Bangkitnya Ratu Yang Terabaikan

"Hukumanmu sudah pasti," jawab Ratu Amora, menatapnya tajam.

"Tetapi sebelum kau di eksekusi, kau akan menuliskan Daftar Hitam," lanjut Ratu Amora, menyerahkan pena dan kertas kosong ke jeruji besi.

"Saya ingin setiap nama di Istana dan di luar yang bekerja denganmu, setiap koneksi di antara bangsawan, setiap informan di penginapan, setiap orang yang kau gunakan untuk mencuri uang Kerajaan. Tuliskan semuanya!" ucap Ratu Amora, lebih ke perintah mutlak yang tidak boleh di bantah.

"Mengapa aku harus melakukan itu? Untuk membantumu memperkuat dirimu?" tanya Tuan Valerius mendesis, geram.

"Tidak! Tapi untuk melindungi keluarga mu," jawab Ratu Amora, melangkah lebih dekat.

"Saya tahu kau memiliki istri yang sedang sakit dan tiga putri yang tidak bersalah, jika kau menulis daftar itu dengan lengkap dan jujur, Saya berjanji, Saya tidak akan menyentuh keluarga Valerius, mereka akan di izinkan pergi dengan aman, membawa properti pribadi mereka, dan tinggal di pengasingan yang nyaman, jauh dari Ibukota," ucap Ratu Amora, tenang.

Mendengar ucapan Ratu Amora, wajah Tuan Valerius, yang awalnya di penuhi kebencian, kini diliputi konflik, fikiran nya yang selalu berhitung, mulai bekerja.

"Jika kau menolak, Valerius," lanjut Ratu Amora, nadanya kini lembut namun mematikan,

"Saya sendiri akan memastikan pengadilan mu berjalan lambat, memalukan, dan setiap detail kejatuhan mu akan dipublikasikan, yang akan mencoreng nama baik keluargamu selama beberapa generasi, dan yang pasti, tanpa perlindunganmu, istri dan anak-anak akan menjadi sasaran empuk sisa-sisa Dewan yang kau khianati," ucap Ratu Amora, semakin membuat Tuan Valerius, dilema.

Ratu Amora mengambil perkamen lain dan pena dari Mina, lalu menyodorkan nya ke dalam jeruji.

"Keputusan ada di tanganmu, pengkhianatan mu berakhir di sini, tetapi pengabdian mu pada keluarga mu bisa dimulai sekarang, Saya memberimu satu jam," ucap Ratu Amora datar.

Ratu Amora berbalik dan berjalan perlahan, di ikuti Mina dibelakang nya, tidak lupa Mina meletakkan sebotol tinta di samping perkamen itu.

Tuan Valerius menatap pena di depannya, tangannya gemetar, harga dirinya hancur, tetapi naluri kebapakan nya masih kuat, dirinya melihat bayangan kejam Ratu Amora menghilang di kegelapan, Tuan Valerius tahu dia telah kalah, tidak hanya dalam kekuasaan, tetapi juga dalam strategi.

Dengan desahan yang penuh keputusasaan, Tuan Valerius mengambil pena itu, Ratu Amora telah memaksanya melayani sekali lagi, bahkan di saat-saat terakhirnya, demi melindungi garis keturunan keluarganya dari kehancuran total.

"Mina, kita tunggu di atas," bisik Ratu Amora saat menaiki tangga.

"Dia akan menulisnya, kelemahan terbesar setiap pria termasuk Arthur bukanlah ambisi, melainkan ikatan keluarga," ucap Ratu Amora, datar.

Ratu Amora dan Mina kembali ke permukaan, ke koridor batu yang jauh lebih dingin daripada kelembaban penjara bawah tanah.

Ratu Amora berjalan dengan keanggunan, seolah pertemuan barusan hanya pertemuan bisnis biasa, bukan negosiasi hidup dan mati dengan seorang pengkhianat.

"Amora!"

Suara itu membuat Ratu Amora terhenti, Raja Arthur, yang biasanya berada di Sayap Raja, kini berdiri di ujung koridor, di terangi oleh obor dinding yang berkedip. Wajahnya tampak tegang, jelas ia cemas.

"Arthur? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Ratu Amora, nadanya sedikit terkejut, namun segera kembali netral.

Raja Arthur melangkah mendekat, matanya menyapu Mina sejenak, lalu fokus kembali pada Ratu Amora.

