Syima dan Syama adalah kembar identik dengan kepribadian yang bertolak belakang. Syama feminim, sementara Syima dikenal sebagai gadis tomboy yang suka melanggar aturan dan kurang berprestasi akademik.
Hari pernikahan berubah menjadi mimpi buruk, saat Syama tiba-tiba menghilang, meninggalkan surat permintaan maaf. Resepsi mewah yang sudah dipersiapkan dan mengundang pejabat negara termasuk presiden, membuat keluarga kedua belah pihak panik. Demi menjaga nama baik, orang tua memutuskan Devanka menikahi Syima sebagai penggantinya.
Syima yang awalnya menolak akhirnya luluh melihat karena kasihan pada kedua orang tuanya. Pernikahan pun dilaksanakan, Devan dan Syima menjalani pernikahan yang sebenarnya.
Namun tiba-tiba Syama kembali dengan membawa sebuah alasan kenapa dia pergi dan kini Syama meminta Devanka kembali padanya.
Apa yang dilakukan Syima dalam mempertahankan rumah tangganya? Atau ia akan kembali mengalah pada kembarannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Misstie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Syima tahu
Di rumah, Syima langsung naik ke kamar dan merebahkan diri di tempat tidur. Kepalanya pusing memikirkan apa yang baru saja dia temukan. Kembarannya yang selama ini dia anggap terbuka ternyata menyimpan rahasia sebesar ini.
Dan yang lebih menyebalkan, dia harus berhadapan dengan Devanka sebagai dosen walinya besok pagi tanpa bisa menunjukkan bahwa dia tahu tentang hubungan pria itu dengan kembarannya.
"Ini bakal jadi canggung banget," gumamnya sambil menutup wajah dengan bantal.
Suara langkah kaki di tangga membuat Syima bangkit. Sepertinya Syama sudah pulang. Dia mendengar pintu kamar sebelah terbuka dan tertutup.
Syima mengambil napas dalam-dalam dan beranjak dari tempat tidur. Sudah saatnya dia confrontation dengan kembarannya.
Tanpa mengetuk, Syima langsung membuka pintu kamar Syama. Kembarannya itu sedang duduk di meja rias sambil membersihkan makeup, masih dengan senyum-senyum tipis yang menunjukkan dia dalam mood yang baik.
"Sisi? Ada apa?" tanya Syama sambil menoleh.
"Aku mau nanya sesuatu," kata Syima sambil menutup pintu dan bersandar di sana. "Aku mau kamu jawab yang jujur."
"Nanya apa?" Syama terlihat mulai waspada dengan nada bicara adiknya.
"Kamu punya pacar?"
Pertanyaan itu membuat Syama hampir menjatuhkan botol toner yang sedang dipegangnya. "Hah?"
"Aku tanya, kamu punya pacar atau nggak?"
"Kenapa tiba-tiba nanya begitu?" Syama berusaha terlihat santai, tapi Syima bisa melihat kegugupan di matanya.
"Jawab aja. Punya atau nggak?"
"Nggak." Syama kembali ke aktivitasnya di meja rias. "Aku kan fokus kuliah sama jadi asdos. Nggak ada waktu buat pacaran."
Bohong. Syima tahu kembarannya sedang berbohong. Dan kebohongan itu membuat dadanya sedikit terasa sakit.
"Yakin nggak punya pacar?" tanya Syima sekali lagi.
"Yakin lah. Emang kenapa sih?" Syama mulai terlihat kesal. "Kamu tuh kenapa akhir-akhir ini suka banget ngurusin hidup aku?"
"Aku nggak ngurusin hidup kamu. Aku cuma penasaran aja," ujar Syima sambil berjalan mendekat. "Soalnya akhir-akhir ini kamu sering banget pergi. Katanya kuliah tambahan, diskusi kelompok, penelitian. Tapi kenapa aku nggak pernah lihat temen-temen kuliah kamu dateng ke rumah?"
Syama mulai panik. Adiknya memang perhatian, tapi tidak pernah se-detail ini. "Sisi, emang aku harus laporan ke kamu kemana aja aku pergi?"
"Nggak. Tapi sebagai kembar, aku pikir kita nggak ada yang dirahasiain."
"Aku nggak merahasiain apa-apa!"
"Benaran?" Syima mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto yang dia ambil tadi siang. "Terus ini apa?"
Wajah Syama langsung pucat ketika melihat foto dirinya bersama Devanka di cafe. Tangannya gemetar ketika mengambil ponsel Syima untuk melihat lebih jelas.
"Sisi... ini..."
"Ini apa, Sya?" tanya Syima dengan nada dingin. "Yang kaya gini bukan pacaran? Terus kenapa kamu pegangan tangan sama dia? Terus kenapa kamu terlihat kayak lagi ngomong hal-hal romantis?" cecar Syima semakin terlihat kepo.
Syama tidak bisa menjawab. Air matanya mulai berkaca-kaca karena rahasia yang selama ini dijaganya akhirnya terbongkar juga.
"Dan yang paling parah," lanjut Syima, "pria itu calon dosen wali aku, Sya. Aku bakal ketemu dia setiap minggu buat konseling akademik. Kamu nggak kepikiran betapa canggungnya situasi ini buat aku?"
"Sisi, maafin aku..." bisik Syama dengan suara bergetar.
