NovelToon NovelToon
Gadis Ekstrovert & Dokter Introvert

Gadis Ekstrovert & Dokter Introvert

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / Cintapertama
Popularitas:670
Nilai: 5
Nama Author: Miss_Fey

Kisah gadis ekstrover bertemu dengan dokter introvert..
Awal pertemuan mereka, sang gadis tidak sengaja melukai dokter itu. Namun siapa sangka, dari insiden itu keduanya semakin dekat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Fey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

*******

Di rumah sakit, pria itu baru selesai dengan kegiatan operasinya.

Begitu ia keluar dari ruang operasi, para suster yang melihatnya mulai berbisik bisik karena terpesona dengan ketampanan dokter muda itu.

" Dia benar benar sangat tampan. " ucap mereka yang mulai bergosip.

" Sudah tampan, muda, pintar plus masih lajang. aku benar benar ingin menjadi pasiennya biar bisa di rawat oleh dokter tampan itu. " ucap mereka sambil terkekeh membayangkan.

" Benar banget, yang akan menjadi istrinya. pasti beruntung banget. " lanjut mereka.

" Ehem! ehem! sepertinya kalian punya waktu luang ya? sampai bergosip seperti itu? " tanya suster senior yang langsung menghampiri mereka.

" Maaf sus Mia. " jawab mereka kemudian langsung melanjutkan pekerjaan masing masing.

" Huuff.. dasar gadis gadis. " gumam suster Mia heran.

" Sus Mia! " panggil seseorang tiba tiba.

" Iya! " jawabnya yang langsung menoleh.

" Eh dokter Edo, ada yang bisa saya bantu dok? " tanya sus Mia.

" Bisa ikut saja sebentar, kita periksa pasien di unit UGD. " pinta Edo.

" Baik dok. " jawab sus Mia.

Keduanya pun langsung menuju unit UGD di lantai satu rumah sakit.

Jam makan siang pun tiba, beberapa dokter dan juga suster sedang duduk di kanting rumah sakit sambil mengobrol.

Edo duduk di salah satu meja sambil sibuk dengan IPADnya.

Tiba tiba seorang gadis dengan berpenampilan seksi datang menghampirinya.

Gadis itu duduk di meja yang sama dengan Edo.

" Dokter Edo! " sapa gadis itu dengan centilnya.

Edo hanya mengangguk singkat, kemudian  lanjut sibuk dengan IPADnya.

Sementara para dokter dan suster yang ada di meja sebelah, terlihat mulai berbisik bisik karena penasaran siapa gadis yang tengah duduk dengan Edo.

" Dok, tadi pas lewat rumah sakit, ibu saya pingsan tepat di depan gerbang. Makasih banyak ya, Dok. Kalau bukan karena tangan dingin Dokter Edo, mungkin kondisi ibu bisa tambah buruk, " ucap gadis itu, suaranya bergetar penuh haru.

" Itu sudah kewajiban saya sebagai dokter membantu, Mbak," balas Dokter Edo, sambil tersenyum ramah.

Dari kejauhan, beberapa suster dan dokter lainnya mulai berbisik-bisik.

" Itu siapa, sih? Kayaknya dia lagi deket-deketin Dokter Edo deh!" Tanya sus Mia penasaran.

"Ah, biarin aja. Dokter Edo kan profesional, nggak mungkin lah tergoda," timpal dokter Iyan dengan nada yakin.

"Serius, Dok? Nggak mungkin kan?" tanya suster Mia lagi dengan rasa ingin tahu.

"Kita lihat aja nanti," jawab dokter Iyan, masih dengan nada penuh keyakinan.

Mata mereka tak lepas dari interaksi gadis itu dengan Dokter Edo. Sambil melirik, gadis itu semakin berani mencoba dekat dengan Edo.

"Eh, Dok, kebetulan nanti malam Dokter Edo ada waktu nggak? Kalau dokter punya waktu luang, saya ingin mengajak dokter makan malam bersama, sebagai tanda terima kasih karena sudah menolong ibu saya. " Tanya gadis itu sambil tersenyum manis mencoba mencari celah di hati Edo.

Tiba tiba ponsel Edo berdering dan langsung memotong ucapan gadis itu.

" Maaf! Saya harus pergi sekarang, ada panggilan darurat. " ucap Edo sambil cepat-cepat menutup iPadnya dan bersiap untuk pergi.

Tidak sempat mendengar jawaban atas pertanyaan, gadis itu hanya bisa termenung.

Dokter lain di ruangan itu tersenyum penuh kemenangan.

