NovelToon NovelToon
Gadis Ekstrovert & Dokter Introvert

Gadis Ekstrovert & Dokter Introvert

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / Cintapertama
Popularitas:670
Nilai: 5
Nama Author: Miss_Fey

Kisah gadis ekstrover bertemu dengan dokter introvert..
Awal pertemuan mereka, sang gadis tidak sengaja melukai dokter itu. Namun siapa sangka, dari insiden itu keduanya semakin dekat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Fey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

********

Pukul satu siang, Edo dan rekan rekan kerjanya tengan duduk santai di kantin rumah sakit sambil menikmati waktu senggang mereka.

"Eh Do, kemarin dinner sama si cantik gimana?" tanya Iyan sambil melempar pandangan penasaran.

"Iya dok, gimana ceritanya?" Tanya sus Mia yang ikut nimbrung dengan mata berbinar.

Edo menarik nafas sebelum menjawab sambil menyesap kopinya

"Yah, lancar-lancar aja sih." Jawab Edo.

Iyan mengerutkan keningnya, karena tidak puas dengan jawaban Edo.

"Serius? Jadi, kamu udah okay sama perjodohan itu?" Tanya Iyan memperjelas .

" Nggak juga. " Jawab Edo menggeleng pelan.

Iyan semakin bingung dengan maksud dari jawaban sahabatnya itu.

"Jadi, gimana dong? Batal atau jadi nih?" Tanya Iyan kebingungan menentukan maksud Edo.

Edo meletakkan cangkir kopinya, karena terlihat agak frustasi.

"Udah deh Yan, skip aja. Bosen aku dengernya." Jawab Edo.

" Baiklah kita nggak ngobrolin itu lagi, deh. Eh, by the way, kapan sih Do, kamu mau ngajak kita main ke rumahmu? Udah hampir setahun kamu pindah, tapi kita belum pernah mampir kesana!" Tanya Iyan sambil menunjukkan rasa herannya.

"Betul, dok! Kita kepo nih, gimana sih rumah seorang jomblo seperti dokter? Boleh dong kita main ke rumah." Imbuh sus Mia dengan nada penasaran.

"Emang kalian berdua mau ngapain sih ke rumahku? Mau bikin rusuh?" Ucap Edo bertanya dengan nada curiga.

"Rusuh gimana, sih dok? Gak dong, kita cuma penasaran aja!" Jawab sus Mia heran.

"Huff.. sumpah! Kamu benar benar dokter yang bosenin banget deh Do!" Ucap Iyan berkomentar dengan nada bercanda.

"Makanya aku bilang, dokter kita yang satu ini protektif banget sama kebersihan rumahnya. Aku yakin dia pasti nggak pernah ngajak siapa-siapa ke rumahnya, deh." Ucap Iyan melanjutkan ejekannya dengan senyuman nakal.

Mendengar ucapa Iyan, Edo langsung teringat dengan Suina.

Dialah gadis dan orang pertama yang masuk kerumahnya, selain kedua orang tuanya.

Hal itu membuat Edo langsung tersenyum.

"Eh, sus! Coba deh liat dokter ini, kok senyum-senyum sendiri sih?" bisik Iyan pada Sus Mia .

Sus Mia pun langsung melihat ke arah Edo sambil tersenyum.

"Iya, ngapain ya Dr.Edo senyum-senyum gitu? Kayak orang sedang jatuh cinta saja. " Jawab sus Mia yang juga penasaran.

Iyan hanya mengangguk, mata masih tertuju pada Edo. Penasaran dengan isi fikiran pria itu.

"Beneran, sus. Kayak ada yang nggak beres gitu." Ujar Iyan

Sus Mia pun ikut tersenyum mendengarnya.

Pukul tiga sore, Edo tengan siap siap di ruanganya. karena sebentar lagi ia harus memeriksa beberapa pasien yang sedang masa pemulihan setelah selesai menjalani operasi.

Sus Mia yang selalu mendampinginya pun masuk keruang kerja pria itu.

" Dok! " panggil Sus Mia.

Namun Edo terlihat seperti sedang melamun sembari terus tersenyum.

" Dok! " panggil Sus Mia lagi.

Tetap saja Edo tidak menyadarinya.

Hingga beberapa menit kemudian, setelah ia selesai. Edo pun langsung kaget begitu berbalik karena melihat Sus Mia yang sudah berada di ruanganya.

