NovelToon NovelToon
Bukan Istri Bayangan

Bukan Istri Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Dokter
Popularitas:586.2k
Nilai: 5
Nama Author: Desy Puspita

Bertahun-tahun memendam cinta pada Bagaskara, Aliyah rela menolak puluhan lamaran pria yang meminangnya.

Tak disangka, tepat di hari ulang tahunnya, Aliyah mendapati lamaran dari Bagaskara lewat perantara adiknya, Rajendra.

Tanpa pikir panjang Aliyah iya-iya saja dan mengira bahwa lamaran itu memang benar datang dari Bagaskara.

Sedikitpun Aliyah tidak menduga, bahwa ternyata lamaran itu bukan kehendak Bagaskara, melainkan inisiatif adiknya semata.

Mengetahui hal itu, alih-alih sadar diri atau merasa dirinya akan menjadi bayang-bayang dari mantan calon istri Bagaskara sebelumnya, Aliyah justru bertekad untuk membuat Bagaskara benar-benar jatuh cinta padanya dengan segala cara, tidak peduli meski dipandang hina ataupun sedikit gila.

.

.

"Nggak perlu langsung cinta, Kak Bagas ... sayang aja dulu nggak apa-apa." - Aliyah Maheera.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 06 - Tetap Seranjang

Lama Bagaskara menunggu, dan lama pula Aliya berusaha mengingat. Padahal tadi dia begitu semangat ingin mengatakan sesuatu, tapi entah mengapa, semua buyar begitu saja setelah interaksi singkat bersama Bagaskara barusan.

"Ah, aku lupa seriusan ... nanti kalau ingat." Aliya akhirnya menyerah, pasrah karena semakin dipaksa justru semakin hilang dari ingatan.

Maklum saja, mungkin karena terlalu gugup, atau jangan-jangan memang karena tatapan Bagaskara yang dingin namun memikat itu membuat pikirannya berantakan. Satu-satunya yang jelas, Aliya sadar dirinya sudah terlanjur jatuh dalam pesona suaminya sendiri.

Tidak ingin memaksa, Bagaskara hanya mengangguk pelan. "Ya sudah kalau lupa, tidak perlu dipaksakan."

Aliya tersenyum kikuk, jari-jarinya saling meremas di atas pangkuan. "Hem, maafin kalau bikin nunggu."

Lagi, dan lagi, gadis itu meminta maaf hanya untuk hal-hal sederhana. Bagaskara sampai kehabisan kata-kata.

Bukannya tidak ingin menanggapi, hanya saja mulutnya seperti kelu. Pada akhirnya, dia memilih diam, membiarkan kata-kata Aliya menggantung di udara.

Diam itu kemudian menjelma jadi gerbang hening untuk kesekian kalinya.

Aliya berusaha mengabaikan rasa canggung yang perlahan mencekik dadanya.

Pandangannya berkelana ke sekeliling ruangan yang sederhana, sesekali menatap langit-langit putih pucat, lalu mengusap lehernya seakan mencari pengalih perhatian.

Namun, rasa kantuk yang sejak tadi menunggu kesempatan perlahan menyerang. Kelopak matanya berat, tubuhnya mulai kehilangan tenaga.

Tepat di hadapan Bagaskara, Aliya sempat menguap kecil, lalu buru-buru menutup mulutnya dengan punggung tangan.

Bagaskara menyadari itu. Tatapannya menyapu sekeliling ruangan. Memang, kamar rumah sakit ini tidak disiapkan untuk penjaga pasien, karena Rajendra yang mengurus administrasi, jelas saja semua ini direncanakan olehnya.

Tidak ada sofa panjang atau tempat tidur cadangan, hanya kursi plastik keras yang jelas tidak nyaman ditempati semalaman.

"Hoam ... ya Tuhan, kenapa sih," gumam Aliya lirih, berusaha menahan rasa kantuknya.

Hati kecil Bagaskara seketika bergejolak. Dia tahu betul apa yang seharusnya dia lakukan sebagai seorang suami.

Nalurinya ingin menawarkan tempat agar Aliya bisa beristirahat dengan baik.

Namun, mulutnya seakan membeku, lidahnya kelu. Ada tembok tak terlihat yang menahannya untuk berkata-kata.

