“Leeeettts Partyyyyyy…” Teriak Ara dengan semangat.
Di Villa tempat Ara tinggal, kini telah berkumpul banyak orang yang tidak lain adalah teman – teman Ara. Dia mengajak teman – temannya untuk berpesta. Ini bukan yang pertama kali Ara mengajak berpesta teman – temannya di rumah, bahkan bisa dikatakan sudah terlalu sering. Tetapi hari ini adalah puncaknya, karena Ara dengan berani hampir menghabiskan seluruh uang pemberian deddynya untuk membeli barang.
.
Arabella Swan adalah anak pertama dari Antony Swan. Dia mempunyai seorang adik yang bernama Rosalia Swan.
Saat ini Ara duduk di bangku kelas 12 sekolah menengah atas di sebuah sekolah Internasional yang ada di negara Itali.
**
Lima orang lelaki yang memiliki good looking, good money dan good power dengan satu orang sebagai leadernya yang terkenal dengan julukannya ‘Devil Hand atau Ace’.
Mereka berlima adalah Max atau yang sering mereka sebut dengan ‘Devil Hand atau Ace’ sang leader, Alexi asisten Max, Leonid sang hacker, Kevin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca 15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 29
“Bagimana mungkin? Desmond dan Blake, mereka bukan binatang yang bisa di sentuh sembarang orang. Bahkan Bob yang menjaga mereka saja tidak bisa menjinakkan mereka dengan maksimal.” Kevin menolak percaya pada apa yang sudah dijelaskan oleh kepala pelayan.
“Jika tuan ragu, saya akan mengirimkan rekaman CCTV dari taman belakang Villa tuan!” Kepala pelayan berusaha meyakinkan Kevin tentang kebenaran antara Ara, Desmond dan Blake
“Kirimkan pada ku!”
Panggilan pun kemudian diakhiri. Kepala pelayan lantas bergegas mengirimkan video rekaman kejadian.
………………***……………….
Ting!
Kevin langsung membuka pesan yang masuk. Dan betapa terkejutnya Kevin saat melihat dua binatang itu datang dengan suka rela dan membantu menyelamatkan Ara.
“Ini sungguh tidak mungkin!”
Bahkan setelah melihat video yang dikirimkan oleh kepala pelayan, Kevin masih saja menyangkal.
“Bagaimana bisa? Aku saja yang sudah lama dekat dan sering bertemu saja tidak bisa membuat mereka jinak! Bagaimana mungkin dia bisa menjinakkan mereka berdua hanya dalam hitungan hari saja!” Kevin terdiam dan memutar otaknya.
~
Setelah menunggu kurang lebih 5 jam perjalanan, akhirnya Max tiba di Bandara Moscow, Rusia.
Max turun dari pesawat jetnya dan langsung di sambut oleh Kevin dan beberapa anak buah Max.
“Dimana senjata itu akan di lakukan uji coba?” tanya Max pada Kevin yang saat ini berjalan di sampingnya.
“Di pulau M. Kau tidak perlu khawatir, tempat itu sudah di stelirkan!”
Max mendengar penjelasan dari Kevin sambil berjalan menuju mobil.
“Lalu bagaimana dengan Atlas setelah menerima kado yang aku kirimkan?” tanya Max setelah mereka masuk ke dalam mobil.
“Sejauh ini tidak ada pergerakan apa pun darinya.”
“Tetap waspada! terkadang justru yang tenang lebih berbahaya.”
“Ok!” Kevin kemudian menyerahkan tab pada Max dan menunjukkan Video yang tadi dikirimkan oleh kepala pelayan.
Setelah melihat Video yang di sodorkan oleh Kevin, Max kemudian memijat pangkal hidungnya.
Ia baru teringat jika tadi ia meninggalkan Ara dalam keadaan terjatuh dari pangkuannya.
“Aku juga terkejut saat mendapat laporan dari kepala pelayan di Villa.” Tanggapan dari Kevin sama sekali tidak dihiraukan oleh Max. Karena saat ini yang ada di dalam pikirannya adalah dia tadi meninggalkan Ara dalam keadaan seperti itu.
Sebenarnya tadi Max meninggalkan Ara hanya karena ia mendengar laporan dari Kevin jika senjata baru yang ia ciptakan sudah siap untuk dilakukan uji coba. Karena terlalu semangatnya ia sampai melupakan Ara. Pasalnya senjata ini adalah ide dari Max sendiri. Bahkan ia rela mendampingi proses pembuatannya selama 6 bulan lamanya.
Memahami akan kesalahannya, Max kemudian melihat ponselnya. Ternyata sudah ada beberapa panggilan dari kepala pelayan di Villa. Dan Max bisa menebak, panggilan itu pasti berhubungan dengan Ara. Max lantas menghubungi kembali kepala pelayan.
Tuuut…
Tuuut…
“Iya tuan! Ada yang bisa saya bantu!” ucap kepala pelayan dengan sedikit was was jika sang tuan akan murka.
“Bagaimana tadi keadaan Ara saat keluar dari kamar?” Kevin diam dan menyimak pertanyaan yang diucapkan oleh sahabatnya itu.
