Arion adalah segalanya yang diinginkan setiap wanita dan ditakuti setiap pria di kampus. Tampan, karismatik, dan pemimpin Klan Garuda yang tak terkalahkan, ia menjalani hidup di atas panggung kekuasaan, di mana setiap wanita adalah mainannya, dan setiap pertarungan adalah pembuktian dominasinya. Namun, di balik pesona mautnya, tersembunyi kekosongan dan naluri brutal yang siap meledak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dnnniiiii25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Malam itu apartemen Arion terasa lebih dari sekadar tempat tinggal, Itu adalah markas rahasia pusat komando kecil di tengah badai yang mulai bergejolak. Udara dipenuhi aroma kopi yang pekat, ketegangan yang menggantung, dan desisan pelan laptop Adrian yang tak henti bekerja.
Di sana mereka berkumpul, Arion dengan tatapan yang kini lebih tajam dan penuh tanggung jawab, Luna yang memancarkan ketenangan namun menyimpan bara api tekad, Kenzie si penjaga yang setia dan Adrian sang ahli dunia maya yang pendiam. Terlihat di luar jendela, kampus seakan tidur lelap, tidak menyadari jaring laba-laba korupsi dan eksploitasi yang telah mencengkeramnya.
"Alditama Group" Adrian memulai, suaranya rendah fokus pada layar laptop yang kini menampilkan jaring-jaring perusahaan dan transaksi keuangan.
"Mr. ALDITAMA (60-an, konglomerat properti, kepala Alditama Group, memiliki jaringan politik dan bisnis yang luas). Dia adalah pemilik sah dari perusahaan konstruksi fiktif yang menerima dana pembangunan kampus, Bukan hanya Dekan Anwar, tapi juga beberapa rektor dan dekan di universitas lain terlibat dalam skema ini". Kenzie bersiul pelan.
"Jadi, kita tidak hanya melawan Dekan Anwar, Kita seperti melawan gurita".
"Tepat" Arion mengangguk, rahangnya mengeras.
"Dekan Anwar hanyalah pion, Alditama adalah rajanya". Luna yang duduk di samping Arion, menatap layar dengan ekspresi jijik.
"Jadi, semua proyek pembangunan megah di universitas ini, itu hanya kedok untuk mencuci uang?"
"Bukan hanya itu," Adrian menambahkan.
"Aku juga menemukan beberapa log komunikasi yang terenkripsi antara Dekan Anwar dan Alditama, Ada beberapa kode aneh yang mereka gunakan, Terutama tentang aset baru dan investasi jangka panjang". Adrian memperbesar salah satu log.
"Aku curiga aset baru ini merujuk pada mahasiswi-mahasiswi yang mereka eksploitasi".
Arion mengepalkan tangannya, "Sialan".
"Kita butuh bukti yang tidak bisa dibantah," Profesor Hadi, yang bergabung melalui video call di layar tablet Arion, berkata.
"Jika kita langsung maju dengan ini, mereka akan menghancurkan kita, Mereka akan membalikkan fakta, menuduh kita memfitnah."
"Kita sudah punya video Adam, catatan puisinya, dan bukti transaksi mencurigakan" Arion membalas.
"Itu bagus" Profesor Hadi mengakui.
"Tapi Alditama punya puluhan pengacara, Kita butuh sesuatu yang lebih, Sesuatu yang bisa berbicara langsung kepada publik, yang tidak bisa dimanipulasi oleh media mereka".
Luna memegang tangan Arion. "Aku punya ide, Serena", Semua mata tertuju pada Luna".
"Aku akan bertemu dengannya besok, Aku akan menggunakan alasan pameran untuk mendapatkan lebih banyak informasi", Luna menjelaskan.
"Dia ambisius, Dia ingin kekuasaan, Mungkin dia bersedia bicara jika kita memberinya jalan, Tapi kita harus berhati-hati, Dia adalah ular, seperti yang Profesor Hadi katakan".
Arion menatap Luna, hatinya dipenuhi campuran kecemasan dan kebanggaan.
"Ini berbahaya Luna,Sangat berbahaya."
"Kita tidak punya pilihan Arion," Luna membalas, matanya penuh tekad.
"Kita tidak bisa membiarkan mereka menang". Arion menarik Luna mendekat, mencium puncak kepalanya, Ada rasa takut yang samar dalam dirinya, ketakutan akan kehilangan Luna di tengah permainan berbahaya ini, Ia tahu ia harus mempercayai Luna, tapi naluri protektifnya berteriak untuk menarik Luna keluar dari sini.
"Baiklah, Tapi aku akan selalu ada di belakangmu. Kenzie, Adrian, kalian harus siapkan tim untuk memantau Luna, Setiap gerak-geriknya, setiap percakapannya, Sekecil apa pun kejanggalan, kalian harus bertindak." Kenzie dan Adrian mengangguk serius.
Profesor Hadi di layar menghela napas, "Baiklah, Ini adalah langkah yang sangat berani, Tapi jika berhasil, ini bisa menjadi kunci untuk menghancurkan mereka".
Malam itu, setelah rencana disepakati, Arion duduk berdua dengan Luna di sofa. Kenzie dan Adrian masih sibuk dengan laptop mereka di meja, Arion merasakan tarikan kuat pada Luna.
"Kau takut?" Arion bertanya, suaranya pelan, Luna menyandarkan kepalanya di bahu Arion.
"Tentu saja, Aku takut mati, Aku takut kau akan kembali ke dirimu yang dulu, Aku takut kita gagal."
"Kita tidak akan gagal", Arion berjanji, membelai rambut Luna.
"Aku tidak akan membiarkannya."
Arion memutar tubuhnya, menghadap Luna, Ia memegang wajah Luna di antara kedua telapak tangannya, menatap dalam mata gelap itu.
"Aku mungkin brengsek Luna, Aku mungkin telah menyakiti banyak orang, Tapi ini berbeda, Ini tentang kebenaran, Dan ini tentang kau". Ia mendekatkan wajahnya, mencium bibir Luna dengan lembut.
Ciuman itu perlahan menjadi lebih dalam, lebih intens, Luna membalasnya, tangannya melingkar di leher Arion. Arion bisa merasakan gairah yang membara di antara mereka, namun kali ini, gairah itu bercampur dengan emosi yang lebih kuat, komitmen, kepercayaan, dan rasa takut yang aneh.
Mereka berdua terhanyut dalam ciuman itu, melupakan sejenak bahaya yang mengintai, melupakan jaring-jaring Alditama, melupakan Serena. Hanya ada Arion dan Luna di tengah kekacauan, mencari kedamaian dalam sentuhan satu sama lain.
Pagi harinya, Luna bersiap untuk bertemu Serena, Ia mengenakan pakaian yang sama seperti sebelumnya, blus putih dan rok pensil, memancarkan aura mahasiswi seni yang cerdas dan lugu. Di balik ketenangannya, ia merasakan jantungnya berdebar kencang, Ia mengecek pena perekamnya sekali lagi, memastikan berfungsi, Arion menatap Luna, hatinya dipenuhi campuran kecemasan dan kebanggaan.
"Ingat Luna, Hati-hati, Sedikit saja merasa tidak nyaman, keluar". Luna mengangguk.
"Aku tahu". Arion mencium kening Luna, lalu mencengkeram bahunya.
"Aku di belakangmu". Sementara Luna melangkah menuju pertemuan dengan Serena, Arion menerima pesan dari Clarissa.
"Arion, aku dengar ada pesta besar malam ini di penthouse Alditama Group, Banyak petinggi kampus dan orang penting akan hadir Dan banyak mahasiswi juga". Arion menyeringai.
"Waktu yang tepat". Ia menatap ke arah pintu keluar apartemen, di mana Luna baru saja menghilang, Arion tahu, ia dan Luna telah memasuki sebuah permainan yang sangat berbahaya. Dan ini baru permulaan.