PERINGATAN AREA ORANG DEWASA YANG MASIH DI BAWAH UMUR DI LARANG MASUK, BTW DOSA KALIAN TANGGUNG SENDIRI YA😄
Bagaimana ya rasanya hidup dengan seseorang yang tidak pernah kita bayangkan?, Ardiy yang merupakan seorang yang sangat di segani oleh teman temannya tiba tiba tidak bisa berkutik ketika Lita sang mama berkata ingin menjodohkan dirinya dengan anak sahabatnya.
laki laki itu sempat menolak, namun dia tidak bisa membantah ketika mamanya mengancam akan menghapusnya dari daftar gak waris jika dia tidak bersedia menerima perjodohan itu.
Pada akhirnya laki laki itu hanya bisa pasrah menuruti keinginan sang mama, padahal posisinya saat itu sedang menjalani hubungan dengan seorang gadis cantik yang berprofesi sebagai model seperti dirinya. Lantas bagaimana Ardiy akan bersikap kepada istrinya nanti? bisakah dia menjalankan perannya sebagai seorang suami? hanya waktu yang akan menjawabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. kim22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6, melawan preman pasar
Pukul setengah enam pagi, Ardiy sudah rapi dengan pakaian santainya, pria itu menggunakan kemeja lengan pendek yang tidak terkancing dengan dalaman kaos putih putih polos di padukan dengan celana pendek selutut.
Tidak perlu terlalu berlebihan, Pria itu akan tetap terlihat kren bahkan walaupun tanpa memakai baju sekalipun. pagi sabtu biasanya laki laki itu akan sibuk berolahraga sampai pukul sembilan pagi, namun karna insiden semalam, laki laki itu tidak berniat untuk diam di rumah.
" Kenapa harus kayak gini? ".
Ardiy menatap bayangan dirinya di dalam cermin, seolah olah sedang bertanya kepada dirinya sendiri, namun laki laki itu tidak menemukan jawaban yang pasti atas pertanyaan yang dia tanyakan.
" Kenapa mereka setega itu? ".
Ardiy menghembuskan napasnya dengan kasar, wajah yang biasanya selalu tersenyum hangat, kadang kadang tengil itu kini kelihatan sangat suram, bahkan tatapan mata laki laki itu terlihat kosong.
Setelah puas berdialog sendiri, Ardiy segera menyambar kunci motornya dan pergi meninggalkan kamarnya.
Ardiy memilih turun dari tangga, sambil terus berpikir alasan kedua orang tuanya melakukan hal yang dia anggap tidak masuk akal ini, namun seribu kali di pikirkan malah semakin membuat laki laki itu semakin pusing.
" Bang".
Ardiy tersentak ketika mendengar suara Andre yang memanggil dirinya, ternyata tanpa di sadari, dia sudah sampai di lantai dua dimana kamar Andre berada.
" Iya".
Andre sedikit merasa asing karna sikap Ardiy yang biasanya ceria dan suka mendebatnya, kini menjadi sangat murung dan sedikit berbicara.
" Abang mau kemana pagi pagi gini?, Abang gak olahraga dulu? ".
Ardiy tersenyum kecil mendengar pertanyaan Andre, Ardiy merasa sedikit terhibur karna tidak biasanya sang adik akan cerewet bertanya ini itu.
" Cuma mau ke basecamp , kalo mau kesana dateng aja bareng Adit".
Andre mengangguk mendengar jawaban Singkat dari Ardiy.
" Ya udah ayo kita turun sama sama".
Ardiy mengangguk,keduanya Akhirnya turun menuju lantai satu dengan mulut sama sama diam dan wajah yang sama sama terlihat datar.
Kalau Andre sudah biasa di lihat begitu, tapi Ardiy?, untuk pertama kalinya Ardiy mendatarkan wajahnya yang ternyata terlihat sangat menyeramkan dengan mata tajam yang kelihatan sangat mengintimidasi.
" Loh kalian mau kemana pagi pagi? ".
Lita yang melihat kedua putranya turun bersama sama jadi sedikit heran, karna tidak biasanya mereka akan se kompak ini bangun pagi.
Sedangkan di sisi lain Ardiy semakin jengkel karna Lita sama sekali tidak merasa bersalah setelah membuat dirinya marah semalam.
Andre menatap Ardiy yang tidak berniat menjawab pertanyaan sang mama, sehingga laki laki itu inisiatif menjawab sendiri.
" Andre mau olahraga ma".
Lita mengangguk mendengar perkataan Andre, perempuan itu mengalihkan pandangannya ke arah putra sulungnya yang hanya diam sejak tadi, dan dia tau apa penyebab diamnya si sulung.
" Kamu mau kemana pagi pagi gini Ar? ".
Lita mencoba berbicara kepada Ardiy, namun jawaban yang di Terima membuat perempuan itu syok sekaligus tidak percaya.
" Bukan urusan mama".
Setelah mengatakan kalimat sadis itu, Ardiy langsung pergi meninggalkan semua orang yang terdiam karna perkataan sarkasnya, laki laki itu tidak peduli karna mereka semua juga tidak faham dengan apa yang dia rasakan.
" Huhhh, abang gak akan kayak gitu kalau kalian tidak membuatnya marah terlebih dahulu ".
Andre juga ikut keluar dari rumah setelah berkata seperti itu kepada Kedua orang tuanya, kebetulan Ahmad berada di ambang pintu kamar ketika Ardiy berkata sarkas tadi.
Tanpa di sadari, air mata Lita jatuh, karna seumur hidup baru sekarang Ardiy bersikap begitu dingin kepada dirinya, biasanya semarah marahnya Ardiy, pria itu tetap berkata lembut bahkan ketika abis di marahi Ahmad pun, Ardiy tidak pernah sampai bersikap seperti ini.
