NovelToon NovelToon
Mengulang Waktu Untuk Merubah Takdir

Mengulang Waktu Untuk Merubah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Raja Tentara/Dewa Perang / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romansa Fantasi / Time Travel / Reinkarnasi / Mengubah Takdir
Popularitas:709
Nilai: 5
Nama Author: Wira Yudha Cs

Di kehidupan sebelumnya, Max dan ibunya dihukum pancung karena terjebak sekema jahat yang telah direncanakan oleh Putra Mahkota. Setelah kelahiran kembalinya di masa lalu, Max berencana untuk membalaskan dendam kepada Putra Mahkota sekaligus menjungkirbalikkan Kekaisaran Zenos yang telah membunuhnya.
Dihadapkan dengan probelema serta konflik baru dari kehidupan sebelumnya, mampukah Max mengubah masa depan kelam yang menunggunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wira Yudha Cs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6 PERSIAPAN

Setelah bocah kecil itu tertidur cukup pulas, Max segera bergegas meninggalkan rumah menuju ibu kota. Dia berencana untuk membeli kereta kuda dan beberapa kain sutra untuk membuat pakaian. Tidak hanya itu, Max juga berencana membeli stok makanan seperti beras, gandum, sorgum, dan jagung.

Setibanya di ibu kota, langit malam telah menyapa. Lampu serongkeng serta lampion dengan berbagai bentuk indah menyela di depan rumah-rumah mewah dan pinggiran jalan. Suasana malam di ibu kota cukup ramai, terutama di bagian pasar. Saat malam tiba para saudagar kaya yang berkunjung ke kekaisaran Zenos sering menghabiskan uang untuk berbelanja barang-barang mewah. Terlebih barang-barang yang dapat mengeluarkan kekuatan magis seperti sihir.

Max sedikit menyesal karena pergi ke ibu kota tanpa menggunakan penutup wajah. Sebab, ketika dia tiba di bagian pasar, para gadis muda menatapnya secara terang-terangan.

Mereka mengedipkan mata, bahkan ada yang berusaha menyeretnya masuk ke rumah makan yang sebenarnya adalah rumah bordil.

Pemuda yang pernah menjalani kehidupan selama 28 tahun itu sangat tampan untuk dikategorikan sebagai rakyat biasa. Siapapun yang melihat Max pasti akan beranggapan bahwa

pemuda itu pastilah seorang bangsawan kelas tinggi. Dengan aura serta temperamen yang sangat mendominasi. Rahang tajam, mata sejernih lautan, serta hidung mancung bak pahatan tuhan. Meski kulitnya sedikit kecokelatan. Namun, itu

terlihat bersih dan menambah sisi maskulinitas dari penampilannya. Setelah melihat-lihat berbagai lapak dan toko -toko besar, Max memilih memasuki toko makanan pokok yang terletak di ujung pasar.

Dari luar, toko itu hanya terlihat seperti rumah tua dengan tampilan kuno. Namun, ketika Max memasukinya, kesan toko itu menjadi sangat mewah di mata Max. Di bagian dalam terdapat

berbagai macam ornamen lukisan yang tergantung di dinding. Lantai dan dinding bersih dengan papan yang sudah diamplas hingga tampak mengkilap.

"Selamat malam, Tuan. Apa Anda ingin membeli sesuatu?" Seorang anak laki-laki berusia delapan atau sembilan tahunan menyambut kedatangan Max di depan pintu.

Max menatap singkat pada anak itu. Meski tampak lelah, senyum anak itu tetap ramah dan hangat. Jadi Max mengangguk singkat sebelum mengikuti anak itu untuk melihat-lihat.

"Tuan, ini adalah padi yang baru di panen tiga hari yang lalu. Proses pengupasan sekam (kulit padi) baru saja diselesaikan pagi ini. Kualitasnya sangat baik." Anak laki-laki itu membuka kotak kayu cukup besar yang berisi beras.

Mendengar penjelasannya yang begitu meyakinkan, Max memperhatikan beras yang berada di dalam kotak kayu. Merasakan teksturnya dengan tangan bahkan memasukan beberapa butir ke mulut untuk uji coba. Sementara anak laki-laki dengan pakaian biru tua itu memperhatikan Max dengan hati-hati, takut dia akan kehilangan pembeli lagi hari ini.

Beberapa waktu yang lalu, pemilik toko makanan pokok yang berada di samping pintu masuk pasar, menyewa seseorang untuk menyebarkan desas-desus bahwa beras yang dijual di toko anak itu adalah beras kualitas terburuk yang dipenuhi oleh kutu. Mirisnya, warga yang mendengarnya dibuktikan dengan beras yang dipenuhi kutu milik orang yang menyebarkan rumor, orang itu bersikeras bahwa beras yang dia beli berasal dari tokoh anak laki-laki itu, hingga warga pun yakin bahwa toko itu benar-benar menjual makanan pokok

dengan kualitas buruk. Sesungguhnya anak laki-laki itu sangat senang ketika melihat Max memasuki tokonya. Dia berpikir, mungkin pria tampan ini bukan berasal dari ibu kota, maka dari

itu dia tidak mendengar rumor tentang tokonya.