Sementara itu, Aliya semakin kalah oleh kantuk. Kelopak matanya menutup rapat-rapat meski dia terus mencoba melawan.

Hingga akhirnya, kepala mungilnya terangguk-angguk, hampir saja jatuh ke belakang.

Refleks, Bagaskara mengulurkan tangan. Tepat sasaran, sebelum kepala Aliya benar-benar terjengkang, ia berhasil menahannya.

"Eungh?" Aliya sontak terbangun, matanya mengerjap pelan.

Saat itu pula, pandangan mereka bersitatap. Bagaskara sudah dalam posisi setengah duduk, menopang kepala istrinya.

Seketika, wajah Aliya memerah. Dia buru-buru membetulkan posisi duduk agar tidak terlalu lama jadi beban.

"Ngantuk?" tanya Bagaskara singkat, suaranya lebih lembut dari biasanya.

Aliya mengangguk kecil. "Iya ... ngantuk banget."

"Masih punya tenaga buat kembali ke hotel tidak kira-kira?" tanyanya lagi.

Deg.

Pertanyaan itu terdengar biasa saja. Wajar, normal, tapi entah kenapa terasa berbeda hanya karena keluar dari mulut suaminya.

Aliya terdiam, matanya menatap tanpa benar-benar berani menjawab.

"Sepertinya tidak ya? Kalau begitu, tidur di sini saja." Bagaskara melanjutkan, seolah mengisi kekosongan dari diamnya Aliya. "Tadi Rajendra yang ngurus kamar, aku juga tidak sempat pilih tempat yang nyaman buat kamu istirahat."

Aliya hampir saja merasa terluka karena mengira Bagaskara ingin mengusir. Tapi dalam detik berikutnya, ucapannya justru seperti obat penenang.

Nada khawatir itu murni karena memikirkan kenyamanannya. Hatinya menghangat.

"Baiklah, masih muat ... tapi jangan banyak gerak ya, Kak. Kamu tahu sendiri keadaanku bagaimana," ucap Bagas seolah tengah meminta pengertian pada Aliya.

Tanpa penolakan, Aliya akhirnya naik ke atas ranjang. Inilah momen yang diam-diam sudah dia tunggu sedari tadi. Tawaran sederhana itu saja sudah membuatnya bahagia.

Dengan sangat hati-hati, dia merebahkan tubuh mungilnya di sisi Bagaskara. Aliya tahu betul apa yang harus dia lakukan, tidak menyentuh luka, tidak mengganggu posisi tidur, dan memastikan dirinya tidak menjadi beban tambahan bagi pria itu.

Bagaskara sempat bergeser, berusaha menyisakan ruang lebih lebar. Tapi Aliya justru menatapnya penuh protes.

"Kenapa geser?" tanyanya terang-terangan, kali ini cukup berani.

"Heum?" Bagaskara mengerjap, seolah tidak mengerti.

"Aku tanya, Kakak.kenapa susah payah geser?"

"Supaya muat."

"Ini sudah muat, Kak. Jangan banyak gerak ... tulang-tulangmu itu harus istirahat," tegur Aliya, kali ini nadanya tegas seperti seorang dokter yang menegur pasien.

Tanpa segan, ia bahkan berusaha memperbaiki posisi Bagaskara. Tangannya terulur, menyentuh bahu lebar itu dengan niat baik.

"Ssshhh, awh!!" Bagaskara meringis.

Aliya terkejut. "Apa sakit?"

"Ya sakitlah. Pundakku terbentur aspal, Aliya." Wajah Bagaskara menegang, matanya memejam menahan nyeri.

"Aduh, maaf ... aku tadi cuma niatnya benerin posisi." Aliya buru-buru meminta maaf lagi. Jemarinya refleks mengusap lembut pundak itu, seakan ingin meredakan sakitnya dengan sentuhan ringan.

Bagaskara hanya menghela napas berat, memejamkan mata sambil menahan diri. Dalam hati, firasatnya makin kuat, mungkin mengizinkan Aliya tidur bersamanya di ranjang yang sama bukanlah keputusan bijak.

Ada risiko, terutama pada luka yang dia alami karena Bagas belum tahu seaktif apa wanita ini jika sedang tidur.