"Aku terbangun, dan kau tidak ada, Marco bilang kau pergi ke penjara bawah tanah sendirian. Kau tahu betapa berbahayanya itu?" tanya Raja Arthur, menatap tajam pada Ratu Amora.

Raja Arthur tidak sengaja terbangun, karena merasa pegal dan tidak nyaman, tidur di kursi, saat melihat ke arah ranjang Raja Arthur tidak menemukan keberadaan Ratu Amora, makanya Raja Arthur memutuskan untuk keluar untuk mencari keberadaan Ratu Amora.

Marco yang tidak sengaja melihat Raja Arthur seperti orang kebingungan, memutuskan untuk menghampiri Raja Arthur yang sedang berjalan sendirian di lorong-lorong istana, ternyata Raja Arthur sedang mencari keberadaan Ratu Amora.

"Aku tidak sendirian, aku bersama Mina," jawab Ratu Amora tenang, sedikit mengabaikan nada kekhawatiran Arthur.

"Lagipula, Tuan Valerius adalah tahanan, dia tidak akan kemana-mana," lanjut Ratu Amora.

"Tahanan dengan kebencian tak terbatas, Amora! Dia di penjara bawah tanah, dia tidak punya apa-apa lagi untuk dihilangkan! Kau menempatkan dirimu dalam bahaya yang tidak perlu," ucap Raja Arthur mendesis kesal, suaranya pelan, seolah takut dinding pun mendengar ketakutannya.

"Kau terlalu berlebihan Arthur, Aku hanya memastikan bahwa rencanaku berjalan, Aku butuh Daftar Hitam itu, dan aku mendapatkannya, dengan cara ku," jawab Ratu Amora, datar.

"Mengapa kau tidak menyuruh Gery saja yang melakukannya? Atau setidak nya bangunkan Aku untuk menemani mu," ucap Raja Arthur, menatap Ratu Amora kesal.

Apa dirinya memang setidak berarti itu dimata Ratu Amora sekarang, pikir Raja Arthur sudut hati nya merasa berdenyut sakit dan juga tidak terima.

"Karena hanya kehadiranku yang bisa memberinya dilema, rasa takut kehilangan harga diri dan keinginan untuk melindungi keluarganya, hanya Ratu yang bisa menjanjikan keselamatan keluarganya, Arthur," jelas Ratu Amora, sedikit kesal karena Arthur meragukan metodenya.

"Aku perlu melihat matanya, melihat kehancurannya, itu penting untuk menunjukkan kekuatan baru kerajaan!" lanjut Ratu Amora, tegas.

Raja Arthur menarik napas panjang, mengusap wajahnya dengan tangan.

"Kau selalu memiliki jawaban untuk semuanya, bukan?" tanya Raja Arthur, menekan semua perasaan tidak nyaman di hati nya.

"Aku berharap begitu, untuk kebaikan Lemos," jawab Ratu Amora dingin.

"Sekarang, mari kita kembali, aku tidak ingin tidur malamku terganggu karena kau mengkhawatirkan ku," ucap Ratu Amora tersenyum miring.

"Tapi aku harap kau tahu batasan Yang Mulia Raja Arthur, kita hanya sekutu dalam mempertahankan kerajaan Lemos," lanjut Ratu Amora, menegaskan hubungan mereka berdua.

"Gangguan? Kau yang mengganggu tidurku, Amora!" jawab Arthur, nada suaranya kembali sedikit jenaka, mencoba meredakan ketegangan.

"Dan Akan ku ingat kan juga kalau kamu lupa Ratu Lemos, kita ini adalah suami istri, ingat itu!" lanjut Raja Arthur tidak mau kalah.

"Cih, istri yang tidak kau anggap dan kau abaikan maksud mu?' jawab Ratu Amora, tersenyum miring.

Raja Arthur, diam dan menghela nafas nya panjang, dirinya selalu tidak bisa menjawab setiap kali Ratu Amora, menyingung tentang pengabaian nya dulu pada Ratu Amora, tapi sekarang dirinya ingin memperbaiki semua nya. Apa itu salah? Pikir Raja Arthur.

Hey Yang Mulia Raja Arthur, perempuan yang sedang berdiri di depan mu itu bukan lagi perempuan yang sama seperti perempuan yang engkau nikahi, raganya memang masih Ratu Amora istri mu, tapi jiwa nya sekarang adalah milik, seorang agen rahasia, Jesica Marry. Tampaknya kau akan kesulitan untuk menaklukkan nya 🥱