"Nah, kan! Udah saya bilang, Dr. Edo itu gak mungkin gampang tergoda." Ucap dokter Iyan puas.

Mereka pun langsung beranjak dari tempat duduk, kemudian mengikuti Edo dari belakang.

"Eh, panggilan darurat ya, Dok?" tanya salah satu temannya dengan nada penasaran.

"Em, aku harus cek sampel di LAB sekarang. " jawab Edo, mencoba terlihat sibuk.

"Hah? Saya barusan dari LAB, loh. Nggak ada sampel yang harus diperiksa siang ini dok." ucap Sus Mia dengan ekspresi bingung.

Edo tampak kaget, tapi berusaha bersikap santai.

" Apa iya ada? Atau mungkin saya salah denger tadi." Gumam sus Mia heran.

"Lho, tapi nada dering tadi apaan dong?" desak Iyan penasaran.

"Jangan-jangan itu alarm jam aja, hahaha!" tebak Sus Mia, mencoba menebak.

Keduanya pun langsung tertawa.

" Dasar! dokter jantung tapi nggak punya hati," celetuk teman-temannya mengejek, sembari tertawa.

Namun Edo hanya tertawa mendengarnya, karena memang hanya alarm ponselnya yang berbunyi. untuk menghindari gadis itu.

Sore menjelang, Edo tiba di rumah. pria itu tampak sangat kelelahan karena pekerjaanya di rumah sakit sangat padat.

Ia memarkirkan mobilnya kemudian masuk kedalam.

" Huuff.. " gumam Edo yang langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa ruang tengah.

Tidak berselang lama, pria itu langsung terlelap kedalam mimpinya.

Ketika hari mulai beranjak gelap, Edo terbangun dengan dering ponselnya.

Dengan cepat ia bangkit kemudian melihat siapa yang menelpon.

"Iya, buk," Edo menjawab sambil langsung mengangkat telepon.

"Lagi di mana, Do?" suara ibunya terdengar khawatir dari seberang.

" Edo di rumah, bu." Jawab Edo.

"Besok kamu ada waktu nggak, Do?" tanya ibunya lagi, suaranya sedikit berharap.

Edo menghela nafas sebelum menjawab.

"Besok? Kayaknya nggak, deh, bu. Edo ada jadwal operasi" jawab Edo.

Sesaat, hening sejenak.

"Ayahmu ingin kamu datang ke rumah, Do," ucap ibunya, suaranya terdengar lembut namun serius.

Edo hanya bisa menggigit bibir bawahnya, berat untuk menjawab.

Ia pun diam sejenak begitu mendengar penuturan ibunya itu. karena ia tau persis, jika ayahnya ingin membahas sesuatu lagi setiap kali memintanya datang.

" Baik buk, Edo akan usahakan datang. " jawab Edo.

" Ya udah sayang, ibu tunggu ya. kita makan siang di rumah besok. " ucap ibunya.

" Iya buk. " jawab Edo.

Ibunya pun langsung menutup panggilannya, begitu mendapatkan jawaban yang ayahnya mau.

Edo langsung terlihat murung, membayangkan apa yang akan ayahnya minta padanya kali ini.

" Huufff.... " gumam Edo menghela nafas panjang, sambil menyadarkan kepalanya kebelang.

Edo merupakan dokter lulusan luar negeri, setelah menyelesaikan sekolahnya. ia di minta pulang oleh sang ayah dan bekerja di indonesia.

Sejak kecil kehidupannya sudah di tentukan sang ayah, sehingga ketika ia tumbuh dewasa. Edo merasa seperti tidak punya ruang untuk menikmati dan melakukan keinginannya sendiri.

Demi mempunyai waktu sendiri dan hidup tenang tanpa tekanan, Edo memilih pindah dan membeli rumah sendiri, agar bisa hidup dan menikmati waktunya dengan tenang.

Namun semua itu, masih belum membuat ayahnya mengerti.

Kehidupan Edo masih saja di atur oleh sang ayah, walaupun ia sudah beberapa kali mengatakan. ingin menentukan kehidupannya sendiri.

Namun bukannya mendapat persetujuan, justru sang ayah malah menentangnya dengan penuh amarah.

Hujan mulai membasahi pepohonan yang ada, udara malam semakin dingin. Edo duduk di teras rumahnya sambil memandangi langit yang terlihat gelap.

Tatapan kosong terlihat dari mata pria itu, seolah olah semua impiannya telah terbang pergi bersama embun yang jatuh di pagi hari.

Ketika sedang asyik melamun, tiba tiba Edo mendengar ada suara kucing dari depan pagar rumahnya.