Namun, semuanya sudah terlanjur. Aliya sudah berbaring di sampingnya. Dia tidak punya pilihan lain kecuali membiarkan.

"Tidurlah," ucap Bagaskara pada akhirnya, suaranya datar tapi terdengar lembut.

Lagi dan lagi, Aliya tersenyum kecil. "Iya, ini aku tidur ... kakak juga ya?"

"Hem."

Jawaban pendek itu cukup. Dalam diam, keduanya saling merasakan keberadaan masing-masing dan juga sibuk dengan pikiran sendiri-sendiri.

Bagaskara dengan kekhawatiran bahwa Aliya akan menginjak atau mungkin membuatnya makin tersiksa hingga kesulitan memejamkan mata.

Sementara di sisi lain, Aliya merasakan ketenangan dan kehangatan secara bersamaan. Dalam diam, dia bersorak kegirangan dengan senyum yang kian lama kian mengembang. "Hem nggak apa-apa deh malam pertamanya gagal total, seenggaknya masih tetap bisa seranjang."

.

.

- To Be Continued -

Last eps hari ini ... See you esok hari 🫶🏻

1
*💞 𝘍𝘭𝘰𝘸𝘦𝘳𝘴 💞*
emang ya umur segitu lagi lucu ²nya..kadang eling kadang kumat🤧🤧
վօօղíҽ̀z࿐༅ɯιƚԋ ʅσʋҽ࿐༅
Jangan ngeledek entar disenggol ngembun kacanya 🙊...
Elu kagak tauuu sihh ada yang gagal lolos pildun 😔...
Ehhh apa hubungannya yaa sama pintu restoran dengan pildun /Sob/..
enur 🍀⚘
kak thor , gimana kalo ada cowok yang menyukai Aliya , biar Bagas sadar bahwa Aliya milik ny ,pen tau gimana cemburu ny Bagas jika ada yang menyukai Aliya 🤭✌
*💞 𝘍𝘭𝘰𝘸𝘦𝘳𝘴 💞*
tanggung jawab kak Des aku sesegukan ini..😭😭😭😭😭😭😭
*💞 𝘍𝘭𝘰𝘸𝘦𝘳𝘴 💞*
Heran sama kaum Adam buat mengucapkan kata maaf.tapi susah nya kaya udah minta maaf langsung di sembelih 😤😤
*💞 𝘍𝘭𝘰𝘸𝘦𝘳𝘴 💞*
sesakit itu Bagas..disaat cinta kita yg tulus dianggap tak berharga 😭😭😭
hyunity
🤣🤣🤣🤣
*💞 𝘍𝘭𝘰𝘸𝘦𝘳𝘴 💞*
semelow ini kah aku sekarang baca Aliya ngomong gini aja ku 😭😭😭
hyunity
❤️❤️❤️❤️
hyunity
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Sari Sindanglaya
Bagaskara gengsi mu segede gunung pdhal itu membuat aliya sakit hati... pdhal dlm hatimu mengakui kalo mulai menyayangi atw malahan lebih... jdi turunkan ego mu gk akan mengurangi harga dirimu sbg suami wkwkwk🤣🤣
Dian Isnawati
lanjut
hyunity
🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺
*💞 𝘍𝘭𝘰𝘸𝘦𝘳𝘴 💞*
merasa km gas kalau selama ini bicara mu irit🤪
*💞 𝘍𝘭𝘰𝘸𝘦𝘳𝘴 💞*
semua lelaki rata² gini ya..KURANG PEKA 🤧🤧
Nurul Aisyah
emang kalo aku jadi Aliya akupun bakalan sakit kayak gitu..cinta sendirian kasian Aliya🥺🥺
Kartu Biru
💪💪 tetep semangat
Maya Hendra Ha'is
karya tulis author Desy Puspita selalu aku suka sedari awal aku membaca dan mengenal novel²nya..love you secakrawala Thor ❣️💙
Maya Hendra Ha'is
dokter kan hanya profesi tapi Aliya kan seorang wanita yang punya hati dan perasaan dimana dirinya diposisi seorang istri yang bisa juga merasakan sakit,sedih karena cintanya pada Bagaskara 🥰
Herlina Yus warkop
jaeabban yg sa gat cerdas good Aliya🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!