" Astagfirullah sus! " ucap Edo sambil mengelus dadanya.

" Dokter sudah selesai siap siap? " tanya Sus Mia sambil tersenyum.

" Sudah. " jawab Edo mengangguk kemudian langsung berjalan lebih dulu.

Sus Mia pun mengikutinya dari belakang sambil menahan tawanya.

***

Keesokan harinya sekitar pukul enam pagi, Edo tengah menyiapkan jus sayuran sebagai minuman sehatnya untuk memulai hari.

Setelah itu ia lanjut siap siap untuk olahraga lari keliling komplek perumahan sejenak.

Sementara di taman, Suina dan bibi Yan juga sedang melakukan olahraga ringan.

" Suina ayo! " panggil bibi Yan.

" Bibi duluan aja, Suina capek. " jawab Suina yang sudah berbaring sambil mengatur nafasnya.

" Tuh anak malah tiduran. " ucap bibi Yan heran kemudian menghampirinya.

" Ayo Suina. " ajak bibi Yan lagi.

" Suina capek bibi. " jawab Suina yang enggan bangun.

" Makanya jangan kebanyakan rebahan aja, jadi gini kalau di ajak olahraga, mudah banget capek. " ucap bibi Yan heran.

" Suina kan kerja bi. " jawab Suina.

" Iya.. bibi tau, tapi sekali sekali kamu itu harus olah raga. biar nggak gampang capek kekgini. " ucap bibi Yan.

Namun gadis itu tidak memperdulikannya, ia malah semakin nyaman berbaring di rumput sambil menggerakan kedua kakinya keatas kebawah.

Tiba tiba perhatian bibi Yan teralih begitu melihat Edo.

" Sepertinya kenal. " gumam bibi Yan yang terus memperhatikannya.

" Bukanya pria itu yang mengantarkanmu pulang beberapa kali Suina? " tanya bibi Yan.

" Hah? Siapa? " tanya Suina yang langsung melihat sekitarnya.

" Tuh.. " jawab bibi Yan sambil menunjuknya.

Suina pun langsung bangkit begitu melihat Edo.

" Dok! " panggil Suina.

Namun pria itu tidak mendengarnya.

" Dok! " panggil Suina lagi yang langsung mengejarnya.

" Eh Suina! Suina! " panggil bibi Yan kaget melihat gadis itu langsung berlari mengejar Edo.

" Dasar tuh anak, giliran lihat cowok cakep tenaganya langsung full. " ucap bibi Yan terheran heran.

Sementara Suina terus saja mengejar Edo.

" Dok! " panggil Suina lagi.

Edo langsung berbalik begitu mendengar suara gadis itu.

" Pelan pelan Suina! " teriak Edo kaget, karena melihat gadis itu hampir tersandung oleh kakinya sendiri.

Namun Suina hanya tertawa begitu sampai di hadapannya.

" Dokter olahraga juga? " tanya Suina sambil mengatur nafasnya.

" Em! kamu juga? " jawab Edo sambil bertanya.

" Iya, aku bareng bibi olah raga di taman. " jawab Suina.

" Oh ya dok, putih gimana? dia baik baik aja kan? " tanya Suina yang penasaran dengan keadaan kucing itu.

" Em! dia baik baik aja. " jawab Edo.

" Aku boleh datang bermain dengan putih nggak dok? " tanya Suina.

" Hari ini? " tanya Edo.

" Em! " jawab Suina sambil mengangguk.

" Tentu, saya juga libur hari ini. jadi kamu bisa datang. "  jawab Edo.

" Benarkah? " tanya Suina yang langsung tersenyum senang.

" Em. " jawab Edo mengangguk sambil tersenyum.

" Ya udah deh, kalau gitu aku siap siap dulu. sampai jumpa sebentar lagi dok. by! by! " ucap Suina yang langsung pergi menuju taman kembali.

" Hati hati! kamu bisa jatuh! " ucap Edo kaget begitu melihat gadis itu berlari mundur sambil terus bicara padanya.

" By! by! " ucap Suina sambil melambaikan tanganya.

Edo hanya bisa menggeleng sambil tersenyum setiap kali melihat tingkah Suina yang selalu di luar ekspektasinya.