"Maaf buat apa? Buat berbohong selama ini? Buat nyembunyiin pacar kamu dari keluarga? Atau buat bikin aku dalam situasi super canggung?" Syima menatap kembarannya dengan mata yang berkaca-kaca karena kecewa. "Aku pikir kita nggak ada rahasia, Sya. Aku pikir kita masih saling percaya."
"Aku emang nggak bermaksud—"
"Kamu nggak bermaksud apa? Kamu udah berencana mau nikah sama dia, Syama! Aku denger sendiri tadi!" bentak Syima.
Syama terduduk lemah di kursinya. Semuanya sudah terbongkar. Tidak ada lagi yang bisa dia sembunyikan.
"Iya," bisiknya akhirnya. "Aku punya pacar. Dan iya, aku berencana menikah dengannya."
"Kenapa kamu nggak pernah cerita?"
"Karena aku takut." Syama menangis. "Aku takut Bapak nggak setuju. Aku takut kalau hubunganku malah bikin situasi kamu di rumah tambah buruk. Bapak udah sering bandingin kita, kalau dia tahu aku punya pacar yang dosen sementara kamu masih... masih bermasalah akademik..."
"Jadi kamu nyembunyiin pacar kamu buat ngelindungin aku?" tanya Syima tidak percaya.
"Salah satunya, iya."
Syima terdiam. Dia tidak menyangka alasan Syama menyembunyikan hubungannya adalah untuk melindunginya. Tapi tetap saja, dia merasa sakit hati karena tidak dipercaya.
"Syama, aku bukan anak kecil yang harus kamu lindungi," kata Syima pelan. "Dan aku juga bukan musuh yang bakal ngrusak hubungan kamu. Aku hanya ingin kita seperti dulu."
"Aku tahu. Maafin aku, Sisi. Aku cuma... aku bingung harus gimana."
"Sekarang gimana dong?" tanya Syima. "Besok pagi aku harus ketemu dia sebagai dosen wali. Aku harus bersikap gimana?"
"Bersikap biasa aja. Dia gak tahu kamu kok." jawab Syama.
"Gak tahu? Padahal secara muka kita duplikat lho." Syima nyengir. "Kamu emang gak pernah cerita soalnya keluarga kita?"
Syima naik ke ranjang Syama, merebahkan tubuhnya disana. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak berbicang seperti ini.
"Pernah sih, tapi nggak detail. Dia tahu aku punya adik kembar, tapi nggak tahu nama dan jurusanmu."
"Wah... bagus kalau gitu," gumam Syima sarkastis. "Jadi aku harus akting nggak kenal sama pacar kembaranku sendiri."
"Syima, please..." Syama meraih tangan Syima. "Jangan cerita ke Bapak Ibu dulu ya. Aku belum siap."
Syima menatap kembarannya yang terlihat sangat rapuh saat ini. Meski kesal sempat tidak dipercayai Syama, dia tetap tidak tega melihat Syama menangis seperti ini.
"Tenang saja, aku nggak akan cerita," katanya akhirnya. "Tapi kamu harus bersiap. Cepat atau lambat, mereka pasti akan tahu."
"Aku tahu. Aku udah janji sama Mas Devan akan mencoba menceritakannya sama Bapak ibu."
"Mas Devan," ledek Syima dengan nada suara mendayu. "Jadi nama lengkapnya Mas Devanmu itu siapa?"
"Devanka Gio Pratama. Dia orangnya baik banget, Si. Selama aku pacaran, dia gak pernah marah. Padahal aku nyebelin."
"Baru nyadar kalau kamu nyebelin," celetuk Syima. Disahuti kekehan pelan dari Syama.
"Umurnya berapa tahun?"
"Tiga puluh satu. Sepuluh tahun lebih tua dari kita."
Syima mengangguk-angguk. "Pantas aja kamu takut cerita ke Bapak. Bapak pasti bakal shock anaknya mau nikah sama om om."
"Dia belum setua itu, Si," protes Syama.
"Iyain ajalah."
"Makanya aku minta waktu," kata Syama. "Aku mau situasi kamu di rumah membaik dulu sebelum aku drop bom ini ke Bapak Ibu."
"Situasi aku?" Syima tertawa pahit. "Kamu mau nunggu sampai aku jadi anak sempurna kayak kamu? Bisa-bisa kamu nggak nikah-nikah sampe tua." Syima akhirnya tertawa lebih kencang.
"Sisi..."
"Udahlah. Aku capek." Syima berjalan menuju pintu. "Yang penting, jangan harap aku bakal bantu kamu buat nyembunyiin rahasia ini lebih lama lagi. Setelah itu, terserah kamu mau gimana. Terus aku seneng kamu bisa ketemu sama cowok yang mencintai kamu tulus," ucap Syima tulus.
Setelah Syima keluar, Syama menatap wajahnya di cermin, tersenyum tenang. Ketakutannya tentang Syima tidak menyukainya berpacaran dengan Devanka tidak terbukti. Karena ternyata kembarannya itu tetap selalu mendukungnya
love you..../Heart//Heart//Heart//Heart//Heart//Rose//Rose//Rose/
di tunggu gaya bucin pak Devan ....pasti konyol istriya tomboy suami ya kaya kanebo ga ada expresi... di tunggu update selanjutnya thor/Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/