" Mah, jangan nangis, dia hanya belum tau aja tujuan baik kita memisahkan dia dengan perempuan jalang itu".
Ahmad memeluk sang istri yang seketika terisak akibat perlakuan dari si sulung, iya memang orang tua hanya ingin yang terbaik buat anak anak mereka, namun kadang tidak di sadari saja.
Meninggalkan kediaman mewah itu, kini Ardiy sudah melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, namun laju motor laki laki itu sedikit lebih pelan ketika melewati pasar yang buka setiap pagi.
Pasar itu biasanya sudah ramai dari jam empat subuh sampai pukul tujuh pagi, di jam delapan pagi para pedagang biasanya sudah banyak yang pergi karna itulah pasar itu disebut pasar subuh.
" Lepasin saya hiks ".
" hahaha, cewek cantik pagi pagi sudah ke pasar, main dulu ayok sama kita "
"hahahaha"
Ardiy yang kebetulan melintas di jalan yang agak sepi itu, memelankan laju motornya ketika mendengar suara tangis seorang perempuan, yang sepertinya di ganggu oleh para preman pasar.
Laki laki itu menajamkan telinganya untuk mencari sumber suara itu, setelah yakin dengan pendengarannya, laki laki kembali melakukan motornya ke arah sumber suara.
brumm.... brummm.... brummm
Suara motor yang meraung dengan keras mengalihkan atensi para preman itu.
" Brengsek siapa yang berani mengganggu kesenangan kita ".
Ardiy menghentikan motornya dan segera turun tanpa melepas helm full facenya.
" Lepasin perempuan itu" .
Ardiy menatap dingin para preman yang menyandera seorang perempuan yang sepertinya tampak familiar di mata Ardiy.
" Heh, lu siapa berani merintah kami?, kalo lu mau perempuan ini lawan dulu kami semua ".
Ketua preman itu menatap remeh Ardiy dan di sambut tawa oleh lima anggotanya. Dan Ardiy tersenyum miring di balik helmnya.
Bugh....
" Ahh bangsat"
Tanpa aba aba, Ardiy langsung maju dan menendang laki laki yang memegang tangan perempuan itu, dan perempuan itu dengan sigap berlari ke belakang tubuh Ardiy setelah tangannya terlepas.
"Kurang ajar, serang dia!! "
Ardiy dengan sigap melawan semua preman itu tanpa rasa takut sedikitpun, karna hal sepele seperti ini sudah sangat biasa dia lakukan.
Terlahir sebagai anak dari seorang konglomerat, begitu banyak pesaing bisnis sang papa yang ingin menghilangkan nyawanya, bahkan dari sejak dia masih baru lahir dia sudah menjadi incaran para penjahat, karna itulah Ardiy sudah di bekali ilmu bela diri sejak dia berumur sepuluh tahun.
Tidak sampai sepuluh menit, semua preman itu tumbang , Ardiy kembali tersenyum miring, kali ini laki laki itu membuka helmnya sehingga para preman itu langsung pucat pasi.
" Kalian mau pergi, atau perlu gue basmi kalian sampai tidak bersisa? ".
Ardiy menyorot tajam para preman yang sudah berkeringat dingin. Bukan tanpa alasan ketakutan para preman itu, tapi karna memang Ardiy yang sudah terkenal di mana mana, jika di kampus Ardiy di kenal karna prestasinya maka di jalanan, Ardiy terkenal karna sering menang balap motor dan juga sering membasmi para berandalan dan juga preman bersama para sahabatnya.
" Ka-kami akan pergi".
Para preman itu bergegas berlari terbirit-birit dengan kaki pincang mereka meninggalkan Ardiy dan juga perempuan yang mereka sandera tadi.
" Terima kasih ".
Ardiy memiringkan kepalanya karna merasa familiar dengan suara perempuan yang ada di hadapannya, wajah perempuan itu tidak terlalu jelas karna dia menunduk.
" Coba angkat kepala lo".
Perempuan itu dengan perlahan mengangkat kepalanya, seketika Ardiy terpaku melihat mata sembab perempuan itu.
" Lo putri kan ".
Perempuan itu seketika mendoangak ketika mendengar namanya di sebut, Dan prempuan itu kembali terisak ketika mengenal orang yang menolongnya.
" hiks... Terima kasih Kak udah nolong aku"
Ardiy semakin mendekat ketika melihat tubuh Putri bergetar, sepertinya masih ketakutan. Ardiy tanpa ragu memeluk putri mencoba menghilangkan ketakutan perempuan itu.
" Udah jangan takut, ada aku, mereka udah pergi".
Ardiy mengusap punggung Putri yang semakin bergetar, bahkan kini perempuan itu membalas pelukan Ardiy dengan sangat erat.
Jantung Ardiy seketika berdegup sangat kencang ketika merasakan pelukan dari Putri, laki laki itu mencoba biasa saja dengan mencoba menenangkan Putri.
Setelah beberapa menit, Putri akhirnya tenang, kini kedua orang itu canggung setelah pelukan mereka terlepas.
" khemm, Ayo gue anter pulang, disini gak aman, lain kali gak usah lewat jalur sini".
Ardiy kembali memasang helm fulfacenya untuk menghindari kontak mata dengan putri dan putri juga mengalihkan wajahnya ke arah lain.
"Gue pulang sendiri aja kak".
Putri sangat malu karna tadi dia memeluk Ardiy dengan sangat erat.
" Ck, cepet naik entar ada preman lagi gak ada yang nolong".
Putri dengan canggung mendekat ke arah motor Ardiy, perempuan itu dengan ragu ragu mencoba naik dengan bepegangang di pundak Ardiy setelah meminta izin.