NovelToon NovelToon
Aku Yang Diabaikan

Aku Yang Diabaikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Penyesalan Suami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mami Al

Keputusan gegabah membuat Sekar harus menderita, suami yang ia terima pinangannya 5 tahun lalu ternyata tak membawanya ke dalam kebahagiaan. Sekar harus hidup bersama ibu mertua dan kedua iparnya yang hanya menganggapnya sebagai pembantu.

Sekar yang merasa terabaikan akhirnya memilih kabur dan menggugat suaminya. Bagaimana kisah selanjutnya?

Ikuti ceritanya setiap episode. Aku mohon jangan di lompat. Terima kasih 🙏🏼

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian Kedelapanbelas

Mendengar celoteh tak jelas dari mulut Arya, gegas Ryan dan Windi memasuki rumah. Keduanya melihat Sekar duduk di ruang tamu dengan keadaan lemas.

"Kami bawa ke rumah sakit, ya?" Windi mendekat.

Sekar mengangguk pelan mengiyakan.

"Aku pinjam mobil anaknya Bu Doni, ya!" kata Ryan.

"Cepat pinjam mobilnya!" desak Windi memberikan perintah.

"Iya, tunggu sebentar!" kata Ryan bergegas keluar rumah.

Ketika Ryan berada di dekat pagar, sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Seorang wanita keluar dan menghampirinya.

"Apa benar ini rumahnya Sekar istrinya Reno?"

tanyanya.

"Iya, ini benar rumahnya. Kalian siapa?" tanya Ryan.

"Saya temannya Sekar dan di dalam mobil adalah kakak sepupunya. Kami ke sini karena Sekar mengabarkan sedang sakit," jawabnya.

"Kebetulan sekali, Sekar memang butuh pertolongan. Dia dalam keadaan lemas," kata Ryan. "Ayo masuk!" lanjutnya mengajak.

Wanita yang datang adalah Maya dan Anjani. Maya menyuruh Anjani menunggu di mobil karena dia akan ke dalam rumah membantu memboyong Sekar ke rumah sakit.

Maya berlari memasuki rumah dan melihat Sekar memang dalam keadaan lemas. "Masih kuat berjalan 'kan, Kar?" tanyanya dengan lembut.

Sekar mengangguk mengiyakan.

"Ini tasnya!" kata Windi menyerahkan tas ransel berwarna hitam kepada Maya, ia diminta Sekar mengambilkannya di kamar karena Sekar memang sudah mempersiapkannya.

"Biar saya saja yang bawa!" Ryan berinisiatif membantu dengan menenteng tas.

Sekar berjalan dipapah Maya dan Windi menuju mobil. Ryan memegang tangan Arya, mengikuti Sekar dari belakang.

Sekar dan Arya sudah di dalam mobil. Anjani mulai menyalakan mesin dan perlahan meninggalkan rumah Reno.

"Aku susul mereka ke rumah sakit, ya, Mbak!" kata Ryan kepada Windi.

"Iya, susul saja. Siapa tahu mereka butuh sesuatu," ucap Windi.

"Iya, Mbak."

"Kamu duluan, nanti aku dan tetangga sini menyusul. Aku mau mengabarkan suaminya dan mertuanya!" kata Windi.

Ryan memakai helmnya dan bergegas mengikuti mobil yang dikendarai Anjani.

Sementara di dalam mobil, Anjani yang sedang menyetir melihat motor Ryan mengejar mereka dan bertanya, "Sekar, dia siapa?"

"Dia tetangga kami, namanya Ryan," jawab Sekar pelan.

"Oh," ucap Anjani.

"Anak Mbak Anjani, enggak ikut?" tanya Sekar.

"Mereka dengan ayahnya," jawab Anjani.

Selang 15 menit, mobil yang ditumpangi Anjani tiba di rumah sakit. Sekar keluar dan disambut dengan sebuah kursi roda yang membantunya ke ruang IGD.

Sekar lalu dibaringkan di brankar, dokter dan beberapa perawat bergegas memeriksa kondisinya.

Anjani keluar dari ruangan IGD, Maya dan Arya menunggu Sekar yang lagi diperiksa.

"Bagaimana keadaan Sekar?" tanya Ryan dengan wajah panik.

"Lagi di dalam bersama teman dan anaknya, ini mau ke bagian administrasi!" jawab Anjani.

"Saya akan menunggunya di sini saja!" kata Ryan.

Anjani kemudian berlalu.

Sekar sudah mendapatkan penanganan medis, ia sedikit mulai bertenaga karena ada cairan infus yang masuk ke tubuhnya. Dokter menjelaskan bahwa Sekar hanya mengalami kelelahan dari gejala yang disebutkan. Tetapi, tim medis telah mengambil sampel darah untuk dicek apakah memiliki penyakit serius atau tidak. Sekar pun diharuskan dirawat inap selama beberapa hari.

