Afan mencoba meyakinkan dirinya jika semua itu hanyalah lelucon. "Nggak! Mbok Imas pasti salah 'kan? Ayu masih hidup, dan dia... Dan dia saat ini sedang pergi entah kemana-" Afan membekap wajahnya, tak mampu lagi menahan air matanya.
Afan seketika bangkit. Ia langsung melenggang keluar begitu saja. Pria itu berlari, tapi tidak masuk kedalam mobilnya. Afan berlari menuju pemakaman keluarga besarnya. Ia yakin, pusara yang masih basah itu, rupanya pusara milik Ayu-sahabatnya.
Dan sementara Ayu yang terjebak dalam tubuh Rumi. Ia juga ikut terkejut melihat sikap Afan barusan. Rumi meminta ojek tadi untuk menungguinya sebentar. Setelah itu Rumi ikut berlari mengejar Afan.
Dan rupanya, Afan telah masuk di dalam pemakaman keluarga Adipati. Disana, Afan bagaikan orang kebingungan. Ia berlari kearah gudang, dan mencari sesuatu disana.
Dibawah rumpukan kayu dan selang air. Disana Afan menemukan nisan Ayu, yang waktu lalu di sembunyikan oleh Damar. Afan mengambil nisan itu, memeluknya dengan erat, lalu dibawanya kearah pusara sang sahabat.
Nama Ayu Maheswari terukir beserta tanggal lahir serta wafatnya.
Setelah di tancapkan lagi, Afan benar-benar histeris menumpahkan rasa sesagnya disamping pusara sang sahabat.
"AYUUUUU......"
Afan terisak sambil memeluk nisan sahabatnya. "Kenapa kamu tega ninggalin aku! Kamu sudah berjanji untuk menungguku pulang. Tapi kenapa kamu pergi lebih dulu," tangisan Afan terdengar begitu miris, menyirat rasa keputusasaan.
Di luar pagar. Rumi membekap mulutnya, kala melihat bagaimana terpukulnya Afan atas kehilangan wanita yang menempati raganya itu. Rumi tidak sanggup melihat kehancuran hati seorang Afan. Dari tangisan serta suaranya itu, Rumi yakin jika Afan menyimpan perasaan untuk Ayu.
"Siapa yang telah membuatmu seperti ini, Ayu? Aku tidak terima atas kematianmu ini. Aku yakin, semua yang terjadi pasti ulah Damar! Andai Tuhan memberiku kesempatan bertemu kamu kembali... Aku pasti akan membawamu pergi, Ayu! AKU MENCINTAIMU, AYUUUU....."
ayu itu istrinya damar yang sudah di bunuh mertuanya sendiri kak. lalu Ayu bertransmigrasi ke tubuh Rumi.
sementara Rumi, dia adik angkat Raisa, selingkuhanya Damar. apa masih bingung kak🤗😍
Rumi nich knp jga.