Luna Maharani.
Nama yang sudah lama tidak ia dengar. Nama yang dulu sempat jadi alasan pertengkaran pertama mereka sebelum menikah. Mantan kekasih Bayu semasa kuliah — perempuan yang dulu katanya sudah “benar-benar dilupakan”.
Tangan Annisa gemetar. Ia tidak berniat membaca, tapi matanya terlalu cepat menangkap potongan pesan itu sebelum layar padam.
“Terima kasih udah sempat mampir kemarin. Rasanya seperti dulu lagi.”
Waktu berhenti. Suara jam dinding terasa begitu keras di telinganya.
“Mampir…?” gumamnya. Ia menatap pintu yang baru saja ditutup Bayu beberapa menit lalu. Napasnya menjadi pendek.
Ia ingin marah. Tapi lebih dari itu, ia merasa hampa. Seolah seluruh tenaganya tersedot habis hanya karena satu nama.
Luna.
Ia tahu nama itu tidak akan pernah benar-benar hilang dari hidup Bayu, tapi ia tidak menyangka akan kembali secepat ini.
Dan yang paling menyakitkan—Bayu tidak pernah bercerita.
Akankah Anisa sanggup bertahan dengan suami yang belum usai dengan masa lalu nya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Nunna_Re, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
Hari ini Anisa sudah resmi menjadi istri Bima dan Villa milik keluarga Pratama sudah menjadi panti asuhan juga sudah menjadi milik Anisa sesuai dengan janji Ratna. Walapun pernikahan ini hanya sebatas perjanjian tapi Nisa sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk membuka hati nya untuk Bima, walaupun cinta itu belum ada tapi sesuai kata pepatah cinta hadir karena terbiasa.
Nisa ingin menjalankan tugas kewajiban nya sebagai istri dengan sebaik-baik nya karena Anisa merasa berhutang budi pada Ratna yang sudah menyelamat kan hidup nya dan hidup adik-adik nya di panti terlepas dari isi perjanjian yang sudah dia tanda tangani.
Anisa sudah berada di apartemen pribadi milik Bima di antarkan oleh sopir pribadi Bima dan asisten nya Rendy, karena mulai saat ini mereka akan tinggal disini. Karena Bima sangat kekeh untuk segera pindah padahal mama dan papa nya masih meminta mereka untuk tinggal di rumah utama sampai minggu depan.
"Bismillah " Nisa mengehela nafas panjang sebelum membuka dan memasuki apartemen yang akan menjadi tempat tinggal nya.
Klik
Pintu terbuka setelah Anisa memasukan cardlock milik nya yang di berikan Rendy, Kalau Bima jangan di tanya, pasti ia sekarang di apartemen Luna. Nisa tampak kagum dengan isi apartemen yang cukup luas dan ada 2 kamar. Nisa memasuki kamar pertama dan aroma parfum Bima meyeruak di indra penciuman Nisa, bisa Nisa pastikan bahwa itu adalah kamar suami nya Bima.
Anisa bergegas ke kamar ke 2 yang letak nya terpisah yakni dekat dapur. Anisa memasuki kamar itu dan mulai menyusun pakaian dan keperluan nya di kamar itu, Karena besok Nisa sudah mulai masuk kuliah kembali setelah izin 3 hari.
Nisa menemukan kotak kayu yang di berikan Asih di koper nya, dia pun membuka nya ,mengambil kalung itu dan memakainya.
" Semoga kita bisa bertemu lagi ayah, ibu. Aku gak tau gimana caranya buat cari kalian. Aku hanya punya kalung ini sebagai petanda." gumam Nisa mengusap liontin yang tersemat di kalung itu.
Tak terasa karena sibuk menata semua barang - barang nya, jam di dinding sudah menunjukan pukul 5 sore dan Nisa teringat bahwa dia harus menyiapkan makan malam, Walaupun ia tahu Bima tak akan pulang. Tapi ia juga butuh makan.
Nisa bergegas ke dapur dan membuka kulkas, isi nya hanya ada persediaan untuk membuat nasi goreng. Jadi Nisa ber inisiatif untuk membuat nasi goreng saja.
Pukul 20.00 WIB terdengar suara pintu apartemen terbuka dan Nisa yang belajar di ruang TV segera melihat ke arah pintu. Nisa kaget melihat suami nya pulang dengan wanita yang memakai riasan cukup tebal plus mini dress yang berwarna merah terang bergelayut manja di lengan kokoh nya. Luna.
" Sudah pulang, Mas " sapa Anisa sopan.
" Lo masak?" Tanya Bima.
" Sudah Mas, tapi cuma ada persediaan untuk nasi goreng di kulkas jadi saya cuma bikin nasi goreng untuk saya. " ucap Anisa.