“oh, iya tuan! Saat saya berpapasan dengan nona Ara, nona terlihat seperti habis menangis tuan! Mata dan hidungnya merah. Nona juga marah ingin pergi dari Villa. Oleh sebab itu kami berusaha menahan nona. Tetapi saat kami hampir bisa menahan nona, nona diselamatkan oleh Desmond dan Blake tuan! Mmmm, tapi tadi nona menyebut Blake dengan panggilan Corvus” kepala pelayan menjelaskan kalimat terahirnya dengan nada hati – hati. Ia takut jika sampai menyinggung sang tuan.
“Baiklah!”
Panggilan kemudian terputus.
*
POV Ara
“Bye.. bye…”
Setelah Ara berpamitan dengan semua yang ada di Villa, ia bergegas masuk ke dalam hutan bersama Alpha.
“Good Boy!” sambil berjalan Ara mengusap kepala Alpha.
“Untung kau dan Corvus datang tepat waktu!” Ara merasa benar – benar bersyukur.
“Kita berhenti di sini dulu Alpha, kita tunggu Corvus datang!” aku mengajak Alpha untuk menunggu Max. Dan tanpa menunggu lama, Corvus sudah nampak dari kejauhan.
Corvus langsung mendekat kepadaku seolah meminta di puji akan perbuatan yang sudah ia lakukan.
“Good boy! Anak pintar!” ucapku gentian pada Corvus sambil ku usap kepala Corvus.
Kemudian kami bertiga melanjutkan perjalanan kami kembali dan berhenti di tepi danau tempat biasa kami bermain.
“Kemana kalian kemarin pergi? Aku kira aku kehilangan kalian!” keluhku sedih sambil menempelkan pipiku pada Alpha.
Aaaauuuuuwuuuuwuuuu…
“Apa kalian sudah mendapat teman baru jadi melupakan ku!”
Aku berbicara dengan binatang seperti orang gila. Bagaimana tidak, mereka adalah binatang. Dan mereka tidak bisa berbicara. Mereka hanya mengikuti insting mereka.
Entah kenapa seolah paham, Corvus dan Alpha meletakkan kepalanya di atas pahaku.
Ku usap pelan kedua binatang itu sebagai balasan perhatian ku pada mereka berdua. Selama kepergian Corvus, dua bintang inilah yang selalu menemani keluh kesah ku
Aku terdiam cukup lama sambil menperhatikan dua binatang yang ada atas pangkuanku saat ini.
Aku berpikir, bagaimana jika mereka berdua aku bawa pulang. Tetapi jika aku bawa pulang, daddy pasti tidak akan mengizinkan. Mana aku akan kuliah di Inggris! Siapa yang akan mengurus mereka nantinya.
“Aku akan memikirkan bagaimana cara ku membawa kalian!”
“Untuk sementara, kalian di sini dulu ya…nanti aku pasti akan membawa kalian bersama ku!” tanpa terasa aku meneteskan air mata ku.
Hari sudah semakin siang, aku harus segera kembali karena aku yakin ayah pasti sudah menungguku.
“Hey boy, wake up!” ucap ku sambil mengusap badan Alpha dan Corvus.
Alpha dan Corvus bangun dari pangkuan ku.
“Maaf ya boy! Aku tidak bisa bermain lama dengan kalian! Tapi aku janji aku akan membawa kalian bersama ku! Dan aku usahakan tidak akan lama.” Ku cium kedua binatang itu.
“Bye.. bye…” mereka hanya diam dan melihat ku.
Aku tidak berani menatap kebelakang. Aku berjalan lurus ke depan menuju Asrama. Tetapi saat aku sudah mencapai tepi hutan yang berbatasan dengan Asrama tiba – tiba terdengar suara auman dan geraman.
Aaaauuuuuuuuuu
Ggrrrrrrrrrrrr
Reflek aku langsung menoleh kebelakang. Kulihat mereka berlari ke arah ku.
Karena hari ini adalah hari penjemputan, jadi banyak orang tua dan murid yang berada di halaman. Dan saat mereka mendengar suara auman serigala yang terdengar sangat jelas, semua langsung mengalihkan atensi mereka ke arah suara berasal.
Mereka semua terkejut dan panik melihat dua ekor binatang buas itu berlari ke arah seorang anak, yaitu aku. Dan salah satu dari mereka yang melihat adalah daddy dan Rosa adik ku.
“Sayang lari!” teriak Daddy
“Kakak awas!” Rosa juga ikut meneriaki ku.
Sedangkan yang lain, mereka berteriak histeris. Apa lagi saat Alpha dan Corvus semakin dekat dengan ku.
Aaaaaaaaaaaa…….
Someone help!
Help her!
Aku sama sekali tidak memperdulikan mereka semua. Aku hanya berdiri terdiam dan semakin Alpha dan Corvus mendekat, air mata ku semakin mengalir deras.
Dua binatang itu langsung menabrak ke arahku. Mereka mengusapkan kepala dan badannya padaku.
Aku lantas berjongkok! Kuusap kedua binatang itu dengan penuh kasih sayang.
“Relax boy! Hiks… aku akan segera menjemput kalian! Ok!” ucapku sambil mengusap air Mata ku.
Rasanya mereka seolah mengerti jika aku akan meninggalkan mereka berdua.
Mereka yang menyaksikan kami bertiga kemudian merasa terharu, bahkan ada beberapa yang ikut manangis. Peristiwa yang awalnya menegangkan dan menguji adrenalin saat ini berubah menjadi peristiwa melo dan mengharukan.
semangat author dalam berkarya 💪