Pukul 9 pagi Suina sudah berada di rumah Edo, gadis itu tengah asyik bermain bersama kucingnya di ruang tengah.

Sementara Edo sedang sibuk melakukan sesuatu di dapur.

" Dokter sedang apa? " tanya Suina menghampirinya.

" Buat kue. " jawab Edo.

" Hah? dokter bisa buat kue? " tanya Suina kaget.

" Em! ini merupakan hobi saya jika punya waktu luang. " jawab Edo.

" Wahh.. aku nggak nyangka, selain dokter bedah yang hebat. ternyata dokter punya hobi yang keren juga. " ucap Suina memuji.

Sementara Edo hanya tersenyum mendengar pujian itu.

"Kamu sendiri, apa hobimu?" tanya Edo, seraya mengangkat alis penasaran.

"Jawabannya simpel, makan!" Jawab Suina sambil menghembuskan tawa kecil, membuat Edo tak bisa menahan tawa bersamanya.

" Terus, kalau masak bisa nggak?" Tanya Edo lagi karena penasaran.

"Makan sih jago, tapi kalau masak atau bikin kue? Wah, jangan harap dok! Aku benar-benar sangat payah dalam hal itu. " jawab Suina sambil tertawa kecil.

" Terus apa yang kamu lakukan jika sedang sengga?" tanya Edo, menelisik lebih dalam.

"Mmm... palingan rebahan. Kalau nggak, ya jalan-jalan cari jajanan yang enak-enak." jelas Suina sambil nyengir.

"Pantesan hobimu makan," ucap Edo tertawa lagi.

"Cocok banget kan dok, dengan hobiku?" Jawab Suina sambil tertawa bangga.

Edo hanya bisa menggeleng tertawa mendengar ucapan Suina.

" Oh ya, ngomong ngomong dokter mau buat kue apa? " tanya Suina penasaran.

" Kue coklat. " jawab Edo.

" Wah! kebetulan favorit aku banget. " ucap Suina kegirangan.

" Kamu mau ikut buat juga? " tawar Edo.

" Memangnya boleh? " tanya Suina yang terlihat senang.

" Em! tapi dengan satu sarat. " jawab Edo.

" Apa itu? " tanya Suina bingung.

" Kamu harus mendengarkan semua ucapan saya selama membuat kue, eke? " jawab Edo.

" Em! Oke. siap pak dokter. " jawab Suina sambil tersenyum lebar.

Edo pun ikut tersenyum melihat semangat gadis itu.

" Baiklah, cuci tanganmu dulu. " perintah Edo.

Dengan cepat Suina menuju wastafel dan mencuci tanganya dengan sangat bersih.

Setelah itu mereka memulai kegiatan untuk membuat kue itu.

Suina memperhatikan setiap langkah langkah yang Edo lakukan.

Selama proses pembuatanya, tidak henti hentinya Suina tertawa karena melihat ketidak pandaianya dalam membuat kue.

" Maaf dok. " ucap Suina yang sesekali mengacaukannya.

" Nggak apa apa, pelan pelan aja. " jawab Edo yang tidak mempermasalahkannya.

Dengan hati hati ia terus membimbing gadis itu, dalam menyelesaikan kue coklat buatan mereka.

" Kalau boleh aku tau, kenapa dokter sangat senang membuat kue? " tanya Suina penasaran.

" Menurut saya, setiap langkah langkah dalam pembuatannya sama seperti melakukan operasi. " jawab Edo.

" Harus berhati hati dalam setiap langkah langkahnya, satu kesalahan saja akan berakibat fatal. " lanjutnya lagi.

" Oohh... " ucap Suina mengangguk faham dengan maksud pria itu.

Tidak berselang lama, adonan kue itupun siap.

" Hmm.. kayaknya enak. " ucap Suina yang sudah tidak sabar ingin mencicipinya.

Edo pun mulai memasukannya kedalam oven.

" Hati hati, panas. " ucap Edo karena melihat Suina mendekat kearah oven itu.

" Panggangnya berapa lama? " tanya Suina yang sudah tidak sabar.

" 45 menit. " jawab Edo.

" Baiklah, aku mau bermain dengan putih dulu sambil nunggu kuenya mateng. " ucap Suina yang beranjak menuju ruang tengah.

" Ingat! jangan menyentuhnya. putih sensitif denganmu. " ucap Edo mengingatkannya.