" Apa ?? Cuma nasi goreng ?." Sentak Luna. " Beb, aku lagi pengen makan hotpot kita keluar aja ya beb " rengek Luna pada Bima.
Sebenarnya hati Luna ketar ketir setelah menelisik penampilan Anisa yang masih terlihat sangat cantik walaupun tanpa makeup dan baju sederhana, tidak seperti yang di ucapkan Bima bahwa Anisa gadis kampungan. Luna takut kalau Bima akan jatuh cinta pada Anisa jika mereka sering bersama.
" Iya Hon , ayuk kita pergi " Bima tak segan-sengan mengecup bibir Luna di hadapan Anisa.
" Anisa kenal kan ini Luna kekasih gue, Luna bebas untuk keluar masuk apartemen ini jadi lo ga ada hak buat ngelarang nya. " tambah Bima.
"Baik Mas, saya juga tau status saya di sini jadi mas tenang saja " ucap Anisa.
Nisa tidak peduli apa yang akan di lakukan Bima, toh pernikahan mereka hanya di atas kertas, yang jelas Anisa sudah menyelesaikan tugas nya sesuai yang tertulis di surat perjanjian.
Pukul 02.00 dini hari Nisa terbangun karena haus dan bergegas menuju dapur, saat memasuki dapur Anisa mendengar suara desahan dua insan yang sedang bercinta di ranjang panas nya.
"Astagfirullah, suara apa itu, mereka berzina?, kenapa tidak nikah saja, " gumam Anisa dan berlalu pergi menuju kamar nya.
Pagi-pagi sekali Anisa sudah bagun. Selepas sholat shubuh Anisa ke dapur berniat untuk membuat sarapan, saat membuka kulkas Anisa tersenyum bahagia karena di kulkas sudah banyak stok bahan masakan.
"Pasti Mas Bima semalam yang membelinya" gumam Anisa. Padahal yang membeli adalah Rendy atas suruhan Sinta. yang tidak ingin menentukan kesayangannya kekurangan bahan masakan.
Anisa mengambil beberapa bahan untuk membuat Sandwich untuk sarapan dan segelas susu untuknya.
Tak berselang lama Luna keluar dari kamar dengan penampilan yang berantakan dengan banyak tanda merah di leher nya.
" Pagi mbak " sapa Nisa.
" Hmm gue ingetin ya sama lo jangan coba-coba buat rayu mas Bima, ngerti lo !!! " ucap Luna.
" Baik mba, saya mau siap-siap ke kampus dulu. Itu ada lebih sandwich, kalau mbak mau makan aja. " jawab Anisa dan meninggalkan Luna di meja makan bersiap untuk ke kampus karena ada jam pagi ini.
Tak beselang lama Bima sudah keluar kamar dengan stelan kantor nya.
"Pagi Hon , Mana perempuan itu ? " Tanya Bima sembari duduk menyesap kopi buatan Luna.
" Katanya mau siap-siap kuliah beb, jadi dia mahasiswa? Dapat uang dari mana dia bisa kuliah, bukanya kata kamu dia anak panti asuhan?? Ucap Luna yang merasa posisinya semakin terancam.
" Hmm dia kuliah di kampus ternama dan dia anak beasiswa " ucap Bima dan kemudian memakan sandwich buatan Nisa.
" Enak!! Ini kamu yang bikin Hon?." tanya Bima .
"Iya donk." ucap Luna berbohong.
"Hebat juga kamu. Ternyata kamu gak hanya hebat di ranjang, tapi juga di dapur." celetuk Bima membuat Luna tersipu.
" Beb , gimana kalau mulai hari ini aku tinggal disini saja ya sama kamu, aku takut beb kalau kamu hanya bedua saja sama wanita itu lama-lama kamu akan kepicut." ujar Luna.
"Boleh tapi kalau nanti orang tua aku tau bagaimana? aku ga mau bikin masalah Hon sebelum hak waris jatuh ketangan aku" ucap Bima.
" Ya gak lah mas, lagian kan orang tua mas selama ini ga pernah datang kesini kan ? Ucap Luna.
" Iya.. tapi sekarang status mas beda Hon, mas ragu kalau mama akan sering datang kesini buat jenguk tu perempuan " timpal Bima merasa khawatir.
" Bilang aja kamu ga mau aku tinggal disini " rajuk Luna dan pergi meninggalkan Bima.
" Hon, bukan gitu, dengerin aku dulu " bujuk Bima tapi Luna sudah mengunci pintu kamar nya dan mau tidak mau Bima meninggalkan nya dan pergi ke kantor karena takut telat apalagi saat ini Bima masih dalam pengawasan papa nya.
" Sudah lah, nanti juga baik lagi kalau dibeliin tas branded " gumam Bima yang sudah hafal kalau kelemahan kekasih nya adalah uang .