"Apa tidak bisa satu malam saja, Sus?" tanya Sekar yang tak mau berlama-lama dirawat.

"Jika tidak ada penyakit serius, kemungkinan besok sore Bu Sekar sudah diperbolehkan pulang," jawab si perawat perempuan.

Sekar pun mengangguk paham.

Perawat pun berlalu, Sekar masih berada di brankar ruang IGD bersama Maya dan Arya.

"Untung kamu cepat mengabarkan aku dan Kak Anjani!" kata Maya. Pagi tadi sesudah Reno dan keluarganya berangkat, Sekar menelepon ia dan Anjani lalu mengatakan sedang sakit dan ditinggal berdua di rumah.

Anjani yang panik segera menghubungi Maya untuk ke rumah Sekar bersama-sama karena cuma Maya yang mengetahui jalanan tempat tinggal Sekar. Anjani lalu menjemput Maya menggunakan mobil pribadinya buat membawa Sekar ke rumah sakit.

Keduanya sempat bertanya kepada warga mengenai alamat rumah Sekar secara pasti, mereka akhirnya ketemu alamat yang dituju.

Windi bersama seorang tetangganya tiba di rumah sakit, mereka menghampiri Ryan yang masih berdiri di depan ruang IGD.

"Bagaimana?" tanya Windi.

"Kata kakak sepupunya harus diopname," jawab Ryan.

"Semoga tidak apa-apa," kata Windi berharap.

Sekar dipindahkan ke ruang rawat inap selang satu jam setelah mendapatkan penanganan pertama.

Windi dan Bu Lilis pun diizinkan masuk ke ruangan inap karena bergantian dengan Maya dan lainnya.

"Sekar, bagaimana kata dokter?" tanya Windi.

"Belum tahu, tunggu besok hasil pemeriksaan darah," jawab Sekar.

Windi dan Bu Lilis manggut-manggut paham.

"Sekar, aku sudah menelepon Reno dan berbicara kepada mertuamu mengenai kamu yang harus dilarikan ke rumah sakit. Mereka bilang tak bisa pulang malam ini karena terlanjur memesan kamar hotel," kata Windi menjelaskan obrolannya di telepon dengan Reno dan ibunya.

"Aku sudah tahu, mereka tetap akan melanjutkan perjalanannya," ucap Sekar yang masih terasa lemas.

"Tapi, mereka itu tega sekali, ya!" kata Lilis. "Sudah tahu menantunya lagi sakit, ini malah pergi satu keluarga. Reno juga seorang suami, ia sama sekali tidak peduli dengan istrinya!" lanjutnya mengoceh kesal.

"Mau bagaimana lagi, Bu? Mereka sangat keras kepala dan egois," kata Sekar yang jenuh dan lelah dengan sikap suami serta keluarganya.

"Kami cuma bilang kamu harus kuat dan sabar. Semoga cepat sembuh dan sehat," ucap Windi memberikan doa.

Windi dan Bu Lilis pamit pulang setelah 20 menit berkunjung.

"Mas Ryan tidak ingin masuk dan mengobrol?" tanya Anjani.

"Saya izin masuk, ya!" jawab Ryan kepada Maya dan Anjani sembari membuka pintu.

"Silahkan!" kata Anjani.

Ryan masuk ke kamar yang menjadi tempat istirahat 3 orang pasien. Jadi, dirinya merasa aman dan tak menjadi fitnah bila harus mengobrol berdua.

"Terima kasih, ya, sudah mau direpotkan," kata Sekar.

"Sesama tetangga harus saling menolong!" ucap Ryan tersenyum.

Sekar membalasnya dengan senyuman tipis dan singkat.

"Hmm .. Sekar, aku pamit pulang. Semoga lekas sehat!" kata Ryan.

"Terima kasih," ucap Sekar pelan.

Ryan lalu menyelipkan beberapa lembar uang seratus ribu di tangan Sekar.

"Apa ini?" tanya Sekar bingung.

"Buat sedikit tambahan biaya rumah sakit, semoga dapat membantu!" jawab Ryan.

"Mas, aku sudah merepotkan kamu. Kenapa harus memberikan aku uang juga?"

"Aku cuma ingin meringankan beban kamu, semoga terbantu!"

"Sekali lagi terima kasih karena sudah membantu," kata Sekar tak hentinya menyampaikan ucapan terima kasih kepada tetangganya itu yang sangat peduli dengannya.

Ryan tersenyum dan menggerakkan pelan dagunya.

Ryan kemudian keluar dari ruangan alu bergantian dengan Maya dan Anjani.

"Apa suamimu akan datang ke sini?" tanya Anjani.

Sekar menggelengkan kepalanya.

"Memang kurang ajar itu suamimu!" Anjani geram.

Sekar menceritakan obrolan dirinya dengan Windi dan Bu Lilis kepada keduanya. Sekar pun mantap ingin berpisah dan kabur dari rumah suaminya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!