Namun pria itu tidak menghiraukannya, ia malah semakin tenggelam dalam lamunannya.

***

Pagi menjelang, di rumah Suina. bibi Yan tengah menyiapkan sarapan pagi.

"Abang, mau jus buat nambah tenaga extra nggak nih?" tawar bibi Yan sembari membawa dua gelas jus ke meja makan.

" Boleh, lagi butuh tenaga tambahan buat ngejar beberapa pekerjaan nih," jawab Abangnya yang tengah asyik dengan laptopnya.

"Eh, Suina di mana? Kok belum kelihatan juga? " tanyanya, mengalihkan sejenak pandangan dari layar.

"Oh, dia lagi di kamarnya, mungkin lagi ngerjain pekerjaannya yang belum selesai. " jawab Bibi Yan sambil menyeka meja.

Tak lama kemudian, Suina yang mendengar suara ayahnya, keluar dari kamar dengan langkah gembira.

"Ayah, hati-hati di jalan ya!" serunya sambil memeluk sang ayah dengan erat.

"Iya, Nak. Kamu juga harus hati-hati di rumah, ya. Jangan nakal dan dengarkan Bibi," ujar Ayah sambil mengusap kepala Suina dengan lembut.

"Tentu, Ayah! Suina janji akan ingat semua pesan Ayah," jawab Suina mantap.

"Yan, tolong jaga putri kecilku ini," pesan Ayah kepada adik perempuannya itu, memberikan senyuman yang berat.

"Tenang saja, bang. Aku udah kayak ibu kedua buat dia, ngerti banget gimana caranya menangani 'si nakal' ini," sahut Bibi Yan sambil tertawa kecil mencubit gemas pipi chubby gadis itu.

" Ya udah deh, sebaiknya abang berangkat sekarang. Nanti ketinggalan pesawat," lanjut Bibi Yan sambil mengantarkan sang kakak ke pintu.

"Ya udah, ayah berangkat sekarang. Jaga diri kalian ya!" seru Ayah sebelum melangkah masuk ke dalam taksi.

"By Ayah!" teriak Suina sambil melambaikan tangan ke arah taksi yang mulai menjauh.

Setelah kepergian sang ayah, Suina pun kembali kedalam kamarnya untuk melanjutkan pekerjaanya.

Namun ia melihat sebuah amplop berada di atas meja kerjanya.

" Sepertinya dari ayah. " gumam Suina, karena penasaran ia pun langsung membukanya.

Senyum lebar langsung terukir di bibir Suina begitu melihat isi amplop itu, ternyata ayahnya meninggalkan uang saku sebelum ia pergi.

" Ternyata aku masih gadis kecil di mata ayah. " gumam Suina tertawa.

Walaupun sudah cukup umur untuk berumah tangga, namun ayahnya masih menganggap Suina putri kecilnya.

Karena melihat tingkah gadis itu yang masih seperti anak anak, jauh dengan usianya.

***

Keesokan harinya, ketika sedang sibuk dengan pekerjaanya di meja kerja.

Ponsel Edo berdering, dengan cepat pria itu mengangkatnya.

" Em! " jawab Edo sambil terus menatap layar ponselnya.

" Aku ganggu nggak? " tanya pria itu dari sembarangan.

" Em! " jawab Edo singkat.

" Sudah berminggu minggu kita nggak ketemu, rasanya sekarang aku seperti orang asing bagimu, dok. " ucap sepupunya itu heran.

Namun Edo hanya tertawa mendengarnya.

" Kenapa Rey? memangnya kamu tidak sibuk? " tanya Edo heran.

" Sibuk, tapi aku nggak sesibuk dokter satu ini. " jawab Rey.

" Ada apa? katakan cepat. " tanya Edo yang merasa terusik dalam pekerjaanya.

" Nggak ada apa apa, aku nelpon kamu hanya untuk memberi tahu tentang calon ipar perempuanku. " jawab Rey.

" Memangnya kamu sudah ketemu orangnya? " tanya Edo.

" Udah, orangnya cukup cantik. " jawab Rey.

" Oh! " ucap Edo singkat.

" Kayaknya cewek karir gitu, penampilannya benar benar elegan. nggak kayak cewek cewek biasa. " lanjutnya lagi memuji.

" Nta kalau kamu nggak bisa mengatasinya, tanya aku aja. kamu tau kan aku bisa di andalkan kan? " ucapnya tertawa.

" Em! " jawab Edo singkat.

" Em apanya? " tanya Rey bingung.