"Berapa banyak beras yang seperti ini?" tanya Max sembari menatap anak laki-laki di sampingnya. Anak laki-laki itu sedikit terkejut dan dia buru-buru menjawabnya,

"Ada lima kotak kayu besar seperti ini, Tuan. Berapa banyak yang Tuan butuhkan?"

"Semuanya."

"Tu-Tuan ... Anda benar-benar ingin membeli semuanya?" Anak laki-laki itu semakin terkejut. Namun, raut bahagia di wajah tak dapat dia sembunyikan. Max mengangguk dan menambahkan, "Semua beras yang kamu punya, termasuk tempatnya." Max tidak meragukan apa yang dikatakan anak itu ketika dia menwarkan beras ini. Kualitasnya memang sangat baik dan bersih. Sedikit rasa manis menambah sensasi cita rasa dari beras ini. Namun, Max masih tidak habis pikir, mengapa toko

dengan makanan pokok berkualitas tinggi seperti ini sepi? Max baru menyadari bahwa dia adalah satu- satunya pembeli di sini.

"Tuan, ini .. ini transaksi yang cukup besar. Satu kotak kayu ini berisi 200 kati beras (120 kilogram). Jika digabungkan semuanya, total kurang lebih ada 1000 kati (600 kilogram).

Harganya lebih 3000 koin emas karena sudah termasuk dengan tempatnya. Bagiamana menurutmu, Tuan? Apakah

Tuan yakin ingin membeli semuanya?" Meski anak laki-laki itu cukup senang mendengar ada yang ingin membeli semua berasnya, tetapi dia masih berusaha mencari kepastian dari

calon pembelinya ini.

"Jika kau tidak bisa menangani transaksi besar, maka kau bisa

memanggil pemilik toko. Aku juga akan membeli banyak hal selain beras." Max berbalik dan melangkah mendekati kotak-kotak kayu yang tersedia di toko ini. Gandum, sorgum, garam, bahkan jagung kering, semua memiliki kualitas yang sangat baik. Max tersenyum kecil, karena semua makanan pokok yang dia butuhkan ada di sini, itu artinya dia tidak perlu repot-repot mencari toko lain untuk membelinya satu per satu.

Anak laki-laki di belakang Max masih setengah linglung. Antara

senang dan panik membaur menjadi satu. Ini adalah pertama kalinya ada pembeli yang akan melakukan transaksi besar di tokonya. Anak itu setengah percaya. Namun, ketika mendengar suara meyakinkan dari pemuda tampan yang tampak kaya itu,

dia sangat bersemangat meski sedikit takut akan ditipu ketika melakukan transaksi nanti.

"Anu... Tuan, pemilik toko ini adalah Ayah saya. Beliau ada di atas dan sudah tertidur karena sedang demam. Saya juga bisa menangani transaksi besar. Jadi, Tuan, apa lagi yang Anda butuhkan?" Anak itu dengan panik menjelaskan sembari mendekati calon pembelinya.

Max menoleh dan menangkap binar bahagia di mata anak itu.

"Gandum 150 kati, sorgum 50 kati, serta jagung l00 kati."

"Baik, Tuan. Lalu, bagaimana Tuan akan membawa semuanya? Apakah nanti akan ada yang menjemput?" tanya anak itu dengan ramah.

"Aku sendiri yang alkan membawanya."

Meski bingung ketika mendengar jawaban yang dilontarkan calon pembeli ini, anak itu masih mengangguk dan segera bergegas menyiapkan gandum, sorgum, dan jagung yang diminta. Dia bergerak terlalu lincah. Dalam sekali lihat, Max

yakin anak ini pastilah sosok pekerja keras.

Sembari menunggu anak itu menyiapkan semuanya, Max mengitari toko itu sambil melihat lukisan-lukisan di dinding. Ada beragam lukisan yang terpanjang, mulai dari lukisan

peralatan dapur, buah-buahan, pegunungan, hingga manusia dengan pakaian perang. Semua lukisan itu dalam sapuan hitam putih yang begitu halus. Max cukup yakin bahwa semua lukisan ini dibuat oleh satu orang yang sama.

"Tuan, semuanya sudah disiapkan! Total keseluruhan adalah 4300 koin emas. 3000 koin emas untuk beras dan 1300 koin emas untuk gandum dan jagung. Saya memberi Tuan sorgum

secara cuma-cuma sebagai ucapan terima kasih karena telah membeli banyak di tokoh ini." Anak laki-laki berbicara dengan

nada yang begitu bersemangat. Max berbalik dari lukisan. Melihat di belakangnya, beberapa karung sulaman dari kain kasar berwarna cokelat pudar dan lima kotak kayu berisi beras sudah berjejer rapi di depan meja jaga. Max takjub dengan analk itu karena bisa menyiapkan semuanya dalam waktu

yang singkat. Anak itu cukup kuat untuk memindahkan lima kotak kayu besar berisi beras. Max merasa sedikit bersalah karena tidak membantunya. Tak membuang banyak waktu,

Max mendekati makanan pokok yang sudah disiapkan dan mengarahkan tangannya ke sana. Dalam sekejap mata, kelima kotak kayu besar dan tiga karung berisi gandum, sorgum, serta jagung, lenyap dari pandangan. Semua masuk ke dalam cincin penyimpanan yang Max gunakan. Cincin tersebut merupakan pemberian terakhir sang kakek sebelum ajal menjemputnya.

***

1
Dewiendahsetiowati
hadir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!