Sudah di zaman kapan ini masih ada kata "dijodohkan"....
Wah.... ternyata orangtua ku masih sejadul itu, dan juga kenapa coba harus aku???
Abang dan juga kakak ku bahkan adik ku memilih pasangan hidupnya masing-masing...
"Ya Bu nanti aku pulang untuk makan malamnya''..." gitu dong anak ibu" jawab ibu diseberang telpon...
Bagaimana kisah cinta Naira apakah jadi berjodoh dan bahagia????
Yuk baca ceritanya.....
Maaf y masih karya pertama...
Mohon kritik yang membangun dan yang baik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelis Rawati Siregar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Bima POV
Dalam kurun waktu satu tahun ini aku sering bolak-balik Bandung Medan. Dua bulan sekali bisa dipastikan aku akan berangkat ke Bandung untuk memantau perkembangan cabang baru usaha periklanan yang aku geluti sudah hampir 6 tahun lebih.
Kecintaan ku pada dunia desain yang membawa aku sampai dititik ini. Pernah juga dulu hal ini ditentang oleh Ayah karena ingin aku mengikuti jejaknya sebagai abdi negara dalam bidang kemiliteran. Namun aku menolaknya. Dan entah mengapa aku sengaja memilih kota Medan untuk pertama kalinya sebagai tempat usaha ku. Karena menurut kacamata ku Medan masih terlalu minim usaha advertising tentunya prospek kedepannya akan sangat bagus.
Jatuh bangun dalan membangun usaha ini sudah aku jalani. Bahkan aku sudah membuka cabang 3 tempat. Cabang pertama masih daerah Medan juga dan dua ada di Bandung. Aku sengaja memilih kota Bandung sebagai pembuatan cabang baru supaya aku bisa sekalian berkunjung kerumah Ririn, pacarku.
Kami pacaran sudah hampir 5 tahun. Aku pertama kali mengenalnya saat mau kursus bidang manajemen untuk mengelola manajemen usahaku.
Kebetulan waktu itu aku butuh manajemen untuk mengelola manajemen usahaku, namun untuk membayar orang aku belum sanggup karena harus bisa menekan biaya produksi usaha seminim mungkin untuk menghindari pailit.
Aku bertanya kepada dosenku sewaktu di ITB. Nama dosen ku itu Profesor Arifin. Ririn pacarku yang sekarang, direkomendasi oleh profesor Arifin. Dari sinilah awal mulanya aku kenal dengan Ririn. Untuk ukuran cewek Ririn ini termasuk tinggi kisaran 168cm. Kulitnya putih bersih. Rambutnya hitam legam.
Aku selalu terpesona dengan kecantikan dan kelugasannya dalam memberikan materi. Bahkan setelah aku mulai lebih dekat mengenalnya makin menyukainya. Orangnya mudah bergaul,supel dan ambisius.
Dia punya target harus lulus magister baru menikah dan punya anak karena gelar magister salah satu syarat untuk bisa menjadi dosen. Saat ini Ririn bekerja sebagai Asisten Dosen. Akhir-akhir ini dia juga disibukkan dengan kegiatan ngerjain tesisnya.
Dua hari lagi aku akan berangkat ke Bandung untuk memantau perkembangan disana. Namun yang jadi pikiran ku saat ini adalah Bunda memastikan kepulangan ku. Katanya ada sesuatu yang akan dibicarakan sama Bunda.
Tebakanku pasti tentang pasangan. Semenjak aku berusia 27 tahun Bunda agak rewel tentang masalah ini. Namun sejauh ini selalu aku menenangkan Bunda dengan memberikan alasan belum ada yang pas untuk naik ke pelaminan. Terakhir Bunda mempertanyakan lagi kira-kira 8 bulan yang lalu.
#Flashback 8 bulan yang lalu#
Waktu itu Bunda pulang dari pengajian akbar di sini. Bunda memang dari dulu suka mengikuti pengajian akbar dengan alasan bisa nambah ibadah dan ilmu juga kalau beruntung bisa jumpa sama teman lama Bunda.
"Bim, belum ada juga yang pas untuk naik ke pelaminan menurut kamu?", aku menggeleng sebagai jawaban.
"Sabar ya Bunda, mungkin sedikit waktu lagi akan dibukakan Allah jalannya", aku memberi alasan. Aku mendengar Bunda mendesah. "Jawaban kamu itu sedikit ambigu Bim, terkesan kamu sebenarnya punya seseorang dihatimu tapi bila dilihat diolah lagi seperti kamu tidak ada seseorang dihatimu", Bunda berargumen.
"Namanya jodoh Bunda, yang tahu pasti hanya Yang Maha Kuasa", aku mencoba mengalihkan pembahasan ini . Karena aku yakin nanti pasti merembet ke hal hal yang lain. Aku tak mungkin mengatakan pada Bunda kalau Ririn gak mau dikenalkan kepada Bunda.
Aku takut itu nanti jadi bumerang bagi hubungan ku nanti. "Kamu masih ingat Tante Santi gak", Bunda tiba-tiba bertanya mengalihkan topik pembahasan. Aku berusaha mengingat, seperti tidak asing tapi sepertinya aku sudah lama tidak mendengar nama itu.
Karena aku tidak kunjung menjawab Bunda pun memberi tahu, "itu loh Tante Santi yang dulu anaknya hampir dibawak oleh orang gak dikenal pas lagi acara Arisan. Yang kamu nolongin anak itu. Ingat gak?", Bunda berusaha memberikan sebuah clue agar aku mengingatnya. Aku pun berusaha mengingat kembali.
Tak berapa lama aku pun menyahut, "Oh , ingat Bun yang dulu rumah nya dekat asrama ya Bun, terus anaknya yang hilang itu yang selalu ingusan dan bersin kalau sudah minum eskrim. Tapi anaknya selalu ngeyel. Yang itu Bun?", aku bertanya kepada Bunda. Aku melihat Bunda tersenyum sambil berkata, "ternyata kamu masih ingat tapi jangan ingat ingus anaknya dong entar kamu ketemu orangnya malah ngebayangin dia pas ingusan lagi", Bunda memberikan respon.
"Memang kenapa y Bun?",aku bertanya karena penasaran. Bunda menjawab, "tadi Bunda ketemu di pengajian dan Santi dijemput sama anak itu. Nggak nyangka lho Bunda anaknya sekarang berubah banget dari yang dulu Bim. Sekarang kesannya ayu-ayu gitu. Pake Hijab lagi. Cantik deh versi Bunda", Bunda menyudahi penjelasannya. Aku melirik Bunda dengan penuh tanda tanya namun aku tak mengucapkan apapun. Namun aku memperhatikan raut wajah Bunda sepertinya bahagia dan sangat semangat.