" Aku dengar kamu bakal ketemu dia, ya?" tanya Rey, penasaran.

"Em," jawab Edo singkat.

"Kapan?" Tanya Rey lagi .

"Besok, kenapa? Mau ikut?" Tawar Edo.

"Ah, nggak usah deh. Nanti dia malah salfok ke aku, bukannya sama kamu." Jawab Rey terkekeh.

" Lagian bibi Nia juga pasti nggak bakalan izin aku, takut aku rebut calon menantunya." Lanjut Rey tertawa.

"Itu aja kan, Rey?" tanya Edo seolah-olah sudah tahu.

"Hahaha, tapi jangan lupa undang aku ke pernikahan kalian, ya!" Ucap Rey mengejek .

"Dasar! Udah sana, aku lagi sibuk nih," keluh Edo sebelum akhirnya mematikan panggilannya, meninggalkan Rey yang masih tertawa di ujung sana.

Rey terus saja tertawa, karena berhasil membuat sepupunya itu kesal.

Edo memang sudah lama mengetahui jika akan di jodohkan, namun pria itu tidak ingin mengambil pusing. karena merasa itu bukan hal yang penting baginya.

Ayahnyalah yang kekeh menjodohkan ia dengan anak dari teman rekan kerjanya, walaupun Edo sudah beberapa kali bertemu dengan gadis itu. Tetap saja ia tidak ada ketertarikan sama sekali.

***

Di sebuah kampus, gadis yang akan di jodohkan dengan Edo. tengah sibuk dengan pekerjaanya.

Ia merupakan seorang dosen di fakultas bisnis dan juga pebisnis sukses.

" Prof Cindi! " panggil salah satu rekan kerjanya yang menghampirinya.

" Iya! " jawabnya sambil tersenyum ramah.

" Saya bawakan beberapa oleh oleh untuk prof, kebetulah dua hari yang lalu saya pulang kekampung. tapi maaf kalau bukan sesuatu yang mewah. " ucap rekan kerjanya itu.

" Nggak apa apa kok, justru saya paling suka oleh oleh dari kampung. Apalagi jajan seperti ini, jarang banget di jual di sini. " jawab Cindi yang memang tidak pernah mempermasalahkan apapun yang di berikan teman temanya, walaupun itu hal yang sederhana.

Karena ia selalu ramah dengan siapa saja, itu sebabnya rekan kerjanya sangat senang berteman dengannya. Karena Cindi tidak sombong, walaupun berasal dari keluarga terpandang.

Di kediaman Suina, gadis itu tengah sibuk dengan pekerjaanya.

Sebagai desain grafis, Suina memang sering menghabiskan waktu bekerjanya di rumah.

Gadis itu tampak terlihat sangat serius dengan komputernya.

Tiba tiba perhatiannya teralih, karena mendengar ada seseoang yang memanggilnya dari pagar depan.

Dengan cepat Suina keluar barlari menuju pagar depan.

"RIRI!" teriak Suina gembira, seraya berlari menyongsong sahabatnya yang tiba-tiba muncul di depan pagar rumahnya.

" Kamu kok tiba-tiba dateng? Mana nggak kasi kabar dulu!" Tanya Suina heran.

"Hehe, sengaja nih, biar kejutan!" balas Riri dengan senyum lebar.

Kedua gadis itu langsung berpelukan erat, melepaskan rasa rindu.

" Aku kangen banget, tau nggak sih?" ucap Suina, dengan matanya berbinar-binar.

"Nah, makanya aku bawa ini nih, makanan favorit Kamu!" Jawab Riri mengeluarkan kotak makanan dari tasnya, membuat mata Suina semakin berkilau.

"Ah, kamu emang the best deh! Yuk masuk, kita ngobrol sambil makan!" ajak Suina, sambil menggandeng tangan Riri memasuki rumah.

"Eh, bibi Yan ada nggak di rumah?" tanya Riri penasaran.

"Iya, ada di dalam. Paling lagi siapin makan siang." jawab Suina sembari membawa Riri masuk ke dalam untuk melepas kerinduan yang telah lama terpendam.

Setelah sampai di dalam, Riri langsung melihat bibi Yan yang sedang menyiapkan makan siang di meja makan.

" Selamat siang Bibi Yan?!" seru Riri sambil mendekati wanita paruh baya itu dengan ekspresi penuh kejutan.

"Wah, Riri! Kamu kapan datang?" Ucap Bibi Yan memeluknya erat, mata berbinar tak percaya.

"Baru saja, Bibi," jawab Riri sembari melepaskan pelukan.

