Kirana berusaha menjaga keluarga, sementara Riana menyimpan rahasia. Cinta terlarang menguji mereka. Antara keluarga dan hati, pilihan sulit menanti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Gemini 75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesepakatan Yang Pahit
Keesokan harinya, mentari pagi terasa enggan menyinari bumi. Dengan langkah berat dan hati yang dirundung pilu, Pak Haryanto dan Bu Hartati tiba di kediaman keluarga Raka. Rumah mewah itu, yang biasanya tampak hangat dan mengundang, kini terasa dingin dan mengintimidasi, seolah ikut merasakan beban yang mereka bawa.
Saat mereka melangkah masuk, disambut cerita diatas sebaiknya di beri judul apa oleh kedua orang tua Raka. Wajah mereka tampak pucat, mata mereka memancarkan campuran antara keterkejutan dan kecemasan yang mendalam.
"Selamat siang, Pak Haryanto, Bu Hartati," sapa ayah Raka dengan nada yang terdengar sangat hati-hati, seolah takut salah bicara. "Silakan masuk, mari kita bicarakan ini dengan tenang."
Ruang tamu yang biasanya ramai dengan tawa dan obrolan hangat, kini terasa sunyi dan kaku. Aura ketegangan begitu pekat, hampir bisa dirasakan dalam setiap tarikan napas. Setelah beberapa basa-basi singkat yang canggung, Pak Haryanto akhirnya membuka pembicaraan dengan suara yang berusaha ia tegarkan, meski getarannya tak bisa disembunyikan.
"Kami datang ke sini untuk membicarakan masalah yang sangat serius, Pak," kata Pak Haryanto, menatap langsung ke mata ayah Raka. "Masalah yang melibatkan anak kita, Kirana, dan anak Bapak, Raka. Ini bukan sesuatu yang bisa dianggap enteng."
Ayah Raka mengangguk perlahan, wajahnya menunjukkan kesedihan yang mendalam dan penyesalan yang tak terhingga. "Kami sudah mendengar semuanya dari Raka," jawabnya dengan suara lirih. "Kami sangat menyesal atas apa yang telah terjadi. Kami benar-benar tidak tahu bagaimana semua ini bisa terjadi. Kami merasa gagal sebagai orang tua."
"Raka sudah mengakui perbuatannya?" tanya Bu Hartati dengan nada penuh harap, seolah masih mencari secercah harapan di tengah kegelapan.
"Ya, dia sudah mengakui semuanya," jawab ibu Raka, air mata mulai mengalir membasahi pipinya yang keriput. "Kami sangat malu dan kecewa padanya. Kami tidak pernah mendidik dia untuk melakukan hal seperti ini. Kami selalu menanamkan nilai-nilai moral dan agama dalam dirinya."
"Lalu, apa yang akan kalian lakukan?" tanya Pak Haryanto dengan nada menuntut, sorot matanya tajam menusuk. "Raka harus bertanggung jawab penuh atas perbuatannya. Tidak ada alasan, tidak ada pengecualian. Dia harus menikahi Kirana."
Ayah Raka terdiam sejenak, tampak berpikir keras, menimbang-nimbang setiap kata yang akan diucapkannya. "Kami mengerti," jawabnya akhirnya dengan nada berat. "Kami bersedia bertanggung jawab. Raka akan menikahi Kirana. Ini adalah satu-satunya cara untuk memperbaiki kesalahan yang telah ia perbuat."
Mendengar jawaban itu, Bu Hartati merasa sedikit lega, namun hatinya masih dipenuhi dengan kekhawatiran dan pertanyaan yang belum terjawab. "Bagaimana dengan Riana?" tanyanya dengan suara lirih, hampir berbisik. "Bagaimana perasaan Riana jika dia tahu bahwa Raka menikahi adiknya sendiri? Apa yang akan terjadi padanya?"
Suasana kembali hening, pertanyaan Bu Hartati menggantung di udara, menciptakan keheningan yang menyesakkan. Ayah Raka menghela napas panjang, tampak kebingungan dan putus asa.
"Kami tahu ini situasi yang sangat sulit, sangat rumit," jawabnya akhirnya dengan nada pasrah. "Kami tidak tahu bagaimana cara terbaik untuk mengatasi masalah ini. Kami hanya bisa berharap Riana bisa mengerti dan memaafkan. Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk membantunya."
"Mengerti dan memaafkan?" bentak Pak Haryanto dengan nada marah, emosinya akhirnya meledak. "Bagaimana bisa dia mengerti dan memaafkan? Raka sudah mengkhianati dia, menghancurkan masa depannya, merenggut kebahagiaannya. Kalian pikir itu mudah untuk dimaafkan? Kalian pikir ini hanya masalah kecil?"
"Kami tahu, Pak Haryanto," jawab ibu Raka dengan nada memohon, air matanya semakin deras mengalir. "Kami tidak bermaksud meremehkan perasaan Riana. Kami hanya berharap, dengan berjalannya waktu, dia bisa menemukan kedamaian dan kebahagiaan. Kami akan selalu ada untuknya."
"Kedamaian dan kebahagiaan?" Pak Haryanto tertawa sinis, tawanya terdengar pahit dan getir. "Bagaimana dia bisa menemukan kedamaian dan kebahagiaan jika dia harus melihat Raka menikahi adiknya sendiri? Itu akan menjadi siksaan seumur hidup baginya. Setiap hari, setiap saat, dia akan selalu teringat akan pengkhianatan ini."
"Kami mengerti, Pak Haryanto," jawab ayah Raka dengan nada sabar, berusaha meredakan amarah Pak Haryanto. "Kami bersedia melakukan apa saja untuk meringankan penderitaan Riana. Kami akan memberikan kompensasi yang layak kepadanya. Kami akan memastikan dia mendapatkan masa depan yang lebih baik, masa depan yang cerah."
"Kompensasi?" Bu Hartati menggelengkan kepalanya dengan sedih, air mata juga mulai membasahi pipinya. "Uang tidak bisa menggantikan cinta dan kebahagiaan yang telah hilang. Uang tidak bisa menyembuhkan luka di hatinya. Uang tidak bisa mengembalikan senyumnya."
"Kami tahu, Bu Hartati," jawab ibu Raka dengan nada lirih, suaranya hampir tak terdengar. "Tapi kami tidak tahu apa lagi yang bisa kami lakukan. Kami hanya bisa berharap Riana bisa menerima kenyataan ini dan melanjutkan hidupnya. Kami akan selalu mendukungnya."
Setelah perdebatan panjang dan melelahkan, yang menguras emosi dan energi, kedua keluarga akhirnya mencapai kesepakatan yang pahit. Raka akan menikahi Kirana, dan keluarga Raka akan memberikan kompensasi yang layak kepada Riana sebagai bentuk tanggung jawab dan permintaan maaf. Namun, kesepakatan itu tidak bisa menghilangkan kesedihan dan kekecewaan yang mendalam yang dirasakan oleh Pak Haryanto dan Bu Hartati. Mereka tahu bahwa pernikahan Raka dan Kirana tidak akan pernah bisa menggantikan kebahagiaan yang telah hilang dari keluarga mereka. Luka ini akan selalu membekas, menjadi bagian dari sejarah keluarga mereka yang kelam. Mereka pulang dengan hati hancur, membawa beban yang tak terperikan.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*