" Siap dok! " jawab Suina.

Edo pun tersenyum, kemudian mulai membersihkan peralatan yang mereka gunakan sembari menunggu kuenya siap.

***

Di kantornya, Cindi sedang sibuk dengan pekerjaanya.

Tiba tiba asistennya datang kemudian mengatakan sesuatu.

" Selama siang prof, anda punya tamu. " ucap sistenya itu.

" Siapa? " tanya Cindi penasaran.

" Namanya pak Rey. " jawab asistennya.

Cindi pun langsung mengerutkan keningnya bingung.

" Mau ngapain dia kesini? " gumam Cindi penasaran.

" Dia ada di lobby prof. " ucap asistennya.

" Terima kasih. " jawab Cindi.

Asistennya itu pun langsung keluar.

Beberapa menit kemudian, Cindi turun kebawah menuju lobbi.

Ia memperhatikan sekitar lobbi itu, namun tidak melihat Rey.

" Mana orangnya? " gumam Cindi bingung.

Tiba tiba Rey muncul di belakangnya.

" Hy! " sapa Rey.

Cindi langsung berbalik sambil tersenyum sinis.

" Aku fikir perusahaan asuransi yang akan mengurus mobilku, ternyata kamu. " ucap Cindi datar.

" Apa kamu punya waktu sebentar? Aku pengen bicara. " tanya Rey sambil tersenyum.

" Aku rasa kita tidak sedekat itu. " jawab Cindi.

" Kita memang tidak dekat sekarang, tapi aku pastikan kedepanya kita akan lebih dari pada itu. " ucap Rey.

Cindi langsung tersenyum sinis mendengarnya.

" Permisi! aku tidak punya waktu untuk membahas hal konyol denganmu. " ucap Cindi dingin, kemudian pergi meninggalkan Rey.

" Namaku Rey, aku sepupunya Dr.Edo. " ucap Rey.

Cindi pun langsung menghentikan langkahnya begitu mendengar hal itu.

" Aku sudah bilang kan, bahwa kita akan menjadi lebih dari dekat. " lanjut Rey menghampirinya.

" Aku datang kesini untuk mengajakmu makan siang bersama. " ucap Rey.

Mendengar jika pria itu adalah sepupu Edo, Cindi pun langsung tertarik dan mengikutinya untuk makan siang bersama.

Keduanya pun sudah berada di salah satu restoran.

" Silahkan. " ucap Rey sambil memberikan buku menu padanya.

" Langsung saja. " jawab Cindi yang tidak ingin basa basi.

Rey pun tersenyum mendengarnya.

" Apa kau benar benar ada hubungan keluarga dengan Dr.Edo? " tanya Cindi memastikan lagi.

" Kenapa? apa kamu tidak percaya? " tanya Rey.

" kalian berdua sangat berbeda. " jawab Cindi.

Rey pun langsung tertawa mendengarnya.

" Berarti kalian sudah bertemu satu sama lain ya? " tanya Rey.

" Pria itu tidak banyak bicara kan? " lanjut Rey.

" Apa kamu sedang membohongiku sekarang? diam diam membicarakan hal ini di belakangnya. " tanya Cindi menyelidik.

" Ternyata kamu wanita cerdas. " puji Rey yang merasa terkesan.

Cindi hanya tersenyum datar mendengarnya.

" Jujur saja, aku menyukaimu Prof.Cindi. " ucap Rey tiba tiba.

" Hah? " ucap Cindi kaget.

" Maksudku, sebagai pacar sepupuku. " jawab Rey meluruskan.

" Aku sangat setuju jika kalian bersama. " lanjutnya lagi.

Cindi mengela nafasnya sejenak, karena merasa tersinggung.

" Pertama, aku dan Dr.Edo belum menjadi pasangan kekasih. yang kedua, aku tidak membutuhkan persetujuan siapa saja untuk menjalin hubungan denganya. " jawab Cindi.

" Maksudku, aku benar benar mendukung kalian untuk bersama. menjalin hubungan dengan wanita hebat sepertimu, seharunya membuat Edo lebih memiliki kehidupan sosial. " ucap Rey menjelaskan.

" Oh ya? " ucap Cindi ragu.

" Tentu saja, aku sangat ingin membantumu. sepupuku itu seperti memiliki tembok yang sangat tinggi. jika kamu mendekatinya pada waktu salah, dia mungkin akan menutup pintunya. " ucap Rey.