"Bikin kaget aja kamu, yuk ah kita makan, Bibi udah siapin makanan kesukaan kamu dan Suina," ajak Bibi Yan, tersenyum lebar.

"Iya, iya, tapi izinkan Riri taruh koper dulu ya," sahut Riri, gembira namun kelihatan lelah.

"Tenang aja, Suina akan bantu Riri bawakan kopernya. Yuk ke kamar," ucap Suina yang langsung membawa kopernya naik keatas.

"Yuk," ucap Riri, mereka pun berjalan bersama menuju kamar, sembari tertawa kecil mengingat kejutan yang baru saja terjadi.

Setelah selesai makan siang, Suina pun lanjut mengerjakan pekerjaannya yang belum selesai.

Sementara Riri lanjut menatap beberapa baju bajunya di lemari, karena ia akan tinggal beberapa hari di tempat Suina.

Tiba tiba Suina teringat dengan sesuatu.

Dengan cepat gadis itu mematikan komputernya, kemudian segera bersiap siap.

"Eh! Eh! Eh! Mau cabut ke mana?" tanya Riri dengan nada heran yang tinggi.

"Keluar bentar, Rir," jawab Suina sembari tergesa-gesa mengambil tas dan jaketnya.

"Suina! Suina!" Riri berteriak dari belakang, semakin bingung melihat tingkah temannya itu.

" Kamu mau ke mana? Kok buru-buru banget sih?!" Tanya Riri penasaran.

"Ada yang penting, nanti aku cerita!" sahut Suina sambil terus melaju menuju pintu.

Riri hanya bisa menggumam penasaran, bertanya-tanya kemana temannya itu akan pergi.

Sementara itu, Suina terus menyusuri jalanan menuju toko sembako milik kake dan neneknya.

Sesampainya di sana, ia melihat hanya neneknya yang sedang berada di toko.

Dengan cepat Suina masuk kedalam menemui neneknya.

" Nenek! " ucap Suina sambil tersenyum manis.

Neneknya itu langsung kaget melihat kedatangan Suina, sambil melihat lihat sekitarnya.

" Nenek jangan khawatir, kakek belum datang kok. " ucap Suina.

" Kamu ngapain kesini lagi? nanti kalau ketahuan kakek. kamu bisa di usir lagi. " tanya neneknya cemas.

" Pulanglah. " lanjut neneknya lagi.

" Suina datang kesini, karena ingin melihat nenek. " jawab Suina.

" Nggak apa apa, kalau kakek tidak ingin melihat Suina datang. tapi Suina tau, nenek pasti nggak akan marah kan kalau Suina datang? " lanjut Suina tersenyum manis.

Nenenya itu pun langsung tersentuh mendengarnya.

Walaupun dulu ia pernah marah pada putranya, namun setelah melihat Suina sang cucu yang tumbuh menjadi gadis cantik. neneknya itu langsung luluh seketika.

" Suina datang kesini, karena ingin memberi tahu nenek dan kakek. kalau sekarang Suina sudah bekerja dan tinggal di kota ini.  jadi kapan saja, Suina bisa datang kesini untuk melihat kalian. " ucap Suina.

" Nenek senang kan? kalau Suina sering datang kesini? " tanya Suina.

Neneknya langsung tersenyum sambil mengangguk mendengarnya.

" Suina bawain ini buat nenek. " ucap Suina sambil meletakan satu buah keranjang besar buah buahan yang ia beli.

" Sama ini juga, susu kedelai murni karena baik untuk kesehatan kakek dan nenek. " lanjutnya lagi sambil mengeluarkan semuanya.

" Udah! udah! kamu cepat pulang sekarang, takut tiba tiba kakekmu datang. " ucap neneknya cemas.

" Ya udah deh, tapi Suina akan datang lagi besok. " jawab Suina.

" Terima kasih ya nek, Suina senang banget. karena bisa ngobrol sama nenek walaupun hanya sebentar. " lanjutnya lagi.

Neneknya itu benar benar sangat terharu mendengarnya.

" Suina pamit dulu, salam buat kakek.  ya walaupun kakek pasti tidak akan menerima salam dari Suina. tapi Suina yakin, suatu saat nanti. pasti kakek akan luluh, karena Suina tidak akan menyerah begitu saja untuk meluluhkan hati kakek. " ucap Suina.

Dengan cepat gadis itu keluar, sambil melambaikan tanganya.

Ia benar benar merasa sangat senang hari ini.

Dalam perjalanan pulang, tidak henti hentinya. Suina bersenandung kecil, sambil sesekali mampir ketaman yang ia lewati.

###NEXT###

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!