" Jadi maksudmu, aku harus menjadi orang pertama yang mendekatinya? kedengarnya aku seperti wanita murahan saja. " tanya Cindi yang merasa tersinggung dengan ucapan Rey.

" Tapi kalian berdua sangat cocok satu sama lain. " jawab Rey.

" Apa yang harus aku lakukan? " tanya Cindi penasaran dengan maksud pria itu.

" Pertama, jangan sampai Edo tahu jika aku memberikan informasi ini padamu, jika tidak dia akan marah. Jadi tolong rahasiakan pertemuan kita. " pinta Rey.

" Bagaimana jika aku menolak bantuanmu? " tanya Cindi.

" Aku akan sangat sedih, karena kamu tidak akan menjadi sepupuku. " jawab Rey.

Cindi pun langsun tertawa mendengar jawaban pria itu.

***

Di kediaman Edo, kue yang mereka buat pun siap.

Pria itu mulai mengeluarkannya dari oven satu persatu.

" Waah... benar benar luar biasa dok. " ucap Suina kagum dengan hasilnya.

" Dokter benar benar layak mendapatkan penghargaan, kuenya benar benar terlihat sangat enak. " lanjutnya.

Edo hanya tersenyum mendengarnya.

Suina langsung ingin mencicipnya, dengan cepat gadis itu hendak mengambil salah satu kue yang baru Edo keluarkan.

Namun dengan cepat, Edo menyentil tanganya.

" Aw! sakit dok. " ucap Suina kaget.

" Kuenya masih panas, mulutmu bisa melepuh. " jawab Edo sambil menggelang heran.

" Tapi aku hanya ingin mencobanya sedikit. " ucap Suina yang sudah tidak sabar.

" Kue akan terasa enak, jika kita langsung mencicipinya begitu keluar dari oven, dok. " lanjutnya lagi.

" Bukanya kamu hampir memakan semua buah yang ada di meja itu? apa masih belum merasa kenyang? " tanya Edo tertawa heran.

" Itu kan hanya buah, belum bisa mengisi perutku. " jawab Suina.

" Waah... saya benar benar kagum dengan nafsu makanmu Suina. " ucap Edo memuji.

" Kan aku sudah bilang, kalau hobiku makan. " jawab Suina terkekeh.

" Ya udah deh, kalau nggak boleh. aku main sama putih aja. " ucap Suina yang hendak berlalu menuju ruang tengah lagi.

" Sana, setelah kuenya dingin saya akan memasukkan semuanya kedalam kotak untuk kamu bawa pulang. " jawab Edo.

" Hah? dokter nggak mau kuenya? " tanya Suina kaget.

" Terus setiap kali buat, dokter kasih keorang? " lanjutnya lagi.

" Atau jangan jangan dokter selalu membuangnya? " ucap Suina menebak.

Edo hanya tersenyum mendengarnya.

" Ya ampun dok! apa dokter tau berapa banyak orang yang kelaparan di luar sana? jika ayahku tau dokter buang buang makanan, dia pasti akan menghukummu. " ucap Suina tidak percaya.

" Kapan saya mengatakan jika selalu membuang hasil buatan saya? " tanya Edo menatapnya.

" Terus, kalau bukan di buang, dokter kasih kesiapa dong? masa iya di jual. " jawab Suina bingung.

" Saya memberikannya kepada penjaga keamanan lingkungan di sini, dan juga pelayan di rumah sakit. " jawab Edo.

" Oohh... " ucap Suina mengangguk faham.

" Maaf dok, karena sudah salah sangka. " ucapnya sambil terkekeh.

" Udah sana, tunggu kuenya dingin. baru kamu bisa memakannya. " ucap Edo.

" Iya! iya. " jawab Suina patuh.

Dengan wajah suram sambil memanyunkan bibirnya, gadis itu langsung menuju ruang tengah.

Setelah menunggu hampir setengah jam, akhirnya Suina dapat mencicipinya.

" Waahh... enak banget. " ucap Suina yang sangat menyukainya.

" Pelan pelan saja, tidak ada yang akan merebut kue itu darimu. " jawab Edo tertawa.

" Benar benar enak dok. " puji Suina.

" Kapan kapan lagi, dokter ajak aku buat kue, ya? aku pengen belajar juga. biar kalau pengen, bisa buat sendiri. " ucap Suina.

" Em! " jawab Edo tidak keberatan.

Gadis itu terus menikmati kue coklat buatanya, hingga menghabiskan beberapa buah.

" Saya antar kamu pulang. " ucap Edo yang hendak mengambil kunci mobilnya.

" Nggak usah dok, aku masih harus mampir ketempat lain dulu. " jawab Suina.

" Kemana? " tanya Edo penasaran.

" Tempat kakek dan nenek. " jawab Suina tersenyum lebar.

" Saya akan mengantarmu kesana. " ucap Edo yang langsung mengambil kunci mobilnya.

" Tapi nggak ngerepotin dokter kan? " tanya Suina tidak enak.

" Nggak kok, yuk. " jawab Edo.

Keduanya pun keluar menuju mobil.

Setengah jam kemudian, mereka sudah berada di depan toko sembako kakek dan nenek Suina.

" Terima kasih dok. " ucap Suina segera turun dari mobil.

" Em! " jawab Edo.

" Oh ya, terima kasih juga untuk kuenya. " ucap Suina lagi.

" Sama sama. " jawab Edo.

Dengan cepat Suina masuk kedalam, untuk menemui neneknya.

Tiba tiba ponsel Edo berdering, di lihatnya nama ibunya yang muncul di layar ponselnya.

" Iya buk. " jawab Edo mengangkatnya.

" Halo Do, apa kamu sibuk? " tanya Ibunya.

" Edo sedang di luar buk, ada beberapa urusan penting. memangnya ada apa? " jawab Edo sambil bertanya.

" Oh! nggak kok, ibu hanya ingin tanya. setelah pertemuan kita dengan Cindi dan ibunya hari itu, apa kamu sudah menghubungi Cindi lagi? " tanya ibunya penasaran.

Edo pun diam sejenak, karena merasa seperti tertekan.

" Belum buk. " jawab Edo.

" Ibu ingin kamu sesekali menelponnya, tidak ada salahnya untuk saling mengenal kan. " ucap ibunya.

" Cindi juga gadis yang baik dan pintar. " lanjut ibunya.

" Iya buk. " jawab Edo walaupun berat.

Ibunya pun langsung senang mendengarnya.

" Ya udah sayang, maaf kalau ibu ganggu. by.. " ucap ibunya yang langsung mematikan panggilannya.

Raut wajah Edo langsung berubah murung setelah menerima panggilan dari ibunya itu.

" Huuufff... " gumamnya menghela nafas panjang.

" Kenapa kalian selalu memaksaku. " batinya sedih.

Setengah jam berlalu, Suina keluar dari toko kakeknya setelah selesai mengobrol dengan sang nenek walaupun hanya sejenak.

Begitu ia keluar, Suina langsung melihat mobil Edo masih berada di tempat yang sama.

Dengan cepat gadis itu menghampirinya, kemudian mengetuk pintu kaca mobilnya.

" Kenapa dokter masih di sini? " tanya Suina penasaran.

" Apa dokter menungguku? aku bisa pulang sendiri kok. " lanjutnya lagi.

" Nggak, saya tidak menunggumu. saya baru selesai menerima telpon tadi, terus mau pergi keburu kamu datang. " jawab Edo.

" Owh.. " ucap Suina mengangguk faham.

" Kamu sudah selesai? " tanya Edo.

" Em! aku hanya ngobrol cepat dengan nenek, takut kakek datang dan ngusir aku lagi. " jawab Suina.

" Ya udah, saya antar kamu pulang. " ucap Edo.

" Baiklah. " jawab Suina yang langsung masuk kedalam mobilnya.

Dalam perjalanan pulang, Edo hanya serius menyetir.

Sementara Suina memperhatikan tempat tempat yang mereka lewati.

" Apa dokter nggak laper? " tanya Suina tiba tiba.

" Memangnya kamu laper? " tanya Edo,

" Nggak sih, hanya saja aku lihat dokter hampir tidak makan sesuatu seharian ini. " jawab Suina.

" Kita pergi makan bakso gimana? " tawar Suina.

" Baiklah. " jawab Edo setuju.

Ia pun langsung melajukan mobilnya menuju tempat bakso langganan mereka.

